Chapter 11 : Bukan Hanya Serangan Pertama

439 30 47
                                    


         Di chapter sebelumnya, author telah menceritakan kisah tentang Pembunuhan Choco, Saint Kindness yang sangat tragis. Tetapi, Choco bukan satu-satunya korban. Masih banyak saint dan sinner yang menjadi korban.

Salah satunya adalah Mocca, teman kerja Humility.

Pagi itu adalah pagi yang melelahkan untuk Humility. Bagaimana tidak ? Bos Humility, Pride, akan mengadakan konser beberapa jam lagi sehingga semua orang di agensi menjadi sibuk.

Sekedar info, Pride adalah seorang penyanyi yang sangat terkenal di kota yang ditinggalinya. Bahkan, Pride sempat memenangkan penghargaan "Best Ikemen Singer Awards" enam kali berturut-turut.

"Ahahaha ! Aku yang paling hebat ! Benar kan, Hum ?" tanya Pride

"Iya, tapi ingat, jangan sombong, karena sekali kamu sombong, di saat itulah kamu jatuh" kata Humility

"Cih !" kata Pride yang tiba-tiba merajuk dan berjalan menjauh dari Humility.

"Eh ? Kamu mau ke mana, Lucif ?" tanya Humility yang menggunakan nama manusia Pride.

"Mau ke toilet. Kenapa ? Mau ikut ? Boleh kok" kata Pride sambil tersenyum licik

"Enggak cuma nanya aja kok. Lagian kamu kan ke toilet laki-laki, aku kan perempuan. Memangnya boleh ya perempuan masuk ke toilet laki-laki ?" tanya Humility dengan polosnya

' Gemes aku nengok si Hum. Rasanya pengen kutarik pipinya. Lagian dia kok gak peka sih ? Aku merajuk kan karena pengen dipuji' pikir Pride

Tiba-tiba, seorang pria gak penting berlari ke arah Pride dan Humility.

"Kenapa ?" tanya Pride

"Eh . . . Anu . . . Mbak Destia . . . Mas Mocca . ." kata pria itu sambil menatap Humility dengan gugup.

"Kenapa lagi dia ? Caper banget sih sampai ngirim seseorang untuk mencarinya" kata Pride yang *ahem* *ahem* agak cemburu karena perhatian Humility teralihkan darinya.

"Itu . . . lebih baik mas sama mbak nengok sendiri deh" katanya

Pride dan Humility mengikuti pria tersebut dan apa yang mereka lihat adalah sesuatu yang sangat mengejutkan.

Tubuh Mocca terpotong-potong menjadi beberapa bagian dan rambutnya yang semula berwarna putih dibotakin entah oleh siapa. Humility yang melihat pemandangan mengerikan di depannya langsung muntah.

Pride yang melihatnya segera meletakkan tangannya di bahu Humility, "Kamu gak apa-apa kan ?"

Wajah Humility seketika memerah dan dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Ada apa, hum ? Kenapa kamu menutupi wajah cantikmu itu ?" tanya Pride.

"A-aku m-ma-malu. Tadi kamu lihat aku muntah, kan ? Aku-"

"Kenapa harus malu ?" tanya Pride yang memotong perkataan Humility, "Kamu kan calon istriku. Sudah sepantasnya aku mencintaimu tanpa peduli apapun yang kau lakukan. Lagipula kamu gak kuat lihat hal yang sadis begitu, kan ?"

Seketika, wajah Humility semakin memerah, "Eh ?! CALON ISTRI ?!"

Tiba-tiba, suara notifikasi terdengar dari hp Pride. Pride segera mengecek pesan yang diterimanya.

"Ada apa, Pride ?" tanya Humility

"Aku mendapatkan pesan aneh, di situ tertulis :

Akulah Soto Lamongan, orang yang telah membunuh Mocca, sinner dari Lust. Kamu selanjutnya, Lust"

"Ini berarti Lust dalam bahaya !" kata Humility yang mendadak panik.

"Tenang dulu, Hum-"

"Gimana bisa tenang ? Adikmu dalam bahaya !"

Pride mengelus rambut Humility untuk menenangkannya, "Tenang, Humility, ingat apa yang dikatakan dalam surat yang diberikan oleh Libertas"

"Baik, aku akan tenang. Tetapi, bisakah kita mengecek Lust untuk melihat apakah dia baik-baik saja ?" tanya Humility

"Apa sih yang nggak buat Hum tercinta" jawab Pride.

Sementara itu . . .

"Lust ?" tanya Chastity yang sedang menunggu di depan pintu.

Sudah 20 menit sejak Chastity mengetuk pintu dan masih tidak ada jawaban sama sekali.

"Ini aneh. Tidak mungkin si mesum itu tidak ada di rumah. Aku yakin dia ada di rumah, aku bisa merasakan auranya. Mungkin dia tidur. Arrghhh !!! Ngapain sih aku memedulikan dia ?" kata Chastity pada dirinya sendiri.

"Chastity ? Ngapain kamu ada di sini ?" tanya Lust yang baru saja membuka pintu.

"Woi, ngapain sih kamu dari tadi ?"tanya Chastity

Lust tiba-tiba memeluk Chastity, "Untunglah kamu ada di sini ! Aku . . . a-aku takut"

Muka Chastity seketika memerah, "Lepasin gak !"

"Oi ! Berani lu sama adek gue !" teriak Greed yang berjalan ke arah mereka dengan satu tangan dimasukkan ke sakunya dan satu tangannya yang lainnya sedang *ahem* *ahem* menggenggam tangan Charity.

"Lu sendiri ? Berani banget lu pegang-pegang tangan kakak gue !" kata Chastity

"Terserah gue, dong ! Tangan, tangan gue. Ya terserah gue mau pegang siapa. By the way, lebih baik kalian jaga sikap. Kak Pride dan Nona Humility akan ke sini !" kata Greed.

"Eh, Chastity ! Kita lebih mesra lagi dong, biar gak kalah sama dua kakak itu !" kata Lust yang masih tetap memeluk Chastity

"Gak bisa ! Aku dan Charity adalah pasangan yang paling mesra, ya kan Charity ?" tanya Greed.

"Terserah kamu deh. Tapi ingat janjimu ya, nanti kita bakal bagi-bagi rejeki buat korban gempa" kata Charity

"Oke" kata Greed, tetapi itu hanya perkataan di mulut, hatinya berkata . . .

' Uangku T^T '







Secret Between Us Where stories live. Discover now