28. BANGUN, DEK

3.8K 441 43
                                    

Seorang perawat berhijab memperhatikan Samudra dengan haru. Semenjak Miko terbaring lemah di ICU, Samudra tak pernah meninggalkannya walau sebentar saja. Dia terus menggenggam tangan Miko dan mengusap-usapnya pelan. Tangannya juga sesekali tampak mengusap keringat di wajah Miko dengan lembut memakai tisu. Samudra lantas terlihat meletakkan tisu dan mengusap pipi Miko dengan lembut. Dia mengusap pipi Miko dimana dia terakhir kali menamparnya. Pipi itu, terlihat lebam membiru.

" Maafin Kak  Sam.." bisiknya dalam hati.

Tangan Samudra kemudian berpindah ke kaki Miko, lalu memijitnya pelan. Bahkan, sesekali tangannya tampak menyusup ke dalam selimut dan mengusap-usapnya agar kaki Miko terasa hangat.

Perawat berhijab itu menyentuh bahu Samudra pelan. " Permisi.. Ganggu sebentar ya.. Mau ganti infus," sapanya lembut.

Samudra segera menggeser tubuh dan memberi akses pada perawat itu untuk melaksanakan tugasnya.

" Dek Miko kelas berapa, Mas?" tanya perawat itu membuka perbincangan. Dia terlihat sedang sibuk melepas kantong infus dan segera menggantinya dengan yang baru.

" Kelas XI, Sus."

" Dengar-dengar pernah juara 1 Olympiade matematika, ya?"

" Suster tahu darimana? Iya. Adik saya memang pintar."

" Dari dr. Aruman. Walau saya bukan perawat senior, dr. Aruman sering menceritakan soal pasiennya yang bernama Mika, Miko sama Miki. Katanya kembar tiga, dan tampan-tampan semua."

" Mika, Miko dan Miki pasien dr. Aruman, 'kan?" tanya Suster itu memastikan.

" Iya, Sus. Kebetulan banget. Tiga saudara sakit semua, tapi sekarang Miki sudah dapat dokter spesialis jantung," jawab Samudra. Karena sebelum ada spesialis, Miki juga dikontrolkan ke dokter penyakit dalam.

Adik-adiknya memang pasien dr. Aruman. Dokter spesialis penyakit dalam di rumah sakit dimana dia memeriksakan rutin keadaan kesehatan adik-adiknya. Namun, semenjak Miki masuk SMP, dia sudah mempunyai dokter spesialis sendiri khusus Cardiovascular. Dan secara kebetulan, dr. Aruman mempunyai praktik juga di rumah sakit Miko berbaring sekarang.

" Yang sabar, ya? Saya yakin Dek Miko cepat bangun, kok. Dia akan segera sehat seperti sedia kala. Bukan hanya dek Miko saja, tapi semua adik-adik Mas akan baik-baik saja."

" Amin, Sus. Adik-adik saya pasti sehat, kok." Samudra berucap mantap, walau masih saja dihantui rasa khawatir dan ketakutan akan kehilangan mereka.

Perawat itu menyentuh kepala Miko lembut dan mengelusnya." Cepat bangun, Dek!" katanya.

" Ganteng-ganteng jangan bobok lama-lama. Nanti malah jadi pangeran tidur kamu nanti," tambahnya lagi.

" Kalau Pangeran tidur boboknya lama-lama, gantengnya hilang loh," tambahnya lagi sambil tersenyum.

Samudra ikut tersenyum. Dia masih ingat saja saat Mika dan Miko selalu bertengkar adu ketampanan. Mungkin, kalau Miko sekarang dalam keadaan sadar, kepalanya langsung membesar karena karena mendengar pujian Perawat itu.

" Adik saya yang satu ini memang ganteng, tapi juga bandel. Saya sudah sampai nangis-nangis begini pengen dia bangun, tapi nggak mau bangun-bangun juga." Samudra tersenyum kecut saat tiba-tiba airmatanya menetes pelan. Buru-buru ia mengusapnya.

Samudra menatap Miko sedih. Dia sudah rindu sekali sikap jahil dan cerewet Miko yang kadang membuatnya jengkel. Perawat itu sepertinya tahu kesedihan Samudra. Dia beralih menatap Samudra setelah membereskan peralatannya.

" Jangan sedih. Saya yakin nanti atau besok, Dek Miko pasti bangun. Dia pasti bandel lagi."

" Iya. makasih, Sus."

ANGEL'S TRIPLET [END]Where stories live. Discover now