38: Mysterious Old Lady

5.4K 644 18
                                    

"Huh... memangnya aku ini sebenarnya apa, sih?" kesal Alyssa sembari memungut ranting pohon yang sudah kering. "Memangnya pekerjaan pelayan pribadi seperti ini, ya?"

Hening.

"Pasia?"

"Bisakah kau diam saja sembari mencari ranting, agar pekerjaan ini cepat selesai?" gonggong Pasia, sebenarnya yang manusia Pasia atau Alyssa, sih? Kok sepertinya yang lebih pintar bicara Pasia, ketimbang dirinya.

Alyssa tiba-tiba terdiam dan merasakan sesuatu ... seperti sepasang mata yang sedari tadi memperhatikannya. Dengan tidak menggubris ucapan Pasia, Alyssa mengedarkan pandangannya untuk merasakan darimana tatapan awas itu berasal. Sepertinya memang tubuh Alyssa lebih peka dari tubuh gadis kebanyakan, karena ia sangat yakin ada seseorang di balik pohon besar sebelah kirinya.

Alyssa menyusun strategi bagaimana menangkap basah orang itu tanpa membuat orang itu tersadar? atau tanpa membuat dirinya terluka? Mungkin saja yang memperhatikannya manusia bertanduk satu? Memangnya dunia ini seperti apa, sampai ada manusia bertanduk satu!

Setelah mempunyai rencana yang menurutnya brilian, Alyssa mendekati pohon di sebelah kirinya  dengan pura-pura mengambil ranting yang berada dekat pohon itu secara alami.

Alyssa semakin yakin ada seseorang di balik pohon besar itu, karena hawa panas dari balik pohon itu.

Satu...

Dua...

Tiga....

"Kena kau!" teriak Alyssa dengan mengitari pohon dengan cepat, dan melongok-an kepalanya seperti menemukan teman yang sedang bersembunyi.

Eh?

Nenek-nenek?

Alyssa terdiam, kenapa bisa ada seorang nenek di hutan ini? Rambut yang penuh dengan uban, punggung yang sudah membungkuk, dan mata yang sayu, ada urusan apa nenek itu berada di hutan sendirian? Apakah nenek itu sedang mencari kayu bakar sama seperti dirinya? Tapi Alyssa merasa tidak ada pemukiman di dekat sini. Mana mungkin kan nenek itu jauh-jauh kemari hanya untuk mencari kayu bakar?

Alyssa membelalakkan matanya dan menutup mulutnya dengan tangannya yang kosong. Ia mengerti sekarang, kenapa nenek itu bisa berada di hutan ini!

"Nenek baik-baik saja?" Alyssa bertanya sembari mendekati nenek itu. "Beritahu aku Nek dimana anak kurang ajar yang menyuruhmu mencari kayu bakar di saat sudah sore seperti ini!"

Benar, bukan? Pasti nenek itu disuruh anaknya mencari kayu bakar, sedangkan anaknya sedang asik tidur di rumah! Sungguh anak yang tega!

Nenek itu tersenyum dengan ramah. "Oh maafkan aku, apakah aku mengagetkan mu?" tanya nenek itu tidak menggubris pertanyaan tidak jelas Alyssa.

"E-eh tidak, Nek. Aku yang seharusnya meminta maaf ... karena ranting kayunya banyak yang sudah kuambil," Alyssa melirik ranting kayu di pelukannya dengan bersalah.

Nenek itu terkekeh, "Ah ... Aku tidak sedang mencari kayu bakar."

Ups!

Alyssa tersenyum canggung, karena salah mengira kalau nenek itu mencari kayu bakar, dan sudah mengutuk anak nenek itu secara tidak berdosa.

Alyssa yang pintar tapi bodoh! rutuknya.

Karena melihat Alyssa diam, nenek itu bicara kembali, "Sebenarnya... aku mengawasimu sedari tadi."

Eh?

Perkataan nenek itu membuat Alyssa tersadar dari rutukannya ke dirinya sendiri.

Kenapa bicara secara terang-terangan sekali?

Alyssa menampakkan wajah tidak mengerti. "Maksud nenek?" Dan kenapa cara bicara nenek itu tidak seperti nenek-nenek? Um, seperti yang Alyssa tahu, di dunianya kalau nenek-nenek seharusnya memanggil dirinya sendiri "nenek" bukan?

Pikiran yang tidak penting! Lama-lama Alyssa bisa cepat tua seperti nenek itu, kalau dirinya selalu memikirkan semuanya secara detail!

Nenek itu lagi-lagi tersenyum, sehingga membuat garis keriput wajahnya semakin terlihat. Nenek itu sungguh terlihat misterius di mata Alyssa. Apakah wanita tua itu mempunyai gangguan jiwa, sehingga sering tersenyum seperti itu? Membuat Alyssa merinding. Tapi bagaimanapun juga Alyssa harus bersikap sopan kepada orang tua.

Nenek itu berucap kembali sehingga mengagetkan Alyssa. "Jangan takut. Aku tidak bermaksud jahat. Aku hanya senang sekali melihatmu."

Alyssa hanya diam, masih mencerna kata-kata wanita tua di depannya. Sudah  lamban berpikir, ditambah lagi perkataan nenek ini susah dicerna, menambah beban pikirannya saja!

"Hari sudah mulai gelap, lebih baik kau kembali," wanita tua itu melirik ranting kayu di pelukan Alyssa, "aku rasa ranting itu juga sudah cukup untuk kau bawa."

Lagi-lagi nenek itu tersenyum sehingga keriput wajahnya terlihat kembali. "Jika kau penasaran denganku, datanglah kembali besok ke tempat ini."

Tanpa memberi waktu Alyssa untuk menjawab, wanita tua itu pergi dan tertelan oleh semak-semak liar. Bak dihipnotis Alyssa berjalan pulang ke kastil dengan Pasia sembari membawa kayu bakar suruhan Zephran–masih dengan memikirkan semua perkataan nenek tua itu....

• • •

A/N:

Aku itu lagi kena writer's block, jadi susah banget cari jalan keluarnya, ini aja tiba-tiba muncul idenya karena ngeliat cukup banyak yang minta update, walaupun udah sebulan berlalu dari terakhir update.

Jadi part ini masih segerrr banget barusan dipetik.

So, vote dan komen dari readers itu meaning banget buat para penulis untuk melanjutkan ceritanya. Doain juga ya moga ide aku lancar kek air terjun, wkwk.

Jangan siders yaa para pembaca Alyssa! Nanti diomelin sama Pasia loh hiyahiyahiya.

Thx semuanya!

Regards,

.Mosya Caramello.

16'5'20

DzaldzaraWhere stories live. Discover now