43. Bertemu Masa Lalu

6.2K 386 60
                                    

Haloo, aku update lagi gpp kan?:(

Huhu author mendadak baper nih setelah baca2 komentar pembaca sambil senyum-senyum sendiri (hayoo readers, tanggung jawab!) berhubung hari ini author lagi baikkk banget, author kasih bonus nih buat klean2 yang lagi gabut karena setiap hari di rumah aja😄

Oke, enjoy yaa☺

***

"Bu, beli sayur bayamnya seikat, ya. Terus, em... Saya juga beli ayamnya, kentang, wortel, buncis, bakso, cabai rawit, bawang merah dan bawang putih, sama telur ayamnya satu kilo," ujar Rara ketika sedang berbelanja ditemani sang bunda. Ya, hari ini memang hanya bunda yang menemani Rara di rumah. Sedangkan mama sudah kembali ke Yogya, dan rencananya akan kembali dua atau tiga hari kemudian.

"Siap, ibu, ini belanjaannya," ujar Bu Ferdi menyerahkan sekantung besar berisi seluruh belanjaan pesanan Rara. Karena berat, Bu Galuh bergerak sigap mengambil alih plastik tersebut dan mencegahnya jatuh ke tangan Rara. Tampaknya perempuan yang satu itu sungguh-sungguh ingin menjaga anak yang dikandung menantunya. Buktinya, Rara sampai tak diizinkan membawa barang berat sekali pun.

"Em, bunda-"

"Udah, biar sama bunda aja. Ini berat, Nak." elak bunda. Hal tersebut memancing perhatian dari ibu-ibu sekitar. Pasalnya, ini adalah yang kedua kalinya Rara ditemani belanja oleh sang bunda.

Sebenarnya, awalnya Rara berniat berbelanja seorang diri, namun keinginannya itu ditolak oleh ibu mertuanya. Ibu mertuanya pun menawarkan diri untuk ikut berbelanja. Akhirnya, keduanya sepakat berbelanja bersama-sama.

"Ehem, belanjanya banyak amat, Bu," tegur Bu Ilham tiba-tiba. Rara mendongak. Jantungnya seakan berhenti berdetak seketika.

Hem, mau apa lagi nih tetangga, ucapnya dalam hati.

Tersadar akan lamunannya, Rara kontan bersikap canggung. Gadis itu tersenyum skeptis, seolah tak siap menghadapi cercaan tetangga yang dianggapnya tak punya hati itu.

Sementara itu, Bu Ferdi dan beberapa ibu Persit lainnya, sudah memperhatikan mereka sambil harap-harap cemas. Takut kejadian bulan lalu itu terulang lagi.

"Eh, anu, i-iya, Bu. Izin, nafsu makan saya bertambah semenjak tahu kalau saya hamil," ucapnya.

Bu Galuh yang merasakan atmosfir menegangkan yang terjadi di antara keduanya, turut tersenyum menanggapi. Yap, ibu mertua Rara itu sudah tahu pasal tetangga Rara yang terkenal ajaib di asramanya.

"Iya, maklum kan anak saya sedang hamil muda. Lagipula, dia sudah berkomitmen untuk menjaga asupan makanan demi tumbuh kembang janinnya," ujar Bu Galuh memberikan pembelaan pada anak menantunya.

Bu Ilham mengangkat sebelah alisnya. Memasang wajah arogan, seperti biasanya. Sejenak, perempuan itu mulai angkat bicara. Namun, ketika perempuan itu hendak bicara, seorang ibu Persit lainnya tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.

"Wah, selamat atas kehamilannya ya, Dek!"

Bu Ardhi berjalan antusias menghampiri Rara. Istri seorang Mayor itu memeluk Rara kegirangan.

"Waduh, saya ikut seneng tahu kamu hamil, Dek. Walah, selamat, ya!"

Kedua wanita itu bercipika-cipiki ria. Eh, sebenarnya hanya Bu Ardhi saja yang kegirangan. Sementara Rara justru menampilkan ekspresi terkejut sekaligus bingung. Kenapa tiba-tiba seniornya itu berlaku seperti ini padanya? Untuk membungkam mulut Bu Ilham, kah?

"Hehe, izin, makasih Bu," ujar Rara canggung. Bu Ardhi tersenyum lembut.

"Ngomong-ngomong, udah jalan berapa bulan, Dek?" tanyanya.

Sincerity (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang