08: Rencana

10K 1.1K 20
                                    

Sesampainya di rumah ibu Rose. Aku masih tetap menangis sembari duduk di bangku kayu yang berada di dalam rumah.

Pasia menggonggong, "Sudahlah, Lyssa! Hanya dengan menangis seperti itu, tidak dapat mengubah keadaan!"

Pasia benar, seharusnya aku memikirkan cara untuk menyelamatkan ibu Rose. Aku menatap Danilo. "Danilo ..., bisakah kau membawaku ke istana?" tanyaku memohon.

Danilo ikut menatap ku. "Tidak semudah itu, Lyssa." Danilo menarik nafas. "Kalau pun Kau sudah sampai di depan istana. Kau tidak akan diizinkan mereka untuk masuk, karena Kau bukan orang penting."

Aku menampakkan wajah sedih. "Lalu bagaimana nasib ibuku, Danil?"

Danilo menggeleng. "Tidak ada yang bisa kita lakukan, Lyssa. Lagipula, Rose hanya dihukum menjadi pelayan mereka."

Mendengar perkataan Danilo, membuatku menatap Danilo lebih lekat. Aku kira mereka akan menghukum ibu Rose di penjara, setidaknya hanya dijadikan pelayan sementara mereka, membuatku menghembuskan nafas bersyukur.

"Berapa lama, ibuku menjadi pelayan mereka?" tanyaku antusias. Perkiraanku mungkin hanya satu hari atau paling banyak tiga hari, lalu ibu kembali dilepaskan.

Ternyata aku salah, Danilo menggeleng, membuatku yang antusias kembali menatap Danilo dengan tatapan murung.

"Ada apa, Danilo?"

"Mereka menjadikan Rose pelayan ... selama Rose masih bernafas, Lyssa." Perkataan Danilo membuatku bangkit secara tiba-tiba, dan berkacak pinggang.

"Jangan bercanda, Danil," ucapku tak percaya.

Danilo menampakkan wajah serius. "Aku bersungguh-sungguh, Alyssa."

Tubuhku melemas, lalu terjatuh di bangku. Danilo segera menahanku dan mendudukkan ku dengan benar.

Aku tidak percaya, hanya karena masalah–aku yang tidak sengana menabrak pangeran, mereka menghukum wanita tua untuk menjadi pelayan mereka. Sungguh perbuatan keji.

Aku tidak akan tinggal diam membiarkan ibu Rose diperbudak mereka selamanya.

Aku berseru, "Aku akan menyelamatkan ibu Rose dari hukuman mereka. Ini lebih keji dari mereka menahan ibuku di penjara!" Aku menatap Danilo dan Pasia. "Jika kalian tidak ingin menolongku, aku bisa melakukannya sendiri." Aku bangkit ingin bersiap-siap.

Namun suara Danilo menahanku. "Tunggu, Alyssa," ujarnya, "lebih baik kau ke istana esok pagi. Karena hari sudah mulai senja."

Aku berteriak, "Bagaimana bisa aku menunggu sampai besok, Danilo!"

Kali ini bukan Danilo yang menjawab, tapi Pasia. "Danilo benar, Lyssa. Kau harus menunggu besok pagi. Tidak semudah itu kau ke sana, Lyssa. Setidaknya kau harus bersabar sampai besok!"

Aku berpikir cukup lama, lalu akhirnya aku hanya menurut. "Baiklah."

• • •

A/N:

Kira-kira berhasil gak ya, mereka selamatkan ibu Mawar?

Tunggu chapter selanjutnya ya!
Tau kok, ini pendek banget part-nya, heheh.

Jangan lupa vote dan komen.

Kecup manjah dari,

.Mosyacaramello.

29/April/2019

DzaldzaraWhere stories live. Discover now