29. MEREDUP

3.8K 465 95
                                    

Seorang dokter dengan balutan snelly tampak memijit pelipisnya pelan. Pusing mulai menderanya setelah tahu pasien tampannya tidak menunjuk kan tanda-tanda akan bangun. Sebut saja namanya dr. Aruman, dokter spesialis penyakit dalam itu bahkan kini sedang melamun di meja kantornya setelah memeriksa keadaan pasiennya yang bernama Miko. Sebenarnya bukan hanya Miko saja yang memenuhi pikirannya, namun saudara kembarnya juga, Miki.

Flash back on,

Dr. Aruman terkejut saat tiba-tiba melihat bocah yang wajahnya mirip dengan Miko berdiri di depan pintu ruangannya. Ini sudah malam, sudah hampir pukul 21.00. Bahkan jam praktiknya sudah selesai dan saatnya dia akan pulang. Untuk apa bocah itu berdiri seorang diri di sana dalam keadaan udara yang dingin.

Walau sudah lama tidak menjadi pasiennya, dokter itu tak akan pernah lupa dengan wajah bocah itu. Bocah yang lemah lembut dan pendiam.

Dr. Aruman tersenyum ramah saat dua mata polos bocah itu menatapnya dengan seulas senyuman.

" Miki? Ada apa malam-malam di depan ruangan dokter? Ada yang bisa dokter bantu?"

Miki berjalan pelan menghampiri dr. Aruman. Dia menunduk dan sesekali memainkan jemarinya yang kurus. Sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu, tapi masih terlalu takut.

Dr. Aruman sedikit kaget saat tiba-tiba Miki bersimpuh di kakinya. Dia menangis terisak-isak sambil memegang lutut dr. Aruman.

" Bangunin Kak Miko, dokter. Sembuhin Kak Miko. Saya mohon.. hiks.."

Dr. Aruman jelas bingung dan syok. Dia bingung harus bicara apa dan harus bagaimana untuk menghadapi Miki. Dia menunduk mencoba melepaskan kedua tangan Miki dengan hati-hati.

Miki pasrah. Dia terus menundukkan wajah sambil menangis. Dia bahkan tidak menyadari jika dr. Aruman sudah mensejajarkan posisinya sejajar dirinya.

Dokter itu menatap Miki prihatin. Dia juga tahu riwayat kesehatan Miki yang sama seperti dua kakak kembarnya. Dokter itu menggenggam kedua tangan Miki yang bergetar. Beberapa tetes air mata Miki yang menetes bahkan jatuh membasahi kedua tangannya.

" Kak Miko.. Pasti sembuh.." katanya lembut. Dia terus menatap Miki dengan sedih. Tangannya yang besar mencoba memegang bahu Miki agar Miki mau memandang wajahnya.

" Besok.. Atau nanti.. Kak Miko pasti bangun.." tambahnya lagi.

Miki mengangkat wajah menatap ragu-ragu dr. Aruman. Sebenarnya, dia malu menangis di depan orang lain, tapi dia sungguh sudah tidak tahan. Biarlah dokter itu menganggapnya cengeng karena pada kenyataannya memang Miki cengeng.

" Dokter janji?" tanya Miki.

Dr. Aruman mengangguk mantap. Dia hanya ingin Miki berhenti bersedih. Dia tahu Miki sangat sensitif. Sedikit memberi harapan akan membuat kondisi Miki jauh lebih baik. Dia yakin masa depan Miko masih panjang. Dia juga yakin sebentar lagi anak bandel itu akan segera bangun.

" Sekarang kamu balik ya! Sudah malam. Kakak kamu pasti bingung nyariin kamu."

Miki mengangguk. Dia segera bangkit dibantu dr. Aruman. Dr. Aruman sempat mengusak rambutnya pelan.

" Makasih dokter.. "

" Iya. Jangan lupa minum obat."

" Iya. Selamat Malam.."

"  Selamat Malam.."

Dr. Aruman segera memasuki ruangannya setelah Miki berlalu.

Flash back off..

ANGEL'S TRIPLET [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora