6. SALING MENGUATKAN

5.8K 592 41
                                    

Mika seakan tidak percaya diri memasuki rumahnya sendiri. Dia khawatir Miko belum pulang, dia khawatir Miko sudah di rumah tapi dalam keadaan collapsed, dia khawatir Miko malah sudah terkapar di rumah sakit, dan Samudra marah besar padanya. Yang tambah menyakitkan lagi, dia tak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri dan menyesal seumur hidup.

Mika menghirup nafas panjang dan menghembuskannya pelan.

Safir cukup merasa prihatin. Walau Mika tidak menceritakan ke khawatirannya, Safir cukup memahaminya.

"Gue antar sampai kamar lo, ya?" tawar Safir saat sudah menghentikan motornya di depan rumah Mika dan mematikan mesin motornya.

"Gue nggak apa-apa, kok. Thanks uda nganterin gue sampai rumah," tolak Mika saat turun dari motor.

"Ya udah. Gue pulang, ya? Udah malam."

"Okay."

Mika berbalik. Dia berjalan pelan meninggalkan Safir dengan perasaan tidak tentu.

Safir tak juga melajukan motornya. Dia masih memandangi punggung Mika yang berjalan terus menjauh. Safir hanya belum tega saja. Dia tidak akan tenang sebelum Mika benar-benar membuka pintu rumah dan memasukinya.

Itulah sebabnya dia perhatian pada Mika. Mika itu walau terlihat kuat sebenarnya rapuh. Dia dan dua saudara kembarnya adalah bagian dari orang-orang yang tidak beruntung di dunia ini. Sejak bayi sudah yatim, ditinggal kabur sang Mami tercinta, terlahir dengan sistem organ dalam yang tidak sempurna pula. Seumur hidup mereka harus bergantung dengan obat-obatan. Untung Samudra sangat menyayangi mereka.

Safir menghela nafas panjang. Setelah sampai di rumah nanti, dia akan mengucapkan terimakasih pada Ummi nya karena tak pernah meninggalkannya kemana-mana. Dia akan menghormati Abi nya karena Tuhan masih memberi Safir kesempatan untuk bersama beliau.

Ketika Mika sudah mencapai pintu rumah, Safir menyalakan klaksonnya hingga membuat Mika menoleh ke arahnya.

Mika tersenyum dan tidak menyangka jika Safir masih memperhatikannya. Mika memasuki rumah dan Safir pun melajukan motornya dengan tenang.

***

Mika mendengar suara orang tertawa ketika mencapai ruang tamu. Ternyata pelakunya adalah Miko. Dia sedang menertawai film kartun Tom and Jerry sampai terpingkal-pingkal. Miko dalam keadaan baik-baik saja dan tanpa kurang suatu apa pun.

Menyadari kedatangan seseorang di belakangnya membuat Miko menoleh.

"Mika!! Kok lo nggak telfon gue? Pulang sama siapa?" tanya Miko.

Mika tidak menjawab, membuat Miko sedikit bingung. Dia merasa tidak mempunyai salah apa-apa, tapi kenapa Mika tak mau menjawabnya. Miko sudah lama menunggu telfon dari Mika, tapi salah Mika sendiri tidak menghubunginya.

Miko memperhatikan kondisi kacau Mika. Ada perasaan sedikit heran ketika dia melihat kedua mata Mika hampir menangis.

Miko merasa bersalah. Miko berfikir Mika marah padanya dan kecewa padanya.

"Sorry.. Soalnya lo nggak telfon gue, jadi gue nggak tahu kalau turnamen lo udah kelar," kata Miko merasa bersalah.

Mika tidak menjawab lagi. Dia memilih meninggalkan Miko dan memasuki kamar. Bahkan dia tidak menyapa Samudra dan Miki yang sempat berpapasan dengannya.

Mika mengunci pintu. Dia membuang tasnya asal dan menangis sejadi-jadinya. Perasaannya campur aduk antara sedih, senang dan kecewa.

Sedih karena mengapa obat mereka harus tertukar, senang karena Miko ternyata baik-baik saja, kecewa karena Miko tidak pernah mengkhawatirkannya. Jelas Miko tidak mengkhawatirkannya karena harusnya kalau Miko baik-baik saja, berarti Miko tidak melewatkan suntik insulinnya. Dia sudah membuka tas dan mengetahui peralatan suntik insulinnya tidak ada disana dan memakai yang ada di rumah. Dia harusnya tau inhaler Mika ada padanya. Berarti dia tahu kalau obat mereka tertukar. Lalu kenapa dia tidak memberikan inhaler itu pada Mika. Dia malah menonton tv dan tertawa senang seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Sekedar menanyakan keadaan Mika pun tidak.

ANGEL'S TRIPLET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang