Prolog

23.8K 1K 44
                                    

Komunikator; seseorang yang menyampaikan informasi.

Karena sebuah tuntutan yang harus dilaksanakan, Alan Prabaswara Aditama ditugaskan menjadi komunikator dari seseorang yang dia hormati kepada komunikannya, yaitu: Fakhira Salwa Nabila, gadis yang ditemuinya di rumah sakit.


Prologue for Komunikator

/ Kehilangan kepercayaan; mendapatkan rasa kecewa yang teramat besar/


It's time for us to have fun, because we're already finished high school and graduate with statisfied grades. Setidaknya, itu yang terlintas di pikiran beberapa murid SMA yang tengah melaksanakan acara graduation secara resmi di sekolah. Acara yang sudah biasa dilaksanakan itu, kini berjalan dengan meriah setiap acara demi acara.

Kebaya dan kemeja dikenakan dengan rapi oleh setiap murid yang mengikuti. Tak jarang ada yang terlihat lebih dewasa, itu karena efek make up yang terpoles di wajah mereka.

Tepat ketika semuanya berbahagia dengan pelepasan seragam putih abu mereka, terdapat gadis yang tengah terdiam sejak beberapa wali murid datang berhamburan. Hampir semua murid dihampiri wali mereka, lalu berfoto bersama dengan samir yang terkalung dengan bangga di lehernya.

Fakhira terduduk di atas kursi yang tak jauh dari panggung yang diselenggarakan oleh sekolah. Dari tempat itu, beberapa kegiatan yang terjadi sangat jelas terekam olehnya. Canda tawa, riang gembira, setidaknya itu yang Fakhira lihat saat ini. Tapi dia tak merasakannya, tidak sama sekali.

Sejak beberapa tahun yang lalu, kebahagiaan hanyalah angin lalu yang berniat menepi tanpa ingin singgah terlalu lama. Setidaknya Fakhira pernah bahagia, meski saat ini kebahagiaan seakan enggan hinggap pada dirinya.

Ketika Fakhira memerhatikan bagaimana sepasang murid yang begitu serasi berfoto di tengah keramaian, hatinya sempat berharap bahwa dia juga akan mendapatkan hal yang sama. Bahkan jauh lebih baruntung daripada apa yang dia lihat.

Suara dering handphone terdengar nyaring dari dalam tas kecil yang berada di pangkuan Fakhira, membuatnya terhenyak dan buru-buru mengambil benda itu.

Pihak rumah sakit. Itu nama penelepon yang tertera di atas layar handphone-nya. Sejak satu tahun yang lalu, Fakhira sangat sering mendapatkan telepon dari pihak rumah sakit untuk menerima informasi tentang kondisi ibunya yang dirawat di sana.

"Ada apa?"

Pertanyaan pembuka dari Fakhira sekaligus menjadi penutup karena respons suara dari seberang telepon membuat Fakhira kehabisan kata-kata. Tak ada yang Fakhira pedulikan lagi selain ibunya, tidak sama sekali. Lalu ketika suara tadi membuatnya tak tenang, itu semua karena Fakhira khawatir akan keadaan beliau.

Kebaya berwarna ungu yang melekat indah di tubuh Fakhira bukan menjadi sebuah kebanggaan baginya. Bahkan, samir yang seharusnya ia kalungkan, tersimpan begitu saja di dalam tas kecilnya. Fakhira tak ingin bahagia di saat ibunya bahkan terkapar tak berdaya.

Langkah kakinya sedikit terganggu karena high heels yang dikenakannya. Fakhira membungkukkan badannya tepat ketika berada di depan gerbang sekolah, dan menjinjing high heels yang dia lepas lalu berjalan cepat meski tanpa alas kaki. Tak peduli seberapa perih kakinya mengenai aspal jalanan, Fakhira hanya berharap agar segera menemukan taksi yang akan mengantarkannya ke rumah sakit.

Meski sedikit lama, akhirnya kendaraan berwarna biru itu pun berhenti tepat di depan Fakhira. Gadis itu segera memasuki taksi dan memerintahkan supir segera menancapkan gasnya.

Komunikator (Completed) ✓जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें