6. Kampung Halaman

7.4K 424 14
                                    

"Iya, Ma. Rara juga sebentar lagi kelar skripsi, kok!"

Tukas seorang gadis berambut panjang yang tergerai sepunggung sambil menjepit ponselnya dengan kepala dan pundak sebelah kanannya. Ia terlihat sedikit kerepotan dengan berbagai macam dress yang tengah dipilihnya. Saat ini, Rara memang sedang menghabiskan waktu santainya dengan memborong mini dress di butik langganannya. Mango dress yang kerap kali dilihatnya di kaca etalase butik sudah cukup lama didambakannya. Dan kini, gadis itu gembira bukan kepalang karena akhirnya apa yang diinginkannya kesampaian pula.

"Ra, yang ini bagus buat gue, nggak?"

Rara memalingkan wajahnya ke arah Salsha. Gadis berambut agak pirang karena keturunan Indo-Italia itu menunjukkan sebuah dress selutut berwarna peach. Kontras dengan kulitnya yang putih berseri.

"Yep. Cocok buat lo, kok!" ujar Rara sambil kesusahan mengacungkan kedua jempolnya. Gadis bernama Salsha itu kegirangan bukan main mendengar tanggapan sahabatnya.

Usai jingkrak-jingkrak nggak jelas, akhirnya Salsha berlalu untuk mencoba mengenakan gaun pilihannya di kamar ganti. Sementara Rara, kembali berkutat mencari mango dress yang hendak dibelinya, juga sang Mama yang terus menanyakan kapan kepulangannya lewat telepon.

"Tapi, Nduk, kamu beneran jadi kesini, kan?"

Rara menghela nafas pelan. Keheranan dengan sikap sang Mama yang tumben-tumbenan meneleponnya hanya sekedar untuk bertanya kapan ia bisa pulang.

"Iya, nanti Rara pulang kalau skripsinya sudah kelar ya, Ma. Kira-kira besok lusa Rara sampai di Jogja."

"Skripsimu memangnya selesai kapan, Nduk?"

Rara menggantungkan kembali dress yang tak sesuai dengan keinginannya.

"Besok insya Allah, Ma. Doakan supaya skripsinya Rara lancar, ya?"

"Iya, Sayang. Pasti Mama doakan. Cepat-cepat kamu pulang, ya? Nanti Mama dan Papa jemput di bandara."

Rara mengangguk kecil. Sang Mama memutuskan obrolan seusai Rara membalas salamnya. Kini, nampaknya gadis itu tak terlalu sibuk memikirkan obrolannya dengan sang Bunda. Pikirannya sudah teralihkan dengan sebuah dress yang sudah lama diidamkannya. Sontak, gadis berusia dua puluh dua tahun itu gembira bukan kepalang.

"Ra? Udah nemu?" tanya Salsha tiba-tiba. Gadis itu menghampiri sahabatnya seusai mencoba mengenakan dress yang hendak dibelinya. Rara mengangguk senang menanggapi pertanyaan sahabatnya.

"Ya udah. Ayo, kita ke kasir."

OOO

Bandara Adi Sucipto pagi ini terlihat cukup ramai dengan para wisatawan asing maupun domestik. Para awak pesawat memenuhi area sekitar maskapai penerbangan yang baru saja mendarat mulus setelah terbang dari langit ibukota. Senyum-senyum manis para pramugari nan cantik jelita yang bertebaran di setiap sudut bandara memberi kesan tersendiri bagi setiap orang yang mengunjunginya.

Di sudut ruang yang tengah dipenuhi sesak para pendatang, berdiri lah seorang pria berambut cepak yang tampak gagah dengan seragam PDH plus baret hijau yang tersisip di bahu kanannya. Pria yang diketahui bernama Anggara Wirarjuna Hasanudin, alias Angga itu tampak tengah menelepon seseorang sambil berjalan pelan memunggungi ransel berwarna hijau tua yang berukuran cukup besar itu.

"Assalamu'alaikum, Bu?"

Sederet nama ibu kandungnya tertera jelas di layar ponsel pintarnya. Suara sang ibu yang lembut mendayu-dayu kerap kali merongrong isi pikiran Angga. Membuatnya semakin terbuai akan rasa rindunya kepada kampung halamannya, terlebih kepada ibunda tercintanya.

"Wa'alaikumsalam. Sudah sampai mana toh, Lek?"

Angga memamerkan senyumnya yang menawan. Dirinya tak sadar bila senyumannya barusan telah membuat para wanita yang berlalu di hadapannya mabuk kepayang.

"Adi Sucipto, Bu. Ini sekarang Angga sedang cari ojek online buat ke rumah," jawabnya sopan.

"Mau dijemput saja toh, Lek?" tawar sang ibunda melalui telepon. Pria berumur dua puluh lima tahun itu terkekeh pelan.

"Ndak usah toh, Bu. Nanti merepotkan orang rumah. Biar Angga naik ojek saja," elaknya halus.

Sepintas terlihat sebuah motor terhenti tepat di dekat tempat dimana lelaki itu berdiri. Angga tersenyum saat sopir ojek itu menanyakan namanya.

"Oh, ya sudah toh, Lek. Hati-hati di jalan."

Usai saling mengucap salam, lelaki itu kembali mengantongi ponselnya di saku celana. Dan kini, Angga bersama ojek yang ditumpanginya beranjak pergi menuju asrama Yonif 400/Raider, tempat di mana kedua orangtuanya itu tinggal.

Sincerity (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang