[11] berontak

1.9K 155 2
                                    

/beberapa manusia kembali membuat seorang gadis merasa tidak diinginkan, sehingga dia bertanya-tanya tentang siapa dirinya?/

Meski adonan kemarin tak diselesaikan oleh Widia, tapi Fakhira tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Adonan yang telah diaduk menggunakan mixer itu, Fakhira cicipi beberapa kali dan dia rasa manisnya sudah sangat pas. Segera dia masukan adonan ke dalam loyang berbentuk lingkaran dengan ukuran yang tidak terlalu besar.

Setelah mengatur waktu ketika adonan dimasukkan ke dalam oven, Fakhira tak berani meninggalkan dapur. Dia tetap berada di sana sembari tak melepaskan pandangannya dari oven yang kini berada di atas kompor.

Semua terjadi karena Lisa. Lisa datang begitu saja dan menarik paksa Widia agar meninggalkan Fakhira. Jika tidak, saat ini pasti Fakhira tak akan merasa was-was karena takut bolu pisangnya gagal lagi. Karena Widia pergi, Fakhira pun harus membereskan dapur ini seorang diri. Tadinya, dia akan meminta bantuan.

Namun, setelah adonan di dalam oven mengeluarkan bau yang sangat menyengat, di waktu yang tepat Fakhira mengeluarkan adonan itu. Adonannya terlihat mengembang dan baunya hampir sama dengan bolu pisang yang sering Widia bawakan untuknya.

Bolu pisangnya tidak kembali gagal dan Fakhira bisa bernapas lega. Meski saat ini dia tak bisa bersantai karena harus segera membereskan kekacauan yang dibuatnya di dapur jika tak ingin Lisa kembali berteriak.

Namun meski begitu, Fakhira bersyukur karena malam harinya dia bisa tidur pulas karena sangat senang bolunya tak jadi gagal. Itu semua membuat dia bisa terbangun lebih pagi dari biasanya. Setelah mandi dan bersiap, segera Fakhira meneguk habis susu putih di atas meja makan yang dibuat oleh Lisa.

"Makan?" tanya Lisa sembari mengangkat kedua piring berisi nasi goreng di tangannya.

Fakhira menghampiri tantenya dan mengambil sendok dari atas salah satu piring. Menyendok penuh nasi itu dan disuapkan dengan lahap pada dirinya sendiri. Sembari mengunyah, Fakhira kembali mengambil gelas susu yang tadi sempat dia letakkan kembali di atas meja.

"Aku ada kelas pagi, takut telat," ujar Fakhira setelah meneguk habis air susu dalam gelasnya.

"Hati-hati!" seru Lisa ketika Fakhira telah berlalu dari pandangannya.

Fakhira harus segera pergi ke kampus dan menyelesaikan pembelajarannya hari ini. Karena tepat jam dua siang setelah kelasnya hari ini habis, dia akan menemui Alan dengan satu tepak bolu pisang yang kemarin sempat Fakhira potong-potong menjadi beberapa bagian.

$$$

Sebenarnya, Fakhira tahu apa yang akan dikatakan beberapa suster di rumah sakit nanti padanya. Karena tidak menutup kemungkinan, keadaan tidak sama sekali berubah sepenuhnya. Alan tetap menjadi dokter di sana dan Fakhira selalu dipandang sebagai gadis kecil yang ingin selalu dekat dengannya.

Kini, saat kedua kaki terbalut sepatu milik Fakhira menyentuh lantai depan rumah sakit, perasaannya seperti seketika berubah. Kepalanya menoleh ke belakang, jika saja taksi yang baru saja mengantarkannya masih ada di sekitar rumah sakit, mungkin dia akan berlari dan kembali pergi dengan taksi itu. Tapi nyatanya tidak. Taksinya telah berlalu pergi.

Untuk itu, Fakhira memegang kuat-kuat tas selempang berwarna abunya. Perlahan melangkahkan kakinya sedikit lebih pelan dari biasanya. Saat baru saja dia akan bertanya kepada salah satu suster yang tengah berjaga di bagian administrasi, seorang suster yang sedikit lebih tinggi darinya dengan segera menghampirinya.

"Fakhira?" Suster itu memiringkan sedikit kepalanya dengan senyum merekah. Mengulurkan tangan kanannya pada Fakhira.

Fakhira membalas senyum suster itu dan menjabat tangannya untuk beberapa detik saja. "Halo, Suster Friska."

Komunikator (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang