Chapter 20 : Mata - Mata

293 31 23
                                    

Pada chapter sebelumnya . . .

"Kalian kok gak bukain pintu sih ?"

Para roh terkejut melihat siapa yang mendobrak masuk rumah para dosa.

"KIANA ?????!" teriak para roh secara bersamaan.

----------------------

"Apa yang kamu lakukan di sini, Kiana ?" tanya Kindness

"Aku di sini karena permintaan Irra" jawab Kiana yang kemudian memalingkan pandangannya ke arah Patience, "Payshie, sudah lama ya kita gak berjumpa ! Gimana kabarmu ? Baik-baik aja, kan ?"

"I-iya, aku baik-baik saja, kok" kata Patience sambil tersenyum manis.

'Ternyata Wrath yang memintanya datang ke sini, mungkin Wrath memang menyukainya. Tapi aku sudah terlanjur memberikan pada Wrath surat 'itu', gimana dong ? Sudah kuduga dari awal, seharusnya surat 'itu' gak kukasih ke Wrath. Tapi kalau gak kukasih, aku gak tenang.' pikir Patience.

"Gitu ya ? Kalau begitu, ikut aku ! Ada hal yang perlu aku bicarakan denganmu" kata Kiana sebelum menarik Patience ke arah gudang.

Para roh yang melihat hal tersebut hanya bisa menatap kedua gadis itu sampai mereka menghilang dari pandangan para roh.

"Menurutmu apa yang akan terjadi ?" tanya Charity.

"Entahlah" kata Greed.

"Aku tahu apa yang akan terjadi" kata Lust, membuat semua roh yang ada di dalam ruangan tersebut memalingkan pandangan mereka pada Lust.

"Apa ?" tanya para roh secara bersamaan.

"Ah, masa gak tau sih ? Gak pernah nonton yuri ya ? Aku jelasin secara rinci deh apa yang akan terjadi :

Kiana menutup pintu setelah mereka berdua masuk ke dalam gudang. Kiana menatap Patience dengan tatapan penuh arti.

'Sekarang hanya ada kita berdua di sini, gak ada yang bisa mengganggu kita di sini' kata Kiana

Kiana memandangi Patience, terpesona akan keimutannya, kemudian berjalan dengan pelan mendekati Patience.

'K-kiana ?' tanya Patience

Cup !

Kiana mencium Patience. Kemudian Kiana ************, lalu ************, setelah itu********-"

Tiba-tiba, sebuah kaos kaki melayang ke arah Lust. Kaos kaki tersebut sangatlah bau, membuat Lust pingsan seketika. Ternyata itu adalah kaos kaki warisan kakek tetangga yang belum dicuci selama 50 tahun. Permisa sekalian, coba bayangkan saja baunya. Oleh karena itu, Author-san merekomendasikan sabun cuci baju bermerek Motor untuk mengharumkan kaos kaki anda yang bau dalam sekali kucek. Oke, author sadar kalau cerita ini tiba-tiba berubah menjadi ajang promosi, oleh karena itu author mengakhiri deskripsi kaos kaki tersebut sampai di sini saja.

Dan yang melempar kaos kaki tersebut tak lain adalah Chastity. Sungguh sangat mengejutkan, permisa ! Seorang Chastity yang sangat suci memegang kaos kaki busuk. Apakah ada sesuatu yang terjadi ?

"Hentikan itu, dasar menjijikkan !" teriak Chastity dengan muka memerah, maklum masih polos.

"Ngapain Lust tidur di lantai ?" tanya Kindness dengan polosnya, membuat para roh menepuk jidat mereka.

"Lust mau nemenin kak Pride tidur, supaya kak Pride gak tidur sendirian" kata Envy

"Eh ? Jadi gitu ya ? Selama ini kak Pride cuma tidur ? Kukira kak Pride koma karena diserang Anthro waktu itu !" kata Kindness dengan polosnya.

"Dia memang koma, bego !" kata Envy

"Tapi bukannya kamu tadi bilang kalau kak Pride tidur ya ?" tanya Kindness.

"Itu cuma bercanda, bego !" kata Envy

"Kamu kok terus bilang aku bego, sih, Envy ? Memangnya apa yang telah aku lakukan ?" tanya Kindness

"Kamu memang bego ! Semua yang kamu lakukan memang bego tapi . . . lebih baik kamu bego, supaya aku mempunyai alasan untuk melindungimu 0//////////0" kata Envy dengan wajah memerah.

"Cieee ! Gombalan yang bagus" puji Greed

"Gak tau ah !" kata Envy yang kemudian berlari keluar rumah karena malu.

Sementara itu . . .

"Ada apa, Kiana ?" tanya Patience saat Kiana menutup pintu gudang.

"Kamu mencintai Irra, kan ?" tanya Kiana tanpa basa-basi

"A-aku gak akan bohong . . . Iya, aku mencintai Irra . . . Tapi .  .  . TENANG SAJA ! Aku gak akan merusak hubungan kalian, aku akan mendukung hubungan kalian, malah" kata Patience.

Kiana tertawa kecil, kemudian mengelus kepala Patience, "Sebenarnya aku pernah nembak Irra, tetapi dia tolak. Karena Irra cuma mencintai satu orang, yaitu Patience. Gitu katanya. Gak apa-apa kok, malahan aku senang Irra menolakku, karena aku gak mau Irra pacaran denganku kalau yang dia cintai adalah kamu, bukan aku."

'W- Wrath mencintaiku ?' pikir Patience

"Yah, cukup basa-basinya. Sebenarnya Irra mengirimku ke sini untuk membantu kalian. Dia menyuruhku untuk menjadi mata-mata para roh untuk memata-matai Aequiaria." kata Kiana.

"M-mata-mata ?" tanya Patience

"Iya, mata-mata. Jadi skenarionya gini, aku membencimu karena kamu adalah orang yang Irra, Wrath sukai. Aku juga membenci Irra karena telah menolakku. Jadi aku punya alasan yang bagus untuk bertemu dengan Aequiaria. By the way, aku pulang dulu untuk mempersiapkan diri" kata Kiana.

"Ini," Kiana memberikan sebuah headset berwarna pink kepada Patience, "Aku akan memberitahumu kalau terjadi sesuatu yang mencurigakan melalui headset ini. Jadi usahakan untuk memakainya setiap saat setiap waktu"

"Aku pergi dulu" kata Kiana yang kemudian pergi meninggalkan Patience sendirian.




Secret Between Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang