[31] pertemuan di rumah sakit

1.5K 110 3
                                    

/aku meragu untuk cinta dan waktu. ketika orang mengatakan dia mengharapkanku, kini waktu yang sedang tak berpihak padaku/

Setelah ruang UGD terbuka dari dalam, Vita masih dengan tangisnya menghampiri seorang dokter muda yang baru saja keluar dari ruangan itu. Raut wajah lelahnya membuat Vita menggeleng karena takut terjadi sesuatu pada Riko, kekasihnya.

"Bagaimana keadaan Riko, Dok?" tanya Vita dengan kedua tangan menutupi mulutnya karena takut terisak cukup kencang dan akan mengganggu pasien lain.

Dokter itu mengangkat kedua ujung bibirnya. "Pasien selamat, tapi kondisinya masih kritis."

Terlihat sangat jelas bahwa Vita mengembuskan napasnya dengan lega. "Apa saya boleh melihatnya?"

"Ya, silakan."

Tanpa menunggu lagi, Vita memasuki ruangan UGD dengan berbagai rasa yang begitu campur aduk pada dirinya.

Di luar ruangan, kini terdapat seorang dokter yang tak kunjung pergi dan menetap di tempatnya. Memandangi keberadaan Fakhira.

"Kamu Fakhira, 'kan?" tanya dokter itu dengan kedua ujung alis sedikit bertautan.

Fakhira mengangguk. Karena sangat tidak mungkin jika staff rumah sakit ini ada yang tidak mengenalnya.

"Bisa kita bicara sebentar?"

Dengan mengerutkan keningnya, Fakhira menjawab, "Aku ke sini cuma buat bantu temen kok, nggak ada niat buat cari ribut sama sekali."

"Oh, bukan itu," kata dokter itu sembari menggeleng kecil. "Ini soal hal lain."

"Bukan mau ngusir aku?" selidik Fakhira dengan memberikan tatapan menyipitnya pada dokter itu.

"Rendy," ujar dokter bernama Rendy itu sembari mengulurkan tangan kanannya. "Aku salah satu temannya Alan."

Fakhira mengangguk kecil dan membalas​ uluran tangan Rendy. "Ada hal apa?"

"Bisa kita bicara di luar aja?" tawar Rendy sembari tersenyum sopan. Hampir sama dengan senyum Alan ketika Fakhira lihat tengah berinteraksi dengan beberapa pasiennya.

"Boleh," kata Fakhira sembari mengangguk, mengiyakan.

Rendy mengajak Fakhira untuk mengikutinya. Masih dengan jas putihnya, Rendy berjalan di koridor rumah sakit dengan Fakhira di sampingnya. Sama-sama dengan langkahnya yang begitu santai, kedua kaki mereka melangkah keluar rumah sakit. Berjalan ke arah taman yang biasa sepi jika telah larut malam seperti ini.

"Kamu udah besar ya, Kira," ujar Rendy sembari tertawa renyah dengan kepala tertunduk saat mereka telah menapakkan kaki di taman rumah sakit. "Style kamu yang sekarang sama style yang terakhir aku lihat saat kamu ke sini, rasanya beda banget."

Fakhira tersenyum kecil. "Ya, sekarang aku udah kerja soalnya."

Mereka menemukan bangku besi panjang berwarna abu dan keduanya terduduk di sana. Dengan memberi jarak satu sama lain tentunya.

"Gimana? Seru kerjaannya?" tanya Rendy dengan posisi duduknya yang sengaja memiring pada Fakhira.

"Ya gitu, Kak, bosen sih sebenarnya, tapi dinikmati aja," jawab Fakhira dengan senormal mungkin.

"Namanya juga dunia kerjalah ya, nggak ada yang enak kalau nggak kita nikmati sendiri," kata Rendy yang kini semakin mencoba untuk terlihat akrab dengan Fakhira.

Fakhira mengangguk dan ikut menyamping pada Rendy. "Ada apa ya, Kak Rendy?"

Karena tadi Rendy mengatakan bahwa dia teman Alan, Fakhira pun memutuskan untuk memanggil dokter itu dengan embel-embel 'kakak' seperti dia memanggil Alan.

Komunikator (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang