tiga belas

4.3K 458 52
                                    

Malem ini, keluarga gue sama Sehun pada pesta di halaman belakang rumah Sehun. Mereka sibuk masak ini itu, bakar daging dan kawanannya, minuman dari nutrisari sampai milo ada. Bukannya terlalu berlebihan? Gue lebih milih ambil beberapa daging dan gue bawa ke ruang tengah yang ga begitu riuh suasananya. Buat di makan sama pizza yang udah di pesan sama Sehun. Hadiah karena gue udah tahan rasa capek.

Gue tidur-tiduran di sofa ruang tengah sambil nonton tv. Tapi mungkin karena gue terlalu capek, gue juga ga sadar kalau gue ketiduran. Yang gue inget, gue belum habisin pizzanya, gue belum sikat gigi, belum cuci kaki sama cuci tangan, dan gue belum ganti pakai piyama. Tapi bodo amatlah, gue udah capek. Gue ngerasa tubuh gue ada yang gendong, jadi seakan gue tidur kayak melayang. Gue ga tau itu nyata atau ga. Tapi kalau mimpi, itu rasa nyata banget.

Paginya, gue ngerasain anget di badan gue. Perasaan, kamar apartemen gue pakai AC, jadi ga mungkin anget gini. Pas gue buka mata, gue udah ada di pelukan cowo. Sontak, gue teriak lah, "AAAAA !!!!!!!"

Cowok yang gue kira pelaku pelecehan, ternyata Sehun, "Hun? Kok bisa di kamar aku?" gue nanya ke dia.

"Na? Kamu amnesia?" gue nyernyit bingung. Kok malah gue yang di bilang amnesia. Setelah gue inget, kalau status gue udah berubah dari single, jadi istri seorang Sehun, gue malu sendiri. Gue minta maaf sama Sehun sambil nyembunyiin muka gue di bantal. Wajar kan suami istri satu kamar, satu ranjang?

"Maaf," rengek gue yang masih sembunyiin muka gue di bantal. Kalau bisa, gue milih pulang kampung saking malunya.

Dia cuma ketawa kecil sambil ngusap kepala gue, "Ga apa,"

Terus gue baru sadar, kita satu ranjang. Gue langsung singkirin bantal dari muka gue, "Hun, kita belum ngelakuin apa-apa kan?" gue nanya dengan hati gue yang deg-degan khawatir.

Dia nunjukkin smirknya ke gue, "Kecewa karena kita ga ngelakuin apa-apa semalem?" gue geleng cepet. Ga lah, ga kecewa. Tapi masa iya gue ngelakuinnya secara ga sadar, "Ga terjadi apa-apa. Kamu tidur duluan kok,"

"Tapi seinget aku, aku ketiduran di sofa. Kok sekarang bisa ada di kamar?"

Sehun angkat bahunya dan berbaring. Dia bawa selimutnya sampai ke leher, "Bang Zonanda sama aku gotongan buat bawa kamu ke kamar,"

"Serius aku seberat itu???" gue shock dong. Perasaan badan gue ini termasuk badan triplek.

"Iya. Bang Zonanda bawa bagian tangan, aku bawa bagian kaki kamu. Di gotong, abis kebo banget," gue mendekat ke Sehun, mukul-mukul kecil dada bidangnya.

"Bohong kan! Bilang aja kamu yang lemah ga bisa angkat badan aku!" berat badan cewek itu paling tabu buat di omong. Gue sering kesel karena di bilang terlalu kurus, badan triplek, papan penggilasan, anoreksia. Sedih gue. Padahal, gue bisa makan nasi sebakul. Gue ga perlu diet kayak cewek lainnya. Nahan makan tengah malam. Makanan kalorinya harus di jaga. Rela makan daun-daunan kayak kambing. Sampai harus puasa cake sama ice cream.

Sehun nangkep tangan gue yang lagi mukulin dia, terus dia tarik tangan gue, yang buat badan gue nempel sama badan dia. Bahkan jarak muka kita ga terlalu jauh. Palingan, jaraknya 15cm. Itu deket kan? Iya, makanya gue jadi kayak patung, diem aja. Sedangkan dia udah senyum-senyum ngegoda.

"Gimana? Mau sekarang?" nafasnya terasa anget-anget gitu.

Gue cuma ngedipin mata berkali-kali, "A-Apanya?" gue udah tegang, deg-degan, udah kayak robot juga, kaku, suaranya jadi aneh.

"Anunya" sumpah! Mimpi apa gue punya suami mesum kayak gini.

"B-Belum siap, Hun,"

Sehun natap gue intens banget, sampai gue harus buang muka, kalau ga, gue bisa mati jantungan, "Aku lebih tua dari kamu, 4 tahun. Kita juga udah jadi suami istri. Jangan panggil aku 'Hun',"

eternal love between us ✔Where stories live. Discover now