Terminator

10.7K 1.2K 72
                                    

Begitu melihat Binar masuk ke dalam ruangannya, Lintang menunjukkan selembar kertas.

"Kamu resign? Kenapa?" semburnya langsung dengan tidak sabar. Rasa kaget telah mengetahui wanita itu resign dari HRD masih ada di dirinya.

Berbanding terbalik dengan perasaan Lintang yang tak karuan, Binar menarik kursi di depannya dan duduk di sana. Setiap gerakannya melukiskan rasa senang yang berlebih.

"Karena duit tabunganku udah kelewat cukup, aku mutusin buat buka usaha rumah makan. Tempatnya udah dapet. Nggak besar sih, tapi yang penting lokasinya strategis dan sewanya murah," sahut Binar, tanpa bisa menahan senyum lebar. "Aku nggak bisa terus kerja di sini. Aku pengin fokus bikin rumah makan masakan Jawaku itu maju."

Lintang bingung menanggapi apa. Dia tentu turut senang mendengar berita itu. Namun, di sisi lain, dia tak suka Binar meninggalkan perusahaan ini. Selain karena Binar adalah pegawai yang cekatan dan berpotensi, itu tandanya akan ada jarak tak kasat mata di antara mereka.

"Kalo kamu resign, siapa nanti yang bakal aku bully?"

Binar mengangkat satu sudut bibir, terlihat jengkel. Dia menunjuk Lintang. "Tuh, kan, nyebelin. Bully tanaman bugenvil depan ruanganmu sana."

Dicondongkan badannya. Wajahnya kembali semringah. "Nanti kalo grand opening, aku kirimin alamatnya lewat WA. Kamu bisa dateng ke sana sama Anin."

Dan pada akhirnya, Lintang mau tak mau, hanya bisa mengangguk. Percuma. Dia tak akan punya kuasa untuk menahan Binar terus berada di sini, di dekatnya.

-oOo-

Arganta Yudha : Kamu senggang sekarang?

Membaca sederet pesan chat itu, Binar menautkan alis. Disipitkan matanya, dia yakin penglihatannya tidak salah. Yang mengirim pesan chat tersebut memang benar Arga. Tapi, ini sungguh mencengangkannya. Dibalasnya pesan chat tersebut.

Binar Azzora : Nggak. Kenapa, Ga?

Arganta Yudha : Mau ikut aku ke tempat pelatihan Thai Boxing?

Tak kaget mengetahui Arga bisa Thai Boxing mengingat profesi pria itu adalah seorang bodyguard, senyum Binar mengembang. Dia bisa meminta pria itu mengajarinya Thai Boxing. Sudah lama dia ingin sekali bisa olahraga beladiri tersebut, tidak hanya karate saja, tapi terundur karena kesibukan yang lebih penting. Dan ini saatnya!

Binar Azzora : Ikut!!! Ajari aku, ya?

Lama tak ada balasan, Binar mulai panik. Apa dia barusan terlihat genit? Apa dia terlihat murahan? Apa dia terlihat terlalu memaksa? Dia seharusnya tahu Arga bukanlah pria seperti pada umumnya! Arga pasti saat ini risih padanya. Dan urung mengajak ke tempat pelatihan Thai Boxing.

Binar merengut dan berucap lirih, "Bodoh." Dia mengacak-acak rambutnya. "Bodoh, bodoh. Malu-maluin."

Denting pesan chat terdengar. Binar langsung mengarah ke ponselnya yang tergeletak di samping. Disambarnya ponsel dan memekik histeris merasa lega tahu Arga membalas pesannya.

Arganta Yudha : Oke. Aku jemput di apartemenmu.

Binar merekahkan senyum girang. Segera, dia melesat ke lemari, mengobrak-abrik isinya demi mencari baju ganti.

Jam bundar di tempat pelatihan Thai Boxing menunjukkan pukul delapan malam tatkala Binar berdiri dan melompat-lompat kecil di depan Arga. Rambut panjang wanita itu yang terkucir kuda bergerak-gerak di belakang. Dia sudah berganti baju, mengenakan handwrap, sarung tangan, bahkan pemanasan.

PerceptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang