Prolog

9.5K 831 99
                                    


[edited]

Min Hanna bisa dengan leluasa melabeli diri sebagai orang teridiot di dunia; setelah membuka usaha dan bekerja sama dengan rekan sebanyak dua kali, sebanyak itu juga dia ditipu. Mencoba bekerja kantoran, dirinya yang separuh dungu separuh polos begitu saja terseret drama murahan dan dicap gadis rendahan yang tidur dengan atasan demi naik jabatan.

Demi Tuhan, Hanna bahkan tidak pernah melakukan kontak fisik selain bersalaman dengan pria kepala empat itu!

Namun namanya nasib jelek, Hanna akhirnya terkurung juga di bawah atap; membantu ibu mengurusi rumah, mencereweti Min Jungkook yang menyebalkan dan suka lupa mengerjakan tugas rumah, atau bersitegang dengan Min Yoongi.

Saudara laki-laki beda ibunya itu, si Min Yoongi, padahal adalah pria dewasa yang bisa dibilang sukses karena berhasil mendirikan kafenya sendiri dan akan segara membuka cabang. Kebangsatannya sebagai manusia mencapai titik puncak ketika menolak keterlibatan anggota keluarga dalam bisnis 'kecil-kecilannya'.

"Kau, kan punya banyak pengalaman." Si Mata Sipit itu berkata suatu hari. "Pernah buka usaha, pernah kerja kantoran juga. Kau juga punya reputasi baik di sekolah, bukan? Cobalah minta tolong pada temanmu!"

Hanna menghempas bokong ke sofa dan merengek seperti bocah lima tahun. "Mau diletakkan di mana mukaku, Yoong?! Ini sudah dua tahun. Aku bisa tambah stres kalau tidak cepat-cepat pergi dari sini. Ibu sudah mulai menawariku hal-hal aneh dan mau mengatur perjodohan dengan anak sahabat baiknya!"

Yoongi menurunkan kacamata, terlihat tertarik. "Teman yang mana?"

"Yang punya restoran itu! Ibunya Kim Seokjin."

"Loh, bagus, dong! Kau bisa ikutan mengurus usaha mereka yang tenar itu. Sudah kauterima belum? Apa lagi yang kaupikirkan?"

Hanna meraih bantal sofa dan melemparnya ke arah Yoongi. Tidak kena, tapi sukses menghambur kertas-kertas di atas meja. "Aku belum mau menikah! Tidak dengan Seokjin yang kepedean itu. Pokoknya tidak mau!"

"Dasar, gadis sialan! Lihat perbuatanmu. Kertas-kertas ini sudah disusun asistenku sesuai tanggal. Tanggung jawab!"

Hanna berdiri dan menghentak kaki kuat-kuat. "Kau bereskan saja sendiri, dasar Jelek!"

Rengekan Hanna hari itu akhirnya sampai juga pada si korban, Kim Seokjin. Tampaknya Hanna sudah hilang akal, menjelekkan Seokjin di depan Yoongi yang adalah teman sekelasnya sejak sekolah menengah dulu. Tapi, toh, Seokjin santai saja. Dia selalu mengagumi personalitas Hanna yang 'bubbly' dan blak-blakan. Apa adanya.

"Aku akan dengan senang hati menerimanya di restoranku. Sayangnya saat ini kami sedang tidak butuh karyawan baru. Mungkin tahun depan, kalau cabang yang di Daegu sudah buka. Kalau dia tak keberatan jauh dari rumah, sih." Pria berbibir tebal dan rambut diwarna blond itu berkata.

"Dikirim ke Mars pun dia pasti mau. Masalahnya, dia bisa mati kebosanan duluan kalau harus menunggu sampai tahun depan."

Seokjin terkekeh pelan sembari menuangkan soju ke gelas Yoongi. Dia lalu berhenti mendadak. "Eh, kebetulan. Kudengar Jimin sedang butuh asisten baru."

"Jimin?" Yoongi menyipitkan mata. Sudah beberapa waktu pemilik nama itu tak muncul di hadapannya, sunyi senyap tak ada kabar. "Park Jimin? Jimin kita?"

"Tentu. Jimin yang mana lagi?"

"Memangnya ada apa dengan asisten yang lama?"

Seokjin mengangkat bahu sekilas. "Mengundurkan diri. Ada yang bilang dia mendadak sakit dan sudah mendapat diagnosis yang pasti, atau mau menikah, urusan keluarga yang mendesak, barangkali. Entahlah. Coba saja hubungi Jimin."

Edenic {✓} SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang