39 : nyeri lagi

798 58 0
                                    

Author POV

"Ambil jurusan kedokteran aja, Na."
Ujar Taeyeon, mama Nana di ruang keluarga saat ada waktu luang untuk membahas mengenai rencana Nana untuk kedepannya.

"Iya, Na. Ambil kedokteran aja, semuanya bisa papa yang atur." Timpal Suho, Papanya Nana.

"Aku bingung, ih." Jawab Nana seraya menyenderkan punggungnya ke sofa.

"Kamu itu kalau masalah yang kayak gini mikirnya lama banget, coba aja kamu kayak kak Ong. Dia gercep banget nentuin pilihannya sendiri."
Ujar Mamanya.

Lalu sekelibat bayangan kakaknya yang dulu sering bersamanya kini berputar kembali, ya, ia merindukan kakaknya yang terkadang jahil, namun sangat menyayangi dirinya.

"Ya emang Bang Ong nya aja yang udah punya rencana dari jauh-jauh hari,"
Ujar Nana.

"Nah justru itu. Harusnya kamu juga udah punya rencana dari jauh-jauh hari."
Timpal Mamanya.

"Ah jadi kangen sama Bang Ong kan,"
Ujarnya seraya menghela nafas.

"Jangan coba ngalihin topik deh, Na."
Ucap Papanya. Dan Nana hanya menyengir.

"Euhm, kayaknya aku harus survei jurusan dulu deh Ama Guanlin besok."
Ucap Nana.

Mamanya hanya menghela nafas, "palingan ntar nggak jadi survei, malah maen Ama Guanlin."

"Minta bantuan Renjun aja, dia kalo udah serius pasti nggak bakal ngajak kamu pergi maen maen." Tambah Mamanya.

Nana menegakkan badannya, "kok Renjun? Nggak enak Ama Guanlin, lagian ntar dikiranya aku ada apa-apa sama Renjun."

Sebenarnya bukan apa-apa ia menolak Renjun untuk menemaninya survei jurusan, ia tidak ingin Guanlin berpikiran jika Renjun dan dirinya ada hubungan apa-apa dibalik Guanlin karena kedekatannya dengan Renjun.
Tapi, sebenarnya ia juga sedikit malu sekarang jika bertemu Guanlin, gara-gara kejadian seminggu yang lalu, ketika mereka berciuman sehabis pulang dari wisuda. Namun ia mencoba biasa saja, tetapi sialnya jika dia berhadapan langsung dengan Guanlin, pikirannya langsung beralih pada kejadian itu, dan membuat Nana seketika salah tingkah.

"Loh, bukannya Guanlin lagi sibuk di Bandung, ngurusin kuliahnya."
Timpal Mamanya seraya menyesap teh manisnya.

"Ah iya, juga."
Nana baru ingat jika Guanlin sekarang sedang ada di Bandung, mengingat ia akan kuliah di ITB.
Lelaki itu benar-benar bulat dengan keputusannya, pikir Nana.

Nana menghela nafas panjang, "jadi, aku survei jurusan sama Renjun nih?"

"Ya iyalah, mau sama siapa lagi? Papa besok ada rapat penting di kantor, mama juga ngurusin butik. Kakak kamu pastinya juga lagi sibuk ngurusin skripsi." Ucap Papanya.

"Yaudah sih, iya. Nggak usah ngegas papa." Ujar Nana dengan nada jengah.

"Durhaka nih," ujar Papanya.

"Ih enggak, si papah mah. Cuma bercanda doang."

"Yaudah terserah. Intinya papah sama mamah nyaranin buat masuk kedokteran." Ujar Papanya lagi.

"Tau ah, liat aja besok. Aku mau tidur, pusing." Ucap Nana lalu meninggalkan ruangan tengah dan pergi menuju kamarnya di lantai atas.

Ia meluruskan punggungnya di atas kasur empuknya yang nyaman. Lalu ia raih ponselnya dan mencoba menghubungi Guanlin, juga Renjun.

Line

20.05 pm

Nana :
Guanlin, lagi apa? Udah makan belom?

Always Lin [Lai Guanlin]Where stories live. Discover now