Chapter 9 : Kesabaran yang Gak Peka

472 35 39
                                    


Kiana nembak Aku

Patience tidak tahu bagaimana ia harus menanggapi pernyataan Wrath tersebut. Dia hanya bisa berdiri diam di sana, tak tahu apa yang harus dia perbuat.

'Apakah aku harus memberitahu Wrath bahwa aku mencintainya ? Ataukah aku harus memberi ucapan selamat kepada Wrath karena telah ditembak oleh Kiana ?' pikir Patience

Wrath melambaikan tangannya ke depan wajah Patience, "Ngapain loh bengong ?"

Patience menahan air matanya agar tidak mengalir keluar dari matanya dan memaksakan sebuah senyum bahagia di wajahnya, "Selamat ya, Wrath, akhirnya kamu lepas dari status jom-"

"Hanya itu yang ingin kamu katakan ?" tanya Wrath

"I-iya"

"Benar-benar hanya itu ?"

"Iya, Wrath"

"Oh . . . Oke. Kalau begitu, aku permisi dulu" kata Wrath sebelum meninggalkan Patience sendirian di sana.

Tiba-tiba, hujan turun dengan sangat deras dan Patience tidak lagi bisa menahan tangisannya.

Patience mengguncang-guncang pagar tetangga sambil berteriak di kala hujan, "Aku mencintaimu, Wrath !! Tapi aku gak bisa menghentikanmu untuk berpacaran dengan Kiana !! Aku gak mau memaksakan perasaanmu kepadaku !!! Aku . . . padahal aku sebelumnya sempat berpikir kalau kamu memiliki perasaan suka padaku walaupun sedikit . . . Tapi ternyata aku salah. Aku seharusnya tidak menangis seperti ini . . . Ya, aku seharusnya tidak menangis. Aku harus sabar, karena aku ini adalah Patience, sang roh kesabaran"

Seorang pengemis yang ternyata sedari tadi melihat Patience dan Wrath berjalan menghampiri Patience. Pengemis itu menepuk pundak Patience.

"Ada apa, Pak ?"' tanya Patience

"Waras, neng ? Kok dari tadi goncang-goncang pagar tetangga ? Kan pagarnya gak kuat digituin. Bapak jadi prihatin sama pagarnya loh" kata pengemis tersebut

Wajah Patience seketika memerah mengingat apa yang dilakukannya tadi, "M-maaf Pak ! Gak sengaja"

Pengemis tersebut tersenyum dan berkata, "Neng, hujan-hujanan begini gak baik loh, mending ikut bapak ke rumah bapak saja, biar sekalian bapak buatin teh, terus neng bisa curhat ke bapak"

"Eh, gak usah Pak ! Saya gak mau ngerepotin" kata Patience

"Gak pa pa kok, neng. Gak ngerepotin kok"

"Kalau bapak bilang begitu . . ."

Sesampainya di rumah pak Pengemis ........

"Ini tehnya neng, silahkan diminum" kata pak pengemis yang kemudian menyodorkan secangkir teh kepada Patience

"Makasih, pak. Ngomong-ngomong, boleh curhat gak ?" tanya Patience

"Boleh, kok" kata Pak Pengemis

"Jadi gini, Pak. Cowok yang saya suka itu ternyata ditembak sama cewek lain-"

"Waduh, kasihan sekali dirimu, Neng. Bapak doakan supaya almarhum-"

"Eh, bukan gitu, pak ! Maksudnya nembak di sini itu bukan nembak pakai pistol, tapi nembak pakai bunga. Artinya, si cewek itu minta cowok yang saya suka itu untuk jadi pacarnya"

"Oooo . . . Gitu toh. Bapak gak ngerti istilah anak edan jaman sekarang" kata Pak Pengemis.

"Gini neng," kata Pak Pengemis yang menyodorkan beberapa kue untuk Patience, "Si cewek itu kan masih nembak nih, gak tentu diterima, kan. Selama mereka belum jadian, kan masih ada kemungkinan kalau si cowok suka sama neng, kalau gak suka pun masih ada banyak cowok lain di dunia ini, kan. Kalau memang ternyata cowok yang neng suka itu berjodoh dengan neng, kalian pasti akan bersama. Karena jodoh itu tak kemana"

Di sisi lain . . .

Wrath berjalan menyusuri jalan dengan suasana hati yang buruk. Hari itu benar-benar hari yang buruk. Hujan turun dengan sangat deras, membuat suasana hati Wrath menjadi semakin buruk.

"Patience, kenapa kamu gak memberitahuku untuk jangan berpacaran dengan Kiana ? Apakah kamu tidak mempunyai perasaan kepadaku ? Padahal selama ini aku mencintaimu. Tapi kenapa kamu gak peka sih ?!" kata Wrath yang kemudian meninju tiang listrik saking marahnya

Kemudian terdengarlah suara nyanyian . . .

"Ku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi . . . Ku tenggelam dalam lautan luka dalam !!!!! KU TERSESAT DAN TAK TAHU ARAH JALAN PULANG !!!!-"

Wrath kemudian meninju orang yang menyanyikan lagu tersebut sebelum orang tersebut selesai bernyanyi, "WOI!!!! GAK TAU KALAU ADA ORANG YANG PATAH HATI !!!!!!"

Orang tersebut kemudian berlutut di hadapan Wrath, "Maafkan hamba, tuan ! Hamba gak tau kalau tuan sedang patah hati !"

Orang terus langsung kabur dari hadapan Wrath.

"Cih ! Orang gak guna !" kata Wrath yang kemudian sambung meninju tiang listrik orang lain yang tidak bersalah









Secret Between Us Where stories live. Discover now