[35] watching

1.2K 91 0
                                    

/tatapan kamu ketika melihat aku dan senyum kamu ketika bahagia dengan aku, aku suka itu/

Gerobak sate di pinggir jalan ibu kota malam hari itu, telah menjadi saksi di mana Fakhira terlanjur memperdalam perasaannya dengan tanpa banyak keraguan lagi. Dengan beberapa pernyataan dari Alan yang telah lama Fakhira dambakan, dunia menjadi terasa memberi kedamaian. Terlebih Fakhira telah mendapatkan sebuah keberuntungan besar dengan mendapatkan perasaannya semakin tak meragu lagi.

Sekitar jam sembilan malam, keduanya baru tiba di apartemen yang telah Fakhira sewa sejak kepergian Alan ke luar negeri. Karena kamar mandi di apartemen hanya satu, Fakhira pun mandi lebih awal dan membiarkan Alan menunggu di ruang depan. Setelah selesai membersihkan diri dan mengenakan baju tidur panjang bergambar karakter Cony berwarna putih, Fakhira keluar dari kamar dan menghampiri Alan yang tengah memainkan handphone-nya.

"Mau mandi enggak, Kak?" tanya Fakhira sembari berjalan ke arah sofa tempat Alan terduduk dengan koper besar di samping sofanya.

Alan menoleh dan segera mematikan handphone-nya. "Iya," jawab Alan sembari meletakkan handphone di atas meja. Dia mengambil handuk beserta baju yang telah disiapkannya.

Ketika Alan bangkit dari duduknya, Fakhira dengan buru-buru bertanya, "Mau aku buatin sesuatu?"

"Boleh, tapi yang dingin ya," jawab Alan.

Fakhira menatap Alan dengan tak yakin. "Ini udah malem loh, yakin?"

Alan mengangguk sembari berjalan ke arah kamar Fakhira yang terdapat kamar mandi di dalamnya. "Iya, lagi pengen yang dingin-dingin soalnya."

"Oke, nanti aku bikinin," ujar Fakhira yang melihat punggung Alan menghilang dari pandangan.

Fakhira pergi ke dapur dan berharap masih ada minuman yang bisa dia suguhkan untuk Alan. Namun sayangnya, sirup ataupun susu cair di dalam kulkas telah habis. Hanya menyisakan es batu dan satu sachet coffee susu yang sering dia seduh untuk menemani malamnya yang terpaksa harus begadang karena ada pekerjaan kantor yang harus dibawanya ke apartemen.

Daripada hanya membuat air bening dingin, Fakhira pun menyeduhkan kopi itu. Meski Fakhira tahu, Alan tidak terlalu suka kopi sachet.

Setelah kopi dinginnya tertuang ke dalam gelas, Fakhira kembali ke ruang depan. Terduduk di atas sofa tempat Alan duduk tadi. Ketika Fakhira tengah meletakkan gelas kopi di atas meja, kedua matanya tiba-tiba menatap penasaran pada handphone Alan yang tergeletak di sana.

Dengan rasa penasaran, Fakhira menggerakkan kedua tangannya itu untuk mengambil handphone Alan. Meski sebenarnya, banyak keraguan yang membuat dia kembali menarik tangannya. Fakhira tahu, Alan pasti tidak akan suka jika melihat dia dengan tidak sopannya membuka handphone orang lain tanpa izin.

Namun, handphone itu tiba-tiba berdering. Menampilkan panggilan dengan nama "Papah" di layarnya. Sejenak Fakhira mengedarkan pandangannya, memastikan apa dia akan membiarkan telepon itu, atau diangkatnya. Tapi karena takut penting, Fakhira akhirnya mengambil handphone itu dan mengangkat telepon dengan nama "Papah" di layarnya..

Dengan ragu, Fakhira menyapa, "Halo?"

Tak kunjung ada jawaban dari seberang telepon. Membuat Fakhira mengerutkan kening sembari memperhatikan layar yang masih tersambung.

"Ini papahnya kak Alan, ya?" tanya Fakhira dengan sopan, tapi tak kunjung ada jawaban dan beberapa detik kemudian, sambungan teleponnya dimatikan begitu saja.

Komunikator (Completed) ✓Where stories live. Discover now