Sembilan Belas

3.6K 577 165
                                    

Buat temen-temen yang udah sabar nungguin Edenic sejak zaman Pteranodon, aku punya kabar gembira, lhoo 🤗
Ada yang mau coba tebak?? 👀

Ketika menuruni tangga, seketika pendengaran Yoongi dipenuhi oleh gelak tawa nyaring bocah lima tahun dibarengi suara yang sedikit lebih berat dan dibuat-buat cempreng milik adiknya sendiri. Dengan rambut berantakan mencuat ke mana-mana, Yoongi menghampiri asal suara yang duduk saling berhadapan di meja makan. Min Jungkook dan Park Abel main pesawat-pesawatan dengan sendok makan dan dua mangkuk sereal di depan mereka masing-masing. Sementara sereal Jungkook tak tersentuh dan sudah lembek nyaris tenggelam semua, isi mangkuk sereal Abel tinggal setengah.

"Awas, Abel. Pesawatnya mau masuk gua. Aaa!" Sendok berukuran mini itu masuk sempurna ke mulut kecil Abel dan si bocah rambut seleher itu melahapnya penuh suka cita.

Yoongi mengisi kursi kosong di seberang Jungkook, bertopang dagu. "Benar-benar tidak jadi dijemput, ya, anak ini kemarin malam?"

"Tidak. Mungkin Jimin hyung sangat sibuk."

"Kupikir dia akan menangis keras mencari ayahnya."

"Sejak subuh sudah sama ibu dan ayah, kok. Begitu bangun langsung mengetuk pintu kamar mereka."

Mata sipit Yoongi melebar sedikit dengan alis terangkat. "Memangnya Hanna ke mana?"

Jungkook menarik selembar tisu dan menyapukannya perlahan ke sudut bibir Abel. "Tidak tahu."

"Yah, sereal paman sudah tenggelam." Abel melongo ke mangkuk Jungkook, bibir ditekuk melihat sereal berbentuk bintang-bintang itu nyaris menyatu dengan susu.

"Aih, tidak apa-apa, kok. Kan, nanti tinggal ditambah yang baru. Abel masih mau lagi?"

"Tidak usah, deh. Sudah kenyang." Kepalanya lalu ditolehkan pada Yoongi dengan mata bulat besar. "Paman Yoongi mau sereal juga?"

"Tidak usah, terima kasih." Yoongi menarik segaris senyum tipis. "Abel lihat Tante Hanna tidak?" Disambut oleh gelengan bocah itu, lantas Yoongi agak menjulurkan leher untuk melihat rak sepatu di dekat pintu, mendapati ruang kosong di rak paling atas yang semalam tidak begitu. "Pergi ke mana dia?"

"Coba telepon dia, Yoong." Ibu muncul dari kamar, membawa sekotak ikat rambut warna-warni dan kaus kaki merah muda yang masih dibungkus plastik. "Mungkin tadi dia keluar untuk jalan-jalan."

Yoongi bangkit, sambil lalu mencolek dagu Abel membuat anak itu terkikik dan naik lagi ke kamarnya. Setelah mematikan televisi kemarin, Yoongi lihat Hanna naik ke atas menggendong Abel, meninggalkan Jungkook tidur tertelungkup sendirian di atas sofa. Yoongi tidak mendengar ada yang menuruni tangga setelah itu, kecuali Hanna keluar larut sekali setelah dia tidur. Suara nada sambung terdengar beberapa kali, tidak diangkat sampai panggilan itu mati dengan sendirinya. Berjalan ke jendela lalu membuka tirai, Yoongi mencoba menelepon sekali lagi. Mata sabitnya melebar karena mobil milik Jimin yang biasa Hanna pakai tidak ada di depan rumah.

Yoongi bersiap melontarkan semua udara dalam paru-paru, mengoceh satu paragraf utuh ketika panggilan diangkat, seketika terhenti karena suara parau tidak jelas menyahutnya dari seberang telepon.

"Halo...? Aduh ... silau. Maaf ... siapa, ya?"

"Jimin?" Yoongi mengangkat sebelah alis karena berikutnya suara terdengar sedikit jauh, bisa membayangkan wajah super mengantuk Jimin dengan mata sembap memicing melihat nama di layar ponsel.

"Lho ... bukan punyaku, ya? ... punya Hanna ... Yoongi hyung?"

Yoongi menarik bibir membentuk garis lurus, ekspresi sedatar tembok. "Wah. Adikku di situ?"

Edenic {✓} SUDAH TERBITWhere stories live. Discover now