24. MENYESAL

4.7K 531 106
                                    

Sarapan pagi berjalan dengan sunyi. Hanya suara denting sendok yang beradu dengan piring yang terdengar karena Samudra dan adik-adiknya tidak berbicara sama sekali. Miki rasanya ingin menangis saja. Dia tidak ingin keluarganya jadi seperti ini. Tidak ada yang membuka pembicaraan sama sekali. Miki juga masih takut pada Samudra. Sejak tadi dia tidak mau menatap Samudra dan berusaha makan sarapannya sendiri.
Mika dan Miko tampak sabar menanti Miki yang sangat lamban sekali saat makan. Samudra hanya melirik sekilas dan tak berniat sama sekali menyuapinya seperti biasanya. Mika bahkan menyayangkan sikap Samudra yang kekanakan. Mungkin, Samudra masih kecewa pada mereka karena kejadian semalam.

Mika mendekati Miki. Dia mengambil alih sendok dan menyuapinya. Miki sempat takut-takut menoleh pada Samudra, namun tangan Mika meraih wajahnya agar Miki menatap Mika saja.

" Makan yang banyak! Biar kuat kayak Kak Mika. Sini, Kak Mika suapin," kata Mika perhatian. Dia menyodorkan sesuap nasi ke arah mulut Miki. Miki melahapnya pelan-pelan.

Samudra tidak suka melihatnya. Dia memilih beranjak dari duduk dan meninggalkan mereka.

" Habis ini, belajar makan cepat sendiri, ya? Kalau cara makan Adek begini terus, nggak cepet gemuk," kata Mika menasehati.

Miki mengangguk.

Miko menyadari sikap berubah Samudra. Dia tahu Samudra masih kecewa padanya. Bahkan, sepanjang sarapan pagi berlangsung, Samudra tidak bersikap seperti biasanya. Saat meninggalkan meja pun, Samudra masih tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Miko mengabaikan pemikiran buruknya terhadap Samudra. Dia lantas mengumpulkan piring kotor dan membawanya ke wastafel. Dia ingin mengurangi pekerjaan Mika pagi ini. Mika sedang sibuk menyuapi Miki. Dia ingin mencuci piring agar Mika tidak perlu mencucinya. Dia tidak mau mereka terlambat sekolah.

Miko memutar air keran saat sudah meletakkan piring kotor itu di wastafel. Dia segera mengambil sabun dan mengambil salah satu piring untuk dicucinya. Dia menatap buih yang berada di sekitar piring terlihat sedikit mengabur. Dia mencoba memfokuskan pandangannya kembali, tapi bukan hanya buih saja yang saat ini terlihat mengabur melainkan semua hal yang dilihatnya. Tubuh Miko terasa seperti akan oleng seketika. Dia berpegangan kuat pada pinggiran wastafel karena merasa tubuhnya tiba-tiba tubuhnya terasa dingin hingga membuatnya gemetaran. Miko mulai merasa perutnya sangat mual dan tubuhnya seperti melayang. Perlahan dia melorot dan duduk di atas lantai karena tidak kuat menopang. Kepalanya dia sandarkan di tembok karena sungguh dia sudah tak kuat lagi.

 Kepalanya dia sandarkan di tembok karena sungguh dia sudah tak kuat lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Miko benar-benar sudah tidak kuat lagi. Wajahnya terlihat sangat pasi dan tubuhnya terlihat begitu lemas. Keringat dingin mulai bercucuran hingga peluh mulai memenuhi anak-anak rambut. Miko merasa kesadarannya mulai berada di ambang batas.

" Kak..." panggilnya pada Mika sebelum kesadarannya benar-benar terenggut. Dia berharap Mika segera datang dan menolongnya.

Mika dan Miki menoleh ke arah sumber suara itu berasal. Mika berlari meninggalkan Miki menghampiri Miko dan terkejut sudah menemukan Miko tak sadarkan diri dengan posisi duduk bersandar di tembok wastafel.

ANGEL'S TRIPLET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang