15. TRIPLETS

4.2K 601 28
                                    

Samudra tetap melangkahkan kakinya menelusuri jalan yang sepi. Miki sudah tidak bersuara lagi, sepertinya bocah itu tertidur.

Berjalan sambil menggendong ternyata lama-lama lelah juga. Samudra sangat berharap akan ada mobil yang lewat. Dia ingin menumpang.

Hati Samudra bahagia karena melihat mobil pick up putih melaju se arah dengan Samudra.

Samudra melambaikan satu tangannya dengan cepat, lalu memegang Miki kembali.

Entah karena tidak menyadari atau karena tidak mau memberi tumpangan mobil itu tidak mau berhenti. Dia lurus saja melewati Samudra dan Miki.

Samudra mendesah sebal. Dia merutuki sang sopir yang menurutnya kelewat pelit. Apa susahnya memberi tumpangan. Kalau tidak boleh duduk di depan, Samudra juga bersedia duduk di belakang.

Samudra berjalan menunduk sambil masih menggendong Miki. Tanpa dia sadari, mobil itu berjalan mundur menghampirinya.

" Oei? Sam?" teriak sang pengendara membuat Samudra menoleh ke arahnya.

Seorang wanita cantik tampak menyembul dari mobil sambil tersenyum padanya.

" Layna.." kata Samudra setengah tidak percaya.

Layna adalah adik kelas Samudra semasa SMA dulu. Mereka akrab karena Layna menyukai musik dan sering mengadakan pensi. Samudra yang pada waktu itu menjabat sebagai ketua OSIS sempat akrab gara-gara sering bertemu saat rapat pensi dan OSIS digabung jadi satu.

Layna memundurkan mobilnya lagi hingga tepat berada di samping Samudra. Lalu dia melongokkan kepalanya lagi.

Layna sempat mengernyit bingung melihat seseorang berada di punggung Samudra. Melihat wajah Miki yang jauh lebih muda dari Samudra, Layna sudah bisa menebak kalau Miki itu adik Samudra.

" Adik lo?" tanya Layna menebak.

Samudra mengangguk.

" Kakinya sakit?" tanya Layna lagi. Dia sedikit heran melihat Miki tertidur di punggung Samudra.

" Nggak. Bukan kakinya yang sakit, tapi jantungnya."

" Ups, Maaf.." kata Layna menutup mulutnya. Dia cukup prihatin anak sekecil Miki menderita penyakit seperti itu, pasti berat sekali.

Samudra hanya menanggapinya dengan tersenyum. Layna jadi teringat masa SMA dulu. Samudra tidak pernah berubah. Dia masih sama, pendiam.

" Eh! Lo mau kemana sih? Gue anterin aja. Nggak capek apa? Jalan kaki sambil gendong," tawar Layna.

Samudra menatap mantan Adik kelasnya itu. Dia juga masih sama, cantik, bersemangat, dan cerewet.

" Boleh," jawab Samudra senang.

Layna bergegas membukakan pintu. Karena mobil Layna adalah mobil pick up, jadi mereka semua duduk di depan. Layna menatap Miki yang berada di sebelahnya persis. Miki tidak bangun sama sekali walau sudah dipindahkan Samudra di jok.

" Tolong pegangin adik gue sebentar," kata Samudra saat mendudukkan Miki di samping Layna.

Layna memegang Miki. Dia menatap wajah Miki dengan seksama. Entah apa yang ada di fikirannya.

Lalu Layna menatap Samudra yang sedang sibuk menutup pintu.

" Adik lo nggak pingsan, kan?" tanya Layna khawatir. Dia hanya heran saja karena Miki tidak terbangun walau dipegang Layna.

Samudra mengambil alih Miki dan mendekapnya lagi.

" Gue harap sih, enggak."

" Hah?" Layna membuka mulutnya kaget. Dia merasa Samudra terlalu santai terhadap Miki. Katanya adiknya sakit, tapi dia bahkan menanggapinya dengan santai saat Miki tak bangun sama sekali.

ANGEL'S TRIPLET [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora