26. KANGEN

4K 448 25
                                    

Kadang ikatan persaudaraan akan terasa begitu dekat ketika sudah tak bersama. Kadang kita juga baru menyadari kebersamaan itu begitu berharga walau hanya diisi dengan pertengkaran ketika kita sudah tidak merasakan kebersamaan itu lagi. Baru sebentar Miko dinyatakan kritis dan koma, Mika sudah merasakan betapa berartinya Miko baginya selama ini. Mika lebih baik terus dipanggil Miko tanpa embel-embel Kakak daripada melihat Miko dalam keadaan seperti ini. Dia lebih baik melihat tingkah menyebalkannya yang selalu membuatnya marah daripada Miko terbaring tidak berdaya seperti ini. Dia lebih baik akan selalu mengalah dan tidak akan menyakiti Miko lagi daripada Miko kesakitan seperti ini. Ia akan memanjakan Miko seperti ketika ia memanjakan Miki.

Mika diam-diam menangis mengingat betapa menderitanya Miko ketika bocah itu jatuh tak sadarkan diri bersandar di wastafel. Suara lirih yang memanggilnya 'Kak' saat Miko terduduk berbanjir keringat masih terngiang-ngiang di telinganya. Bibir yang selalu menirukannya saat mengomel itu kini tertutup rapat dengan masker oksigen. Mulut menyebalkan Miko yang selalu iseng menjulurkan lidah saat bertengkar dengannya itu kini tak bergerak lagi entah sampai kapan.

Mika duduk termenung sendirian di depan ruang ICU. Samudra sedang berada di dalam menjaga Miko seorang diri. Sedangkan Miki dibawa Layna pergi entah kemana.

Mika memeluk jaket dan seragam Miko erat. Mika masih terbayang betapa tidak berdayanya Miko saat di ruang ICU.

Mika baru menyadari kalau di kantong jaket Miko terdapat hape saat ia tak sengaja menyentuhnya. Tangan Mika bergerak untuk mengambil dan menggenggam hape itu erat. Airmatanya menetes perlahan. Hape yang biasanya mereka perebutkan itu kini sepenuhnya berada di tangannya tanpa ada seorang pun menghalanginya.

Mika iseng membuka-buka aplikasi galeri. Dia tidak sengaja menemukan video saat Miko iseng merekam insiden ketidak sengajaan Samudra saat mencium dirinya. Ah! Kenangan itu membuat Mika tambah ingin menangis saja. Mika hendak menghapus video itu, tapi dia urung. Suara tawa bahagia Miko terekam jelas di video itu. Mika merindukan tawa jahil itu. Bahkan, dia mengulang-ulang video itu agar mendengar tawa Miko lagi dan lagi untuk mengurangi rasa rindunya.

Mika baru mematikan video itu setelah menyadari seseorang tengah menyentuh bahunya dengan lembut. Dia menoleh cepat dan menemukan Safir sudah berdiri di sampingnya.

" Kenapa? Kangen?" tanya Safir sembari mengulas senyum. Tanpa Mika sadari, Safir sedari tadi ikut nimbrung melihat video itu dari arah belakang. Safir sangat tahu kalau sebenarnya Mika sangat merindukan Miko.

" Gue perhatiin dari tadi cuma lo ulang-ulang aja videonya. Kangen sama Miko apa kangen dicium Kak Sam?" goda Safir yang kemudian dihadiahi sebuah tonjokan ringan di lengannya oleh Mika.

" Emang gue sama Kak Sam cowok apaan? Sembarangan lo," ujarnya bergidik geli.

Safir kemudian mendudukkan diri di sebelah Mika dengan masih tertawa melihat ekspresi geli Mika.

" Itulah artinya saudara. Kita baru menyadari kalau kehadirannya begitu berharga saat kita sudah tidak menikmati kebersamaan bersamanya lagi."

Sejenak, Mika memperhatikan penampilan Safir. Safir sudah tidak memakai baju seragam lagi dan sudah berganti dengan pakaian sehari-hari. Ternyata Mika baru menyadari kalau dia sudah hampir seharian di rumah sakit. Mika bahkan masih mengenakan seragam dari pagi hari hingga sore hari.

" Tahu darimana Miko di rumah sakit?" tanya Mika. Dia memaksakan sebuah senyuman agar terlihat baik-baik saja.

" Anak kecil yang sering main sama Miki. Siapa namanya? Faiz, ya?"

" Iya, mungkin. Nyokapnya tadi pagi sempat lihat ribut-ribut di rumah gue."

" Miko gimana?"

" Belum sadar." Mika menundukkan wajah lesu. Ada kesedihan yang teramat dalam terlihat saat Safir memperhatikannya.

ANGEL'S TRIPLET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang