[1] sebuah rencana

11.2K 688 27
                                    

/intinya, bertemu terlebih dahulu lalu putuskan/

Setiap pagi, Fakhira selalu menghindari pertemuannya dengan Lisa, meski mereka berdua memang tinggal dalam satu atap. Lisa sebagai adik dari almarhumah ibunya Fakhira, merasa bertanggung jawab dan menemani Fakhira tinggal di rumahnya. Tapi sebenarnya ... Fakhira tidak terlalu suka dengan keputusan itu. Bukan karena tak ingin, tapi dia hanya merasa sedikit risih dengan permintaan yang selalu diminta tantenya itu.

Ketika Fakhira akan berangkat ke kampus, dia selalu berjalan mengendap dan berharap agar Lisa tak dapat melihatnya. Tapi takdir selalu saja tak berpihak. Saat Fakhira baru saja menapakkan kaki di anak tangga terakhir, Lisa datang dari arah dapur dengan satu gelas susu putih di tangan kanannya.

"Udah rapih, Tan? Mau berangkat, ya?" tanya Fakhira sembari menyengir dan memperlihatkan deretan gigi putihnya. Dia jadi salah tingkah sendiri.

Lisa terlihat mengangguk. "Nih!" Dan dia menyodorkan satu gelas susu putih itu pada Fakhira dengan garis wajah tenangnya.

Fakhira menerima gelas itu dengan tatapan menyelidik. Satu, dua langkah dia ambil untuk menjauh dari Lisa. Hingga pada akhirnya Lisa menarik lengan kiri Fakhira dengan tampang memelas yang selalu dilakukannya setiap hari.

"Please ...." Lisa menyatukan telapak kanan dan kirinya di hadapan Fakhira. Kembali memohon seperti biasanya.

Fakhira memutar kedua bola matanya dengan jengah. Lisa dan beribu ketidakberaniannya itu sangat menyusahkan sekali. Meski Lisa belum mengatakan apa keinginannya pada Fakhira, tapi Fakhira sangat mengetahui itu semua dengan jelas.

Hampir satu tahun sudah Lisa menemani Fakhira tinggal di rumah ini. Satu tahun juga Lisa selalu meminta bantuan Fakhira untuk sesuatu hal yang tak bisa dia selesaikan sendiri.

"Sampai kapan sih, Tan?" Fakhira menatap Lisa, lelah. "Mending sekarang Tante ikut aku ke kampus dan bicara langsung sama orangnya!"

Fakhira mengalihkan gelas berisi susu ke tangan kirinya. Tangan kanannya menarik lengan Lisa, berniat mengajak tantenya pergi bersama. Tapi Lisa dengan cepat menahan.

"Tidak-tidak," ujar Lisa sembari melepaskan cekalan Fakhira dan mengangkat kedua tangannya ke udara. "Kamu aja yang bilang, oke?"

Fakhira berdecak kesal dan meneguk setengah air susu dalam gelas itu. Menaruh sisanya di atas meja ruang depan dan kembali menatap keberadaan Lisa yang sangat menyedihkan di matanya.

"Oke, mau bilang apa?"

Mendengar perkataan itu, Lisa langsung menjerit histeris sampai Fakhira melupakan umur mereka yang tertaut beberapa tahun. Tantenya itu hampir berumur dua lima, tapi sikapnya masih saja seperti ABG labil yang ada di SMA. Memalukan.

Namun bila dipikirkan kembali, Fakhira tak tahu mengapa takdir kini berbanding terbalik. Dirinya kini diposisikan menjadi komunikator antara Lisa dan dosen populernya di kampus. Sedangkan dulu ... dia yang biasa mendapatkan kabar dari sang komunikator. Sekarang, dia sendiri yang menjadi komunikator untuk orang lain.

Saat melihat heran ke arah Lisa yang tengah sibuk mengobrak-abrik seisi tas yang tersampirnya, Fakhira menautkan kedua alis. Jika sudah seperti ini, lagi-lagi Fakhira bisa menebak apa yang terjadi sebenarnya.

Komunikator (Completed) ✓Where stories live. Discover now