34 : surprised

761 56 0
                                    

"Pokoknya aku tunggu dirumah jam 4 sore." ucap Guanlin saat sedang makan siang di kantin bersama Nana siang tadi.

"Loh kok gitu? Katanya kamu mau ngajakin aku nonton." ucap Nana, selalu saja seperti ini setiap kali Nana mengajak Guanlin menonton ke Bioskop, seakan dia menghindar.
"Aku tuh males kalo nonton di bioskop, gak bisa selonjor."
Ujar Guanlin seraya menyedot minumannya. Wajahnya terlihat memerah karena kepedasan memakan baksonya.

"Guanlin aneh!" tukas Nana.

"Aneh tapi sayang, kan?" ujar Guanlin.

"Terserah!" ucap Nana, lalu ia beranjak dari situ.

Guanlin menyusul. "Yaudah maaf, ntar kita nonton deh."

Nana menghentikan langkahnya dan menoleh. "Beneran?"

Guanlin mengangguk. "Beneran, tapi setelah kamu ke rumah aku dulu."

"Aku benci Guanlin!"

Yah, begitulah Guanlin. Sifatnya terkadang sedikit keras kepala. Namun, walau begitu, Nana tetap menuruti perkataan Guanlin dan ia sekarang tengah berdiri didepan gerbang rumah Guanlin.

Pertengahan bulan Mei terasa panas baginya, dan Nana hanya mengenakan daster selutut berwarna putih.

Nana mengetuk pintu dan terbukalah pintunya dan menampakkan Guanlin yang hanya mengenakan kaos santai berwarna putih dan celana pendek seraya tersenyum ke arahnya.
"Kamu beneran dateng, Na?" ujarnya seraya menarik lembut tangan Nana masuk kedalam rumah.

Nana hanya memutar bola mata malas. "Kamu pikir, aku bakalan pergi nonton sendirian?"

Guanlin hanya menyengir. "Hehe Yaudah lain kali aku ajak nonton deh."

"Tapi aku pengennya sekarang." seru Nana seraya duduk di sofa di samping Guanlin.

"Huuh ntar aja ya. Kamu temenin aku aja disini, soalnya Bunda lagi gak ada dirumah." ujar Guanlin.

"Biasanya juga biasa sendiri."

"Lagi pengen ada yang nemenin aja."

"Ditemenin ama si mbak juga bisa kali." ucap Nana ketus.

Guanlin hanya menghela nafas seraya memalingkan mukanya.
Ia baru menyadari jika daster yang Nana kenakan cukup seksi dan menampakkan belahan dadanya.

"Bantuin aku masak aja yuk."
Ajak Guanlin dan Nana hanya mengangguk.

Kini Guanlin dan Nana tengah berada didapur untuk memasak sesuatu.
"Kamu mau aku masakin apa?" tanya Guanlin.

"Euhm, makan spaghetti enak kayaknya." ujar Nana dan Guanlin mengangguk.

Sebenarnya, Nana tidak ada niatan sama sekali untuk membantu Guanlin. Nana masih merasa kesal terhadap Guanlin yang tidak jadi mengajaknya menonton di Bioskop.
Dan Nana lebih memilih untuk duduk di meja makan sambil memandangi Guanlin yang tengah berkutat dengan alat masaknya.

Guanlin cukup berbakat dalam hal memasak dibanding dengan Nana. Padahal dirinya adalah seorang gadis, tetapi dia tidak pandai dalam hal memasak ataupun hal yang berhubungan dengan rumah tangga. Ia kalah dengan Guanlin yang seorang lelaki tetapi pandai dalam hal memasak.
Nana sangat menyukai bakat kekasihnya tersebut.

"Kamu angkatin spaghetti nyaa dan taruh di piring ya, aku mau kesana dulu." ujar Guanlin dan ia pergi ke ruang sebelah.

Setelah menaruh spaghetti kedalam piring, tiba-tiba Nana tersenyum sendiri mengingat akhir-akhir ini ia dan Guanlin sering memanggil dengan kata aku-kamu, padahal biasanya ia memanggil dengan kata gue-elo, terasa aneh pikir Nana.

Always Lin [Lai Guanlin]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu