5

9K 407 3
                                    


Angkasa POV

Setelah membujuk Syakila dengan penuh perjuangan,akhirnya kami berada di rumah masakan Padang.
Oh jadi ini yang dimau dari tadi -_-

"Udah?"

Syakila mengangguk. Kemudian minum jus alpukat miliknya dengan pelan.

Kemudian kami keluar, dan menuju Mobil.
Sepanjang perjalanan kami hanya diam. Kulirik bangku sebelah ternyata Syakila tidur.
Aku terkekeh melihat wajahnya yang menggemaskan dan polos saat tidur.
Itu objek favorite ku hehe.

Mobil hitam milikku akhirnya telah sampai dihalaman rumah.
Melihat wajah Syakila yang lelah, Aku tak tega membangunkannya. Kemudian aku menggendongnya kedalam rumah.

"Loh loh. Syakila kenopo iki?"
(Kenapa ini?)

"Ketiduran bi"

"Oh. Matur ta. Yowis tak siapke kamar disek"
Ucap Bibi kemudian melangkahkan kaki ke kamar lantai 2.
(Bilang dong. Yaudah saya siapkan kamar dulu)

"Iya bi"

Kemudian aku membaringkannya dikamar milikku. Sekarang aku hanya tinggal berdua. Eh ber Lima. Aku, Syakila,Bibi, Satpam, dan Sopir. Aku memutuskan untuk tidak tinggal dengan kedua orang tuaku maupun kedua orang tua Syakila. Karena kami ingin mandiri dan membangun rumah tangga tanpa campur tangan orang tua.
Dan kami membuat kesepakatan agar tidak melupakan orang tua. Maka itu,kami sepakat mengunjungi rumah kedua orang tua jika weekend ataupun hari lain.

"Enggh"

Aku memandangi wajah polosnya. Damai sekali melihatnya. Ingin sekali memeluk gadis SMA yang satu ini. Menyenangkan. Nyaman. Ga tergantikan pokoknya heheh.

Kemudian kulihat dia mengerjapkan matanya perlahan. Aku tersenyum dan membelai wajahnya yang menggemaskan itu.

"Udah bangun?"

Dia mengangguk. Dan tersenyum. Kemudian berusaha untuk duduk.
Kemudian dia bangkit.

Aku mencekal tangannya.

"Mau kemana?"

"Kamar Mandi. Mau mandi"

"Bareng"

Syakila melotot. Kemudian mencubit lenganku keras.

Ish. Cubitannya super banget dah. Kekuatan calon emak yang luar biasa.

"Sakittt" aku mengaduh kesakitan.

"Dasar suami mesum" ucapnya menjewer telingaku.

Jangan ditiru ya,dilakukan hanya oleh orang professional kaya aku gini. Strong. (Strong : Strees Tak Tertolong).

•••

Minggu.

Pada hari ini hari yang cerah ini, aku malas beranjak dari tempat favorit ku. Yaitu kasur.
Rasanya gravitasi pagi saat hari minggu begitu kuat. Rasanya kasur ini memelukku begitu erat. Sepertinya ia tidak mau ditinggalkan. Jadi, ya sudah. Aku disini saja. Masa masih nyaman nyamannya malah ditinggal?

"Kak bangun!" Ucap seseorang menepuk nepuk pundakku. Seperti kang ojek saja haha

"Nanti"

"Sekarang"

"Nanti"

"Sekarang"

"Nanti"

"Sekarang"

"Nanti"

"Sekarang"

"Nan.."

"Sekarang!"  Ucap Syakila dengan tegas dan garang. Apa jangan jangan dia PMS? Perempuan menjadi singa? Wah! Parah! Harus cari tau nih, apa aja yang bikin dia bahagia,biar lupain tuh sakit pms nya.

"Kakakkkk!"

Aku terlonjak kaget mendengar Syakila teriak. Duh calon mamak dari anakku marah nih.
Mengalah aja lah. Yang salah kan cowo.

Syakila dulu pernah bilang "Kak tau ga? Sebenernya dimana mana yang salah itu cowo. Karena ga ada tuh yang namanya *mbasalah* adanya *masalah* iya ga?"

Sejak saat mendengar itu,aku jadi mengalah dengannya terus menerus.
Menyebalkan.

"Iya ini bangun. Mau mandi"

"Iya aku tunggu dibawah" ucap Syakila beranjak dari tempat tidur

"Eh bentar"

Syakila mengangkat alisnya sebelah

"Kaki kamu gapapa kan?"

"Hah? Kaki? Iya gapapa"

"Bisa jalan?"

"Bisa"

"Yuk sekarang"

Duk!

"Awh!" Ucapku kaget. Gila aja lempar bantal sembarangan. Kena dimuka lagi. Sial

Dari pada kena amukan macan, lebih baik mandi dan bersiap untuk sarapan bersama istri tercinta haha.

•••

Angkasa POV

Selesai mandi dan ganti baju aku bergegas menghampiri Syakila di ruang makan.
Kulihat dia dan Bibi sedang menata sarapan diatas meja.

"Pagi" ucapku padanya.

"Pagi juga" ucapnya dan diakhiri dengan senyuman manisnya.

Syakila mengambilkan nasi untukku beserta lauk pauknya. Kemudian dia duduk tepat didepanku.
Kemudian kami makan dalam keheningan.

Setelah sarapan sudah selesai, Aku dan Syakila menuju halaman belakang. Sekedar bersantai menikmati hari libur.

"Kak?" Ucap Syakila

"Iya?"

"Aku sebenernya ga bisa masak,mencuci juga"

"Terus?"

"Ya takutnya kakak kecewa"

"Apa kamu pikir memasak,mencuci,menyapu,mengurus rumah dan lain lain itu kewajiban wanita?" Ucapku

Syakila menatapku tak paham.

"Ketahuilah Sya,itu semua kewajiban lelaki yang sudah beristri"

"Loh tapi kenapa bunda melakukannya?" Ucapnya tak paham.

"Kewajiban istri itu taat pada dan mencari ridho suami" ucapku menjelaskan. Aku menarik nafasku pelan. Kemudian melanjutkan.

"Karena suami mungkin tidak bisa mengurus rumah, jadi kebanyakan wanita membantu mengurus semuanya. Tapi bukan atas nama kewajiban, tetapi sebagai wujud cinta dan juga wujud istri yang mencari ridho suaminya"

Syakila mendengarkan. Kemudian menggelengkan kepalanya. Aku tau jika dia tak faham apa yang aku ucapkan.

"Baiklah karena kamu tak faham juga,kakak mau bertanya"

"Iya, apa?"ucapnya penasaran

"Bukankah kewajiban lelaki menafkahi istrinya? Baik sandang,pangan maupun papan?"

Dia mengangguk, "iya tentu saja"

"Pakaian yang bersih adalah nafkah. Sehingga mencuci adalah kewajiban suami. Makanan adalah nafkah. Maka kalau masih berupa beras,itu masih setengah nafkah. Karena belum bisa dimakan. Sehingga memasak adalah kewajiban suami. Lalu menyiapkan rumah tinggal adalah kewajiban suami. Sehingga kebersihan rumah adalah kewajiban suami"

Matanya membelalak mendengarku berbicara.

"Waah, sampai segitunya ya Kak. Tapi kalau itu kewajiban suami,mengapa banyak ibu ibu diluar sana tetap melakukannya?"

"Karena pada umumnya wanita mencari ridho suami,wanita juga mencari pahala agar selamat dunia akhirat. Ini juga menjadi ladang pahala untuk wanita wanita yang sudah bersuami"

"Oh gitu ya Kak. Aku harus belajar masak dong"

Aku mengangguk dan tersenyum. Kemudian membawa Syakila kedekapanku. Mengecup keningnya dengan sayang.

SyakilaWhere stories live. Discover now