Gentong Tanah Liat

34.1K 2K 53
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Binar Azzora menerobos para pejalan kaki di trotoar jalan.

Rambut hitam bergelombangnya yang terkuncir kuda, bergoyang di belakang punggung mengikuti irama langkah kakinya yang cepat. Keringatnya berlomba dengan suara degup jantung. Mulutnya tak henti merutuki mobilnya dan tukang ojek online, yang sepertinya berkonspirasi membuat dia datang terlambat di hari pertama bos baru masuk bekerja.

Napas lega sudah bisa dia embuskan tatkala bola matanya yang kecokelatan, menemukan gedung perkantoran 23 lantai milik AstagiriLand. Di perusahaan itulah dia bekerja sebagai sekretaris direktur selama tiga tahun. Dibilang bahagia bisa bekerja di perusahaan developer properti terbesar di Indonesia nomor lima itu, juga tidak. Lantaran, dia harus sering pulang malam demi menemani atasannya sampai pulang. Kalau atasannya lembur, otomatis dia juga harus ikut lembur. Namun untuk urusan gaji, tidak perlu diragukan lagi.

Sebenarnya, menjadi seorang sekretaris bukanlah mimpi Binar selama ini. Dia justru tidak ingin bekerja di bawah telunjuk orang. Dia ingin bekerja di bawah telunjuk sendiri. Seperti membuka usaha toko kue, toko bunga, atau rumah makan masakan Jawa. Namun, karena mendirikan sebuah usaha tentu membutuhkan modal yang tidak sedikit, ditambah lagi dia terlahir dari orang tua yang tidak berkecukupan, dia belum bisa mewujudkan mimpinya itu.

Dengan dibantu beasiswa, Binar mampu melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Namun tak lama setelah itu, musibah datang menghampirinya. Ibunya meninggal dunia karena sakit, sementara ayahnya yang kasar dan suka mabuk-mabukan, pergi meninggalkannya begitu saja. Binar yang tidak ingin terus-menerus hanyut dalam kesedihan, memutuskan bekerja sambilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dua tahun setelah menyandang gelar sarjana, dia pun berhasil diterima bekerja di AstagiriLand. Benar-benar tidak mudah untuk bisa diterima bekerja di sana. Karena dirinya perlu menyingkirkan banyak pesaing lewat berbagai test.

Menaiki lift ke lantai teratas tempat meja kerjanya berada, wanita itu mengambil ponsel di tas. Lalu, membuka grup chat yang berisi teman-teman kantornya. Dia menggerakkan jemari ke benda pipih berwarna putih tersebut.

Binar: Gaesss, bos baru udah dateng?

Novyta: Udah.

Monita: Udah dari tadi ya, Bi.

Raya: Bahkan dia udah perkenalan ke semua divisi.

Binar kontan meringis dan menggosok-gosok punggung tangannya. Gestur yang biasa dia lakukan saat sedang panik.

Monita: Dari mana aja sih, Neng?

Binar mengetik balasan.

Binar: Mobilku mogok. Pesen ojol, motor abang ojol-nya mogok juga.

PerceptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang