[30] kehidupan baru

1.5K 107 0
                                    

/setelah rasa sakit ditinggalkan pergi, hidup baru untuk bahagia kian berjajar menanti/

Hari-hari selanjutnya, dengan susah payah Fakhira lewati meski tak ada hal spesial dan istimewa terjadi dalam hidupnya. Beberapa kali sempat terbersit dalam diri untuk mengakhiri semuanya, tapi Fakhira tak mampu. Dia terlalu enggan meninggalkan perasaannya yang terlanjur mendalam untuk Alan.

Setelah Lisa kembali pulang ke Bandung dan Fakhira memberikan kunci rumah pada ayahnya--tentu lewat salah satu staff rumah sakit--Fakhira benar-benar menetap di apartemen itu seorang diri. Sesekali Widia datang untuk menemani, tapi Fakhira pun sadar bahwa sahabatnya itu telah mempunyai kesibukannya sendiri. Terlebih saat ini, Fakhira dan Widia akhirnya bisa mendapat gelar sarjana di tahun yang sama. Menuntaskan seluruh tugas berupa skripsi, sidang, dan lain sebagainya. Melaksanakan semua itu dengan sepenuh hati bersama-sama.

Setelah gelar sarjana Widia dapatkan, dia pergi untuk kurun waktu yang cukup lama dan menetap di Bali karena tuntutan profesi barunya. Membuat Fakhira kerap merasa kesepian karena tak ada teman untuk menemani kesendiriannya. Meski hampir setiap weekend Fakhira akan pergi ke Bandung untuk merecoki persiapan pernikahan Rafi dan Lisa yang ternyata telah menjalin hubungan cukup lama, tapi ketika kembali ke Jakarta ... Fakhira merasa sepi lagi.

Keluarga di Bandung memang sering menawarkan Fakhira untuk tinggal bersama saja, tapi Fakhira menolak dengan alasan tak ingin meninggalkan Jakarta. Lebih tepatnya, dia belum siap untuk meninggalkan semua tentang Alan di Jakarta ini. Karena hampir satu tahun lebih setelah kepergian Alan, tak ada sedikit pun kabar tentang bagaimana kabarnya di sana atau kapan dia akan berkunjung sejenak ke Indonesia.

Fakhira sempat mencoba untuk mendahului mengirimkan chat pada Alan, tapi setelah beberapa bulan berlalu ... tak ada sedikit pun tanda bahwa pesannya akan dibalas. Fakhira pun pasrah. Dia hanya bisa berdoa agar Alan di sana akan baik-baik saja.

Sama seperti beberapa sarjana lainnya, para mahasiswa yang telah lulus pasti akan mencari pekerjaan atau melanjutkan study ke jenjang yang lebih tinggi. Tapi Fakhira memilih untuk mencari pekerjaan di ibu kota dan dia telah bekerja di salah satu kantor besar di Jakarta. Menjadi seorang akuntan yang kesehariannya akan dia habiskan untuk menghitung uang.

"Udah selesai, Ra?" tanya seorang pria yang selama Fakhira bekerja--sekitar lima bulan--kerap menyapanya.

Fakhira membereskan kertas-kertas yang berserakan di atas meja dengan senyum simpulnya. Mengangkat wajah untuk menolah pada teman prianya selama dia bekerja. Andre berdiri di sana masih lengkap dengan seragam kerjanya. Andre memang bekerja di bagian editing kantor ini, cukup jauh ruang kerjanya dari ruangan Fakhira, tapi dia selalu menyempatkan waktu hanya untuk menyapa karena dia salah satu karyawan baru juga. Bahkan, Andre dan Fakhira mendapatkan hari pertama kerja yang sama. Jadi keduanya kerap mengobrol ringan di dalam maupun di luar kantor.

"Udah dong, Dre," jawab Fakhira pada pria bernama Andre.

"Mau pulang bareng?" Andre dengan kaca di matanya itu memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana bahannya tanpa berniat untuk masuk ke ruangan Fakhira.

"Enggak usah deh, aku bawa mobil sendiri soalnya," jawab Fakhira yang kini bangkit dari duduknya dan membenarkan letak baju kerjanya yang sedikit kusut akibat terlalu lama duduk.

Setelah Fakhira menyandang gelar sarjana, sebuah mobil berwarna merah mendatangi apartemennya. Meski orang yang mengantarnya tak mengatakan siapa pengirim mobil yang sebenarnya, tapi Fakhira yakin bahwa ayahnya yang mengirimkan mobil itu. Sempat ingin menolak, tapi dia merasa butuh juga karena telah diajari cara menyetir mobil oleh Widia.

Komunikator (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang