Epilog

9.2K 219 16
                                    

Komunikator; seseorang yang menyampaikan informasi.

Alan Prabaswara Aditama telah berusaha sangat keras. Telah dia sampaikan semua pesan dan menjalankan tuntutan. Hingga pada akhirnya, tugas dia telah dinyatakan selesai ketika Fakhira Salwa Nabila mengetahui rahasia besar di balik semuanya.

Epilogue for Komunikator

/Tak pernah terbersit untuk memutuskan akhir yang merugikan. Nyatanya, pergi ataupun tinggal, cinta akan tetap kembali pada hati yang telah dipilihnya sejak awal/

"Jangan lari-lari deh, entar kalau jatuh, sakit loh."

Suaranya terdengar baik-baik saja. Tidak bergetar ataupun menandakan kekhawatiran tentang betapa takutnya Alan harus menanggung semua yang telah dia lakukan. Meski tahu dia salah, tapi terasa sangat tidak adil baginya karena menanti tanpa tahu harus berlaku seperti apa nantinya.

"Biarin sakit, kan ada dokternya!" seru Fakhira sembari tertawa kecil ke arah Alan.

Masih sangat Alan ingat kenangan-kenangan di mana dia terlihat baik-baik saja dengan Fakhira. Saat terasa tak ada jarak, tak ada halangan yang membuat mereka bisa tertawa bersama. Pun dengan begitu, Alan sangat mudah untuk memastikan agar Fakhira baik-baik saja. Namun kini, telah dia kehilangan semua kesempatan itu. Bahkan hanya untuk kembali berteman dan menjalankan hidup sebagai keluarga pun, dia meragukan bahwa Fakhira akan menerimanya.

"Kalau ternyata sakitnya nggak bisa aku sembuhin, gimana?"

"Aku akan cari dokter baru," sahut Fakhira dengan senyum di ujung bibir kanannya.

Saat itu, kalimat yang terlontar dari Fakhira terdengar seperti sebuah hal yang sangat lucu. Gadis secantik itu, tersenyum manis pada dunia. Memberitahu bahwa dirinya sedang baik-baik saja.

Dalam keadaan tangan merangkul Fakhira, Alan dengan sangat sengaja menahan pergerakan gadis itu. Sehingga mereka berhenti dan Fakhira menoleh ke arahnya. Kejadian itu sangat sengaja Alan lakukan. Karena dia tahu, senyum Fakhira akan selalu membuatnya sedikit tidak memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi di antara mereka. Meski akhirnya, semua itu pun terjadi juga.

"Apa dokternya lebih manis dari aku?" tanya Alan, yang dia pun tidak tahu mengapa bisa mengucapkannya di depan Fakhira.

"Ih, narsis!" seru Fakhira dengan sedikit tertawa kecil. Seakan tawanya menjadi hal yang paling merdu di dunia, selalu membuat Alan bahagia dan merasa bersalah dalam waktu bersamaan.

"Kalau dokternya lebih manis dari aku, apa kamu akan suka juga?"

Karena Alan tahu, Fakhira menyukainya. Sangat.

"Sepertinya begitu," ujar Fakhira dengan kepalanya yang dia anggukkan.

Alan tahu itu lelucon. Alan tahu.

"Yakin?" Alan sedikit merendahkan badannya sehingga wajahnya tepat berhadapan dengan Fakhira. Bahkan selama mereka mengobrol pun, Alan tak melepaskam rangkulan tangannya pada Fakhira.

Fakhira tersenyum sembari mengangguk. Kedua tangannya terangkat ke atas dan mengacak rambut Alan yang terasa sangat lembut. Membuat dunia Alan terasa lengkap untuk merasa bahagia pagi itu.

"Itu pun kalau dokter manisnya mau, karena dapetin satu yang ini aja susah," kata Fakhira dengan sedikit nada suaranya yang sengaja direndahkan di depan Alan.

Percakapan singkat itu mungkin terasa tidak terlalu berarti di masa lalu. Namun kini, rasanya begitu berat untuk menganalisis setiap kalimat yang terlontar dari keduanya. Seakan dari kalimat itu, ada banyak hal yang baru bisa disadari saat keduanya telah tidak bersama lagi.

Komunikator (Completed) ✓Where stories live. Discover now