3. Pertanda Apa Lagi?

10.6K 580 12
                                    

Siang hari yang terik di kota Jakarta. Seusai pulang ngampus, Rara tertarik untuk mengunjungi perpustakaan besar yang terletak tak jauh dari kampus tempatnya mengenyam bangku kuliah. Untuk hari ini, ia terpaksa mengunjunginya seorang diri, sebab Kiran sedang pulang ke kota Solo untuk mengunjungi orang tuanya, sementara Salsha sedang pergi berkencan dengan pacar barunya.

"Sampai sini aja, Pak."

Sebuah taksi terhenti di tengah-tengah hiruk pikuk kota Jakarta yang selalu ramai. Dengan langkah pelan, gadis itu menuruni taksi yang ditumpanginya. Bukan tanpa alasan gadis itu menumpangi taksi, tak seperti biasanya. Pasalnya, Scoopy kesayangannya harus terpaksa ditinggal di bengkel sejak kemarin sore.

Selesai membayar argo taksi yang tadi ditumpanginya, Rara melenggang santai memasuki gedung perpustakaan. Aroma khas buku-buku yang tertata rapi di dalam rak besar begitu menyengat kala dirinya baru saja membuka pintu lobi. Seorang petugas cantik bernama Puput melayangkan senyum ramahnya di meja resepsionis.

"Hai, Mbak Rara. Makin rajin aja datang kesini," sapanya saat Rara tiba di bagian resepsionis. Seperti biasa, ia menuliskan nama terang dan keperluannya di atas sebuah buku agenda.

"Iya nih, Put. Aku mau balikin buku, sekalian pinjam buku baru. Boleh, kan?" tanyanya sambil menyerahkan sebuah buku yang sudah tiga hari ini dipinjamnya. Puput terkekeh pelan.

"Ya boleh dong, Mbak. Silakan masuk, nanti pilih saja buku yang mau mbak pinjam," ujarnya sambil melengkapi data buku yang dipinjam dan buku yang sudah dikembalikan. Lantas, gadis bernama Rara itu berpamitan hendak masuk ke dalam.

Rara tersenyum damai saat dirinya baru saja menginjakkan kaki di ambang pintu masuk perpustakaan. Kedua matanya menatap khidmat buku-buku yang selalu menstimulasi daya tariknya. Tanpa berpikir panjang, gadis itu melangkah santai menghampiri rak berisi buku-buku ensiklopedia. Salah satu jenis buku kesukaannya.

Selama bermenit-menit dirinya berjibaku pada sederetan buku keilmuan yang memancing rasa penasarannya. Niatannya hari ini ia hendak meminjam buku yang berkaitan dengan materi ujian di kampusnya yang akan segera dilangsungkan.

"Hm, apa yang itu, ya?" gumamnya pelan. Dipandanginya sebuah buku tentang cabang ilmu Biologi yang berkaitan erat dengan materi ujiannya. Buku tersebut terletak di rak teratas. Rara berjinjit sementara satu tangannya menggapai-gapai buku tersebut. Namun, hasilnya nihil. Ia tak sanggup meraih buku yang jaraknya cukup jauh tersebut. Rara mendengus pelan. Gadis itu diam termenung lantaran kecewa tak bisa menggapai buku yang hendak dipinjamnya itu.

Seorang pria menggapai buku tebal yang dimaksud Rara barusan. Tangan tegapnya mencirikan bahwa ia adalah pria bertubuh atletis yang sering berolahraga. Pria itu lantas menyerahkan buku yang berhasil digapainya kepada gadis di sebelahnya. Kepada siapa lagi kalau bukan Rara.

"Nih, bukunya."

Rara terperanjat. Keheranan.

Sejak kapan dia ada di sebelah gue?

Dengan ragu ia menerima buku tersebut dari genggaman tangan si pria. Menggumamkan kata terimakasih meski nyaris tak terdengar. Pria ber-nametag 'Anggara' itu tersenyum hangat. Dua buah balok kuning bertengger di atas kedua pundaknya. Menambah kharisma dan pesonanya yang nyaris mendekati kata sempurna.

Rara mendadak merasa risih karena terus ditatap seperti itu dengan pria setampan Angga. Bukan karena merasa terpesona, tapi lebih kepada perasaan terganggu.

"Kamu, cewek yang waktu itu, kan?"

Lagi dan lagi, Rara merasa heran. Ternyata, lelaki itu mengenali sosoknya. Padahal, ia tak ingat kapan mereka pernah bertemu.

Sincerity (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang