18 | Homesickness

8.1K 1K 40
                                    

Pagi sekali Jungkook telah terbangun. Matanya melirik ke arah jendela dan melihat langit yang mendung. Jungkook tak suka warna langit yang sedang kelabu, mengingatkan hatinya yang juga sama mendung.

Jungkook meringsut menuruni kasur lalu mengambil handuk. Sedikit malas sebenarnya untuk beraktifitas, tapi mau bagaimana, ia harus bersiap-siap sekarang. Masih ingat dengan Jungkook yang akan mewakilkan sekolah pada lomba band? Ini harinya.

Sekitar dua puluh menit Jungkook mandi dan bersiap, akhirnya usai jua. Segera Jungkook melenggang keluar kamar tanpa merapikan tempat tidurnya. Sekali lagi, Jungkook malas melakukan apa-apaㅡtak berselera, bahkan untuk mengambil napas saja rasanya malas.

Jungkook sedang galau, teman-teman. Gundah gulana sebab kekasih hatinya benar-benar menghilang. Memang benar ia sendiri yang meminta untuk mengakhiri semua, tapi bukan berarti meminta Taehyung untuk menghilang.

Hei, Jungkook rindu sekali pada Taehyung. Tak bohong. Dan ini sudah lewat lima hari sejak hari di mana mereka bertengkar, dan Taehyung benar-benar tak ada menampakkan diri barang sekadar lewat di sekitaran.

Sekarang Jungkook benar-benar merasa seperti hanya tempat pelarian. Setelah semua terbongkar, Jungkook benar-benar merasa seperti sampah. Dibuang.

Ckckck, Jungkook dan pikiran sempitnya.

Jungkook benar-benar berbeda dengan dirinya yang dulu sebelum bertemu dengan satu manusia bernama Taehyung. Jungkook yang cuek berubah menjadi lebih memperhatikan sekitar, Jungkook yang dulu seperti tak ada rasa penasaran kini pun ada. Sekarang, Jungkook yang selalu berpikiran luas kini seperti berpikiran dangkal.

Tak tau saja, bahwa di belahan Busan lainnya, ada juga yang sedang merindu dirinya. Taehyung, siapa lagi memang? Tanpa disadari Jungkook, Taehyung selalu ada di sekitaran dan memperhatikan dalam diam.

Taehyung rindu Jungkook, sangat. Rindu sekali bahkan ketika ia sedang melihat Jungkooknya. Ingin menyentuh, ingin memeluk, tapi takut Jungkook semakin menjauh.

Mereka ini sama-sama bodoh, ya?

"Bun, Yah, Kak... aku berangkat, ya!" pamit Jungkook sembari melewati keluarganya yang sedang sarapan di ruang makan.

Nyonya Jeon mengucapkan hati-hati pada putra bungsunya. Wanita berumur empat puluh tahun itu tau bahwa Jungkook sedang merindu, rindu pemuda bernama Kim Taehyung. Nyonya Jeon tentu tau permasalahan yang terjadi antara putranya dan pemuda itu, dan jujur saja Nyonya Jeon pun rindu akan eksistensi Taehyung.

...

Sembari wajahnya dipoles bedak dan perona pipi, Jungkook duduk melamun di hadapan cermin. Pikirannya melanglang buana, memikirkan sedang apa Taehyung di tempatnya. Hah, Jungkook kelewat rindu rupanya.

Lalu, kenapa tak langsung berkunjung saja ke rumah Taehyung?

Gengsi. Kan, Jungkook sendiri yang meminta untuk mengakhiri. Padahal tak tau apa yang diakhiri kalau awalan saja tak ada, bila Jungkook pikir-pikir.

Ah, ada, kok! Aku harus mengakhiri cinta sepihak ini! Batin Jungkook berperang lagi. Lupakan Taehyung, Jungkook. Dia saja tak lagi muncul, pasti dia sudah lupa padamu. Jungkook angguk-angguk akan pikirannya, namun seperkian detik kemudian wajahnya kembali lesu. Tapi... aku sangat rindu.

Ya, ya, ya. Terserah Jeon Jungkook sajalah. Biarkan saja Jungkook dan pikiran menyebalkannya.

"Jung, sudah." Sejeongㅡsang periasㅡberujar.

Lamunan Jungkook buyar. "Ah, um, oke. Thank you," ujarnya sembari tersenyum dan Sejeong melihat kepalsuan di sana.

"Jungkook.."

Dear, Kim | taekookWhere stories live. Discover now