1

12.9K 431 5
                                    


"Dokter dokterr. Pasien detak jantungnya melemah" teriak salah satu suster di rumah sakit Gajah Mada.

"Saya cek dulu sus. Tolong anda bantu saya" ucap sang dokter.

Suster tersebut mengangguk. Lalu membantu sang dokter untuk menangani pasiennya.
Dokter tersebut berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan pasien. Hingga keringat membasahi kening dan bajunya.

Berkali kali dokter tersebut membaca doa agar pasien tersebut dapat selamat.
Dokter tersebut menyeka keringat yang membanjiri keningnya.

Mata pasien tersebut mengerjap. Tandanya pasien sudah sadar. Tak henti hentinya sang dokter mengucap syukur.

"Alhamdulillah" ucap sang dokter

"Dok.. b-bol-eh say-ya min-ta tol-ong" ucap pasien dengan terbata bata

"Tentu saja tuan. Dengan senang hati saya membantumu. Apa yang kau perlukan?"

"Pang-gil-kan anak d-dan cu-cu say-a tol-ong"

Dokter tersebut mengangguk. Dan bergegas keluar ruangan.
Dokter membuka pintu dan mendapati sang keluarga pasien tengah duduk dan berdoa. Wajah mereka menandakan jika mereka khawatir terhadap pasien.

Tiba tiba ada gadis yang berlari kearahnya

"Dokter! Bagaimana keadaan kakekku? Apakah dia baik baik saja? Dimana dia? Aku ingin melihatnya dokterr. Tolong" ucap sang gadis dengan wajah menggemaskan sambil menarik narik baju dokter nya.

Dokter tersebut tersenyum. Ada hal aneh lain saat melihat gadis itu. Saat melihat nya dokter tersebut merasa damai dan sejuk.
Jantungnya berdetak secara tidak normal.

"Apakah yang terjadi? Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya"

"Kakekmu ada didalam. Kakek ingin bertemu dengan keluarganya" ucap dokter itu.

"Benarkah itu dokter? Kakek ingin bertemu?" Ucap gadis itu kembali. Sambil menunjukan mimik wajah yang begitu ceria.

"Ya. Silahkan temui kakekmu. Tapi jangan berisik ya"

Gadis itu mengangguk antusias.

"Baik dokterr" ucap gadis itu sambil berlari kearah ruangan kakeknya berada

"Terimakasihh dokter. Saya permisi kedalam dulu" ucap laki laki paruh baya

Dokter tersebut tersenyum dan mengangguk. Lalu, dokter meninggalkan tempat tersebut dan kembali ke ruang kerjanya untuk mengistirahatkan sejenak badan nya.

***

Syakila POV

"Assalamualaikum kakek" ucap gadis itu sambil memasuki ruangan.

Hey. Aku belum memperkenalkan diri. Hai. Namaku Nisrina Syakila Hermawan. Akrab dipanggil Syakila. Aku anak bungsu. Memiliki dua kakak laki laki,yang satu diantara mereka kembaranku. Kenalin, kakak pertamaku Andreas Favian Hermawan. Aku memanggilnya kak Andre. Sekarang dia kuliah di luar kota. Yah,sebenarnya dia ingin kuliah di luar negeri. Tapi apa daya orang tua tidak mengizinkan hihi. Jadi, dia kuliah diluar kota. Tepatnya di Solo. Dan,kakak kedua ku sekaligus kembaranku bernama Nafian Saddam Hermawan. Aku memanggilnya kak Nafi. Dia kembaranku. Yah, sama denganku, dia masih 17 tahun dan sekarang kelas 12 di SMA GARUDA bersamaku. Dia dan aku berbeda. Dia orangnya tenang, aku tidak. Dia pintar, aku lumayan. Dia tidak berisik, aku berisik. Dan masih banyak lainnya. Aku saja tidak percaya jika kami kembar. Tapi sudahlah memang kenyataannya seperti itu.
Ayah ku bernama Daniel Putra Hermawan. Dan bundaku Nindy Vela Mumtaza. Ayah seorang pembisnis yang sukses. Cabang perusahannya sudah dimana mana. Bunda tadinya seorang pegawai bank di salah satu bank terkenal diJogja. Tetapi, semenjak memiliki anak, Ayah tidak lagi mengizinkan Bunda untuk bekerja.
Kakek ku bernama Indra Hermawan. Dan nenekku bernama Sonya Fauziah.

Okey. Lanjut wkwk..

"Waalaikumusalam cucu nenek yang paling cantik" ucap nenek sambil mengecup puncak kepalaku.

"Hehe,iyasih cantik. Kan cuma aku doang yang Wanita" ucapku yang diakhiri dengan bibirku yang manyun.

Seketika ruangan kakek penuh tawa. Aku mendengus kesal.

"Dasar bocah" ucap kak Nafi sambil mengacak jilbabku dengan gemas.

Hey perlu kalian ketahui, Aku berjilbab. Yah,walaupun tidak menggunakan jilbab yang besar. Tapi kata ayah , jika aku menyayanginya aku harus menutup auratku.
Tentu saja aku sayang ayah! Maka dari itu aku memakai jilbab ku

"Bundaaaa,ini kak Nafi jahat banget ish" ucapku kesal sambil merapikan kembali jilbabku yang acak acak karena ulah kembaranku.

"Dih. Jahat apanya dah. Ojo nambah nambahi nduk" ucap kak Nafi
(Jangan menambah namabahkan nak [nduk itu untuk panggilan perempuan])

"Gausah berantem Nafi, Syakila!" Ucap bunda ku dengan nada tegass

"Iya bundaaaa" jawab kami berdua bersamaan.

•••

"Halo cucu kakek yang paling cantik" ucap kakek dengan senyumannya.

"Hai kakek. Gimana keadaan kakek? Udah lebih baik?"

"Ya,seperti inilah hehe. Kakek mau mengajukan sebuah pernyataan. Yah,mungkin kamu terkejut. Tapi ini sudah terlanjur sayang. Dan kakek mohon, kamu memenuhi keinginan kakek untuk terakhirr kalinya" ucap kakek dengan nada yang lemah. Aku benar benar takut. Aku takut kakek meninggalkan ku. Aku takut tak bisa menuruti kemauan kakek. Aku takut jadi cucu durhaka. Aku takut itu.

"Iya kakek. Syakila akan mencoba untuk memenuhi keinginan kakek. Asal kakek tidak meninggalkan Syakila" ucapku dengan lembut

Kakek tersenyum. Kemudian dia menyuruhku mendekatinya. Entah kenapa aku begitu takut. Aku takut dengan keinginan kakek untuk terakhirr kalinya ini. Tapi aku segera menepis nya jauh jauh.

"Dulu, kakekmu ini memiliki seorang sahabat sejati. Perjanjian yang dibuat dengan rasa bahagia tanpa memikirkanmu. Perjanjian itu dibuat saat kakek seumuran denganmu. Kakek rasa perjanjian yang kami buat saat itu adalah perjanjian yang resmi. Karena ada saksi dan sahabat kakek sangat ingin mewujudkannya" Aku menyimak yang kakek katakan itu dengan baik. Aku gelisah. Benar benar gelisah. Apa sih sebenarnya?

"Perjanjian itu berisi jika sahabat kakek memiliki cucu laki laki, Dan kakek memiliki cucu perempuan yang bungsu,maka keduanya akan dijodohkan"

WHATT?

"Ap-pa?" Jawabku sedikit teriak

"Kakek mohon sayang, ini permintaan terakhirr kak- uhukk"

"Kakekkk" semuanya berteriak

Aku benar benar bingung.
Coba bayangkan aja? Aku belum tau apapun tentang rumah tangga. Aku masih berumur 17 tahun. Sekarang aku harus menikah?

"Nduk, Bagaimana keputusan mu?" Tanya nenek

"A-aku"

•••

SyakilaWhere stories live. Discover now