Special Chapter : Cacar

10.8K 1.5K 120
                                    

Minhyunh : 13 Tahun Jeno : 8  tahun Tahun

.
.
.
.

Taeyong menemani Minhyung tidur, mengusap pelan rambut si sulung yang tengah sakit. Wajah tampan juga tubuh puteranya itu penuh bintik cacar air yang empat hari ini sudah dideritanya. Untuk sementrara, Jeno di ungsikan tidur bersama Jaehyun, mengingat dua orang itu belum pernah terkena cacar, sementara Taeyong sudah, bisa berbahaya jika Jeno atau Jaehyun juga terkena cacar. Sembari menggumamkan lagu pengantar tidur, Taeyong mengelus pundak si sulung yang melingkarkan tangannya pada tubuh sang ibu.

"cepat sembuh sayang. i love you"
Ucap Taeyong sembari mengecupi dahi Minhyung dengan sayang.

Kronologinya seperti ini, adalah suatu pagi dimana Minhyung melihat bintik bintik kecil pada lengannya. Otak cerdasnya langsung teringat tentang cacar yang diderita teman kelasnya, Samuel. Pikirnya ia pastilah sudah tertular, karena itu ia cepat cepat menemui ayahnya yang kebetulan sedang menyeruput kopi pagi sementara ibunya sedang membantu adiknya bersiap.

"Dad! Lihat! Sepertinya aku terkena cacar!"
Minhyung mengangkat lengan seragam sekolahnya, menunjukkan bintik halus itu pada sang ayah.

"dude, ini hanya biang keringat. Jangan panik begitu, oke"
Ucap Ayahnya dengan nada santai bahkan mengusap kepalanya sayang. Minhyung pikir, mungkin ayahnya benar, barangkali ia hanya paranoid ikut tertular cacar dari Samuel.

Tapi semuanya benar benar memburuk ketika ia pulang kerumah.
Kepalanya pusing dan suhu tubuhnya naik jangan lupa tentang bintik ditubuhnya yang semakin banyak. Feelingnya tadi benar, dan lain kali ia harusnya bertanya langsung pada ibunya saja, karena ayahnya itu payah sekali!. Bersamaan dengan kepulangan Taeyong, Minhyung mengadu pada ibunya dan alangkah terkejutnya Taeyong melihat wajah putranya yang sudah dipenuhi bintik kemerahan dan bulir keringat.






Hal yang mungkin Taeyong lupakan adalah, jika Jaehyun dan Jeno bersama ada dua kemungkinan. Pertama, keduanya bertengkar dan kedua mereka akan melakukan kegiatan yang jelas dilarang oleh Taeyong.  Dan sepertinya ide membuat keduanya tidur bersama adalah hal yang mungkin akan Taeyong sesali. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas, Taeyong dan Minhyung bahkan sudah terlelap di kamar anak anak. Padahal jam tidur maksimal Jung Jeno adalah pukul sembilan dan anak itu masih terjaga dengan joysctik PS5 bersama ayahnya yang ikut bermain sembari mengunyah popcorn.

"Bocah! Jangan berisik! Kalau ibumu tau bisa bahaya!"
Jaehyun memperingati Jeno yang berteriak senang karena baru saja berhasil mengalahkan ayahnya. Si bungsu Jung itu mendelik, mengerucutkan bibirnya lucu.

"Palingan Dad yang akan dimarahi kkkkk"

Jaehyun menghela napas, ingin memukul kepala Jeno namun tidak jadi mengingat anak ini bisa menangis dan malah mengadu hal yang tidak tidak pada isterinya nanti.

"Minhyung hyung kapan sembuhnya ya Dad?"

Dan Jung Jeno tetaplah adik manis yang selalu menyayangi kakaknya dengan sangat. Si bungsu itu mem-pause gamenya, bersandar pada lengan ayahnya dan memikirkan tentang kakaknya yang kadar ketampanannya berkurang karena diwajahnya penuh cacar air.

"Sebentar lagi juga sembuh, mommy mu itu paling pandai merawat orang sakit"

Jaehyun mengelus kepala Jeno kemudian menepuk nepuk pundak si bungsu dengan sayang.

"Aku kan rindu bermain dengan Minhyung hyung, lalu berdoa bersama sebelum tidur"
Jeno mengingat kegiatan rutinnya bersama sang kakak. Hah, padahal ini baru malam keempat ia tidak tidur bersama dan dia pun masih bisa melihat kakaknya itu, tapi kenapa dia rindu sekali ya?

"Kau itu sayang sekali ya pada Minhyung?"

Jaehyun menatap Jeno yang mengangguk angguk cepat. Laki laki tiga puluh dua tahun itu tersenyum kagum pada anak anaknya yang sedari kecil memang saling mengasihi satu sama lain.

"Tentu saja! Minhyung itu baik sekali padaku! Mengajakku bermain, menemaniku belajar dan jalan jalan. Minhyung hyung itu pokoknya yang terbaik deh! Dad saja kalah kkkk"
Jaehyun mendengus, ya ya, mungkin baiknya dia mengiyakan saja lebih dulu ucapan si bungsu ini. lagian yang diucapkannya juga benar kkkk.

"Kalau begitu, ayo kita berdoa pada Tuhan agar Minhyung lekas sembuh"

Tuhan, semoga Minhyungie Hyung lekas sembuh. Aku tidak mau melihat Minhyungie Hyung sakit lagi, karena Jeno yang tampan ini kesepian tanpa Minhyung hyung – Jung Jeno

{}

Taeyong menyiapkan sarapan sekaligus bekal untuk si bungsu yang merengek tiba tiba ingin dibawakan bekal padahal biasanya tidak pernah mau. Selagi Jeno bersiap dan itu dibantu oleh Jaehyun, Minhyung memeluk ibunya dan bermanja manja. Mengekori kemana ibunya bergerak, persis sang ayah ketika dalam mode manja. Taeyong sama sekali tidak terganggu, malah dengan senang hati mengajak si sulung itu berdansa kecil mengikuti irama musik yang memang selalu diputar Taeyong untuk menambah mood memasaknya.

"Huuuu, anak kesayangan mommy yang tetap saja tampan dengan wajah penuh cacar kkkkk"
Taeyong mengecup gemas kepala Minhyung, meski sudah berusia tiga belas tahun, anak manis itu sama sekali tidak berniat mengurangi sifat manjanya pada sang ibu.

"Ah iya, semalam mom lihat ponselmu. Ada pesan dari Haechan, katanya pulang sekolah nanti akan kemari bersama Jungwoo juga Lucas"
Minhyung mengangguk, mengikuti ibunya untuk duduk dikursi sembari menunggu adik juga ayahnya bersiap.

"Mommy..."

"Yes dear?"

"Terimakasih sudah merawat Minhyungie ya. i love you mommy"

Taeyong tersenyum lagi, mengusap helaian rambut Minhyung dengan sayang dan memberikan si sulung itu tatapan teduh.

"I love you too baby, nah sarapan duluan saja karena kau harus minum obat. Mom pikir Dad dan Adikmu masih lama"

Minhyung mengangguk, sedikit tidak rela karena ibunya harus meninggalkannya sarapan sendirian.




Taeyong yakin, anak bungsu dan suaminya itu tidak perlu waktu lama untuk bersiap karena sesungguhnya Taeyong sendiri sudah menyiapkan semua perlengkapan Jaehyun dan Jeno. Laki laki cantik tiga puluh empat tahun itu mengernyitkan dahi ketika tidak mendengar suara apapun dari kamar sementara biasanya Jaehyun dan Jeno selalu ribut. Membuka pintu dengan perlahan, alangkah terkejutnya Taeyong dengan keadaan kamar yang berantakan dan berserakan popcorn.

"Hiks... mommy...."

"Taeyongie....."

Tubuh kurus Taeyong limbung saat Jeno dan Jaehyun menerjangnya dan merengek seperti bayi. Taeyong menghela napas, mendorong tubuh besar Jaehyun dan alangkah terkejutnya dia mendapati wajah suaminya yang memerah dan memiliki bintik bintik halus.

"Hiks mommy...."
Menoleh pada si bungsu yang rupanya tidak jauh lebih baik dari kondisi ayahnya, Taeyong menggelengkan kepala melihat dua Jung beda usia ini.

"Hhh, kenapa kalian jadi cacar semua?" Pada akhirnya Taeyong menggendong Jeno, lalu memeluk Jaehyun bersamaan.

"Aku jadi mengurus tiga bayi kalau begini. hhhh"

Nah gaisss... Special chapter kali ini terinspirasi dari teman kelas ku yang cacar jamaah :')).
Sooo wdyt? Special chapter kali ini? Masih mau lanjut atau publish story baru? ㅋㅋㅋㅋ

Cieee JaeYong di US nempel mulu yaaa... Ga bisa jauh jauh, kan senenggg aku tu ㅋㅋㅋㅋ kemana mana sampingan mulu. Hmm, markhyuck juga...ㅋㅋㅋㅋ

[END] Our Marriage Life (1st Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang