XXX

13.7K 1.9K 235
                                    

Jeno merengut sebal, ketika pagi ini ditemani oleh hyung nya untuk bersiap-siap. Bocah lima tahun itu kesal luar biasa karena pagi ini ibu atau ayahnya tidak membantunya bersiap siap, padahal mereka tahu benar ini adalah hari pertamanya masuk sekolah. Ibunya yang cantik itu jatuh sakit, dan menurut Jeno itu semua adalah karena adik bayi!. Sudah dua hari seperti ini, sarapan juga bersiap siap tanpa Taeyong. Meskipun masakan ayahnya tidak buruk, namun ke alpaan Taeyong membuat Jeno juga Mark tidak bernafsu untuk makan. Jaehyun yang menyadari ini hanya bisa menghela napas, sudah mengerti jika dua jagoannya ini masih juga belum mau menerima jika mereka akan memiliki seorang adik.

"Selamat pagi"

Sapaan lemah dengan suara serak itu membuat ketiga Jung menoleh untuk mendapati Taeyong yang super pucat dengan jubah tidurnya yang diikat sembarangan. Nyonya Jung itu tampak lemah, namun meminta suaminya untuk tetap duduk ketika dilihatnya Jaehyun hendak datang untuk membantunya.

"Mommy"

Mark menyapa ibunya, yang dibalas Taeyong dengan senyum dibibirnya yang kering. Sementara Jeno memilih diam, melipat kedua tangan didepan dada dan sesekali melirik kearah ibunya.

"Jeno, anak mom tampan sekali dengan seragam lucu ini"

Tangan Taeyong yang hendak menyentuh pipi si bungsu ditepis cepat oleh pemiliknya. Taeyong tersenyum pahit, sementara Jaehyun benar benar kesal dengan ulah anak bungsunya ini.

"Jae, tunggu sebentar ya. biarkan aku bersiap, kita harus mengantar Jeno di hari pertamanya"

"Tidak Tae. Kau harus istirahat, aku tidak mau kau ataupun bayi kita kenapa napa"

"Adik bayi! Adik bayi! Belum lahir saja sudah mengambil semua perhatian mom dan dad! Bagaimana kalau sudah lahir! Aku tidak mau adik bayi! Aku benci adik bayi!"

Jeno turun dari tempat duduknya, berlari keluar yang dengan cepat diikuti oleh Jaehyun. meninggalkan Taeyong berdua dengan Mark yang kini menatap ibunya yang hampir menangis.

"Aku sudah coba menjelaskan padanya mom, tapi mom tau benar keras kepalanya Jeno"

Taeyong mengangguk, kemudian mendekat kearah si sulung untuk memeluknya.

"Terimakasih sayang"



Kehamilannya kali ini membuat Taeyong lemah luar biasa. Morning sickness, pegal dipersendian dan makanan yang tak bisa bertahan lebih dari dua jam diperutnya. Taeyong menjadi lemas tiap hari, membuatnya harus terbaring diranjang kamar sehingga tak bisa menemui anak anaknya yang masih belum senang tentang kabar kehamilannya. Hah, hal ini membuat pikirannya kacau, sebab bagaimanapun, setelah Jaehyun, ia paling tidak bisa diacuhkan oleh anak anaknya. Minhyung mungkin sudah mau mengerti, namun tidak dengan Jeno. si keras kepala itu masih betah untuk tidak bicara ataupun menemuinya, meskipun Taeyong tau jika sesekali bocah cilik itu akan mengintip diam diam di depan pintu kamar. Tapi Jeno menolak untuk masuk tiap kali ia memanggil namanya.

"Sayang...."

Jaehyun pulang dengan sekotak manis dunkin donuts yang adalah favorit Jeno, makanan yang sejak dua jam lalu selalu berputar putar dalam fikiran Taeyong.

"Jae... aku ingin bertemu Jeno"

"Aish, anak itu! Kenapa dia tidak juga bisa mengerti?"

Taeyong melihat percikan kemarahan di mata Jaehyun. dia tau jika suaminya itu pastilah telah mencoba banyak cara untuk membuat Jeno mengerti. Namun baik Jaehyun ataupun Jeno bukanlah orang yang mau saling mendengar satu sama lain. Taeyong yakin, apapun yang dijelaskan Jaehyun tak akan pernah didengar Jeno. kecuali jika Jaehyun benar benar menunjukkan emosinya yang sebenarnya.

[END] Our Marriage Life (1st Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang