Tujuh Belas

3.4K 571 159
                                    

Hanna tahu percuma saja memutar Finding Dori yang kedua kali untuk Abel, karena lagi-lagi, di tengah film, bocah lima tahun itu sudah tertidur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hanna tahu percuma saja memutar Finding Dori yang kedua kali untuk Abel, karena lagi-lagi, di tengah film, bocah lima tahun itu sudah tertidur. Heboh-hebohannya sebentar saja, sampai Dori dan gurita merah itu berpetualang ke sana ke mari tak menentu mencari orangtua si ikan biru yang ternyata justru berada di laut. Alhasil, Hanna dan Yoongi--minus Jungkook yang ternyata juga ikut-ikutan tidur--saling adu opini seperti sedang berada dalam rapat khusus PBB tentang betapa konyolnya alur film.

"Ya, berputar-putar di situ saja jadinya. Dari laut ke akuarium, eh ternyata yang dicari malah sudah lama menunggu di laut."

"Maksudmu berputar-putar secara harfiah?" Hanna merotasi mata, sebal pada opini Yoongi yang salah sasaran. "Ya, kalau Dori tidak mendadak ingat tentang orangtuanya, petualangan mereka tidak terjadi. Kalau dia tidak nekat masuk ke akuarium apalah itu namanya, kaupikir film ini akan ada di televisi kita sekarang, hah?"

"Tetap saja ini film konyol."

"Kau yang lebih konyol karena mau-maunya direpotkan memutar otak untuk film anak-anak. Mungkin ini kenapa kau masih menjomblo, ya. Kau tidak asik diajak bersenang-senang. Kenapa tidak kaunikmati saja film ini apa adanya?"

Yoongi meraih gelas kopi di meja lalu menyilangkan kaki. "Lebih baik kita nonton Interstellar saja tadi."

"Iya, tapi setelah itu rambutmu yang kusut meladeni pertanyaan bertubi dari Abel."

"Anak kecil tidak perlu ikut nonton, dong."

Hanna menarik sejumput rambut Yoongi keras-keras hingga pria itu harus menyeimbangkan badan supaya tidak jatuh menimpa Abel. Hanna mencibir melihat Yoongi terbatuk-batuk setelah itu. "Mau jadi ayah seperti apa kau nanti, hah?"

"Jangan tanya aku." Yoongi mengembalikan gelas ke meja dan wajah menekuk masam karena noda kopi di kaus putihnya. "Ck. Kau harus cuci baju ini besok."

"Lakukan saja sendiri sana."

Yoongi meraih remot dan mematikan film begitu sederatan nama-nama muncul di layar. "Ini lagi, kenapa Jimin tidak muncul? Lupa, ya, dia kalau punya anak?"

"Sudah kubilang dia sibuk."

"Kalau dia sibuk kenapa malah memintamu pulang lebih awal? Harusnya kau bantu dia supaya pekerjaan kalian cepat selesai."

Hanna mengatup bibir rapat-rapat. Dia menunduk dan tangan bergerak mengelus kepala Abel. Jujur saja, kakinya yang sepanjang film dalam keadaan dilipat sekarang sudah kesemutan, tapi tak tega kalau Abel sampai terbangun. "Mungkin tidak banyak yang bisa kukerjakan untuknya?" Hanna menjawab asal. "Aku sudah menggantikan membubuhi stempel seharian, menerima telepon, memeriksa dokumen, mengatur jadwal. Mungkin sisanya Jimin sendiri yang harus turun tangan."

Berlawanan dengan bibir, pikiran Hanna memikirkan alasan lain tentang kenapa Jimin belum datang bahkan setelah jam makan malam lewat. Hanna masih ingat tatapan tajam Hwang Jiyeon tadi, meski lenguh ketidakpedulian lolos dari kedua bibir tipisnya, Hanna tetap merasa terintimidasi oleh aura wanita itu yang menukik tajam menghujamnya. Caranya menatap Hanna bukan seperti seseorang yang merasa tertandingi, tapi lebih seperti orang yang menemukan setitik noda di pakaian orang lain dan meremehkan betapa rendah selera orang tersebut. Serius saja, Hanna sadar diri. Dirinya tidak ada apa-apa dibandingkan Jiyeon yang jelas lebih cantik, tinggi, mencolok, dan memberi kesan presensi yang teramat sangat kuat. Kemurkaan di wajahnya juga begitu kentara ketika Jimin menitipkan Abel padanya, seolah Jiyeon rela membakar habis GoldenCloud atas keputusan sepihak itu.

Edenic {✓} SUDAH TERBITWhere stories live. Discover now