34: Wanita Tua

5.4K 606 9
                                    

"Hei!" panggil seseorang secara tiba-tiba, sehingga membuat Alyssa menoleh, dan memiliki sebuah harapan setelah melihat ke wajah orang yang memanggilnya itu.

"Hei, Nona!" harapan kembali muncul setelah Alyssa mengenali wajah pria yang memanggilnya itu.

Dia adalah Tuan Prajurit, yang sebelumnya Alyssa berbincang sebelum mengganti pakaiannya.

Prajurit itu mendekati Alyssa sembari menarik kudanya. "Sudah kuduga Nona masih di sini," ucap prajurit itu sembari tersenyum. "Aku teringat dengan Nona, karena sebelumnya aku yang mengatakan Nona dapat berganti pakaian sembari mengemas, sehingga membuat Nona tertinggal rombongan pangeran Zephran," jelasnya agak merasa bersalah.

"Hei, jangan seperti itu. Ini semua salahku, karena terlalu lama untuk berkemas. Melihat Tuan belum berangkat juga saja membuatku sangat berterimakasih kepada Tuan," sergah Alyssa sembari tersenyum.

Prajurit itu menggaruk tengkuknya. "Sebenarnya aku sudah setengah jalan bersama rombongan pangeran...," ucapnya sembari melihat ke arah rumput. "Tapi aku tiba-tiba teringat Nona, dan putar balik menuju ke sini untuk menjemput Nona."

"Oh, benarkah? Kau sangat baik Tuan!" puji Alyssa.

Prajurit itu menyanggah, "Jangan panggil aku tuan." Prajurit itu pun memperkenalkan diri dengan wajah serius, "Nona bisa memanggilku Ru."

"Oh, baiklah Ru ... nama yang sangat singkat ... dan tentunya indah.... Kau bisa memanggilku Lys," ucap Alyssa sembari mengangguk. "Bisakah kita berangkat sekarang, Ru? Aku takut pangeran akan menghukum ku lagi jika aku telat."

Ru mengangguk sembari naik ke kudanya dengan cepat, lalu Alyssa yang menggendong Pasia pun ikut naik. Setelah sudah di posisi yang nyaman, Ru melajukan kudanya.

* * *

Perbatasan Kave

Zephran turun dari kereta kudanya, setelah ia dan para prajuritnya sampai di perbatasan Kave, dimana terdapat rumah hunian yang cukup besar untuk para penjaga itu sendiri.
Zephran disambut hangat oleh ketua penjaga perbatasan.
Namun Zephran menerima sambutan hangat itu dengan pertanyaan tanpa basa-basi.

"Beritahu aku, apa perkembangan kalian?" tanya Zephran dengan tatapan seriusnya.

Ketua itu menjawab dengan tak kalah serius, "Sampai saat ini, kami tidak melihat tanda-tanda Clarzea Witch memasuki wilayah kita, Pangeran."

"Kalian tidak melihatnya ataukah kalian tidak menyadarinya?" ucap pangeran dengan nada dingin. "Tetap waspada, dan jangan sampai lengah," lanjutnya, "mereka bisa saja menjadi musuh mu dan bisa menjadi orang kepercayaan mu." Zephran pun pergi meninggalkan ketua itu merenungi kata-kata yang diucapkan oleh Zephran.

Zephran mengitari halaman sembari melipatkan kedua tangannya. Entahlah, dia hanya merasa aneh, seperti sedang diawasi dari kejauhan oleh seseorang, tapi setelah ia menatap sekeliling, tidak ada satupun orang di sekitarnya yang sedang mengawasinya. Tatapan tajam Zephran mengarah ke arah hutan yang sunyi, setelah puas ia berbalik badan dan kembali ke perkumpulan para prajuritnya.

Sembari berjalan dengan cara berjalannya yang sangat berwibawa, Zephran teringat akan pelayan pribadi bodohnya itu. Sedari tadi ia tidak melihat batang hidung dari pelayan kotornya.
    "Di mana pelayan pribadi ku?" tanya Zephran kepada salah satu pelayan yang sedang mengangkat barang bawaan mereka ke dalam kastil perbatasan setelah ia menghampirinya.
    "Aku tidak tahu, Tuan," jawab pelayan dengan pelan dan menundukkan pandangannya.
    "Dasar tidak berguna," umpat Zephran lalu berjalan pergi menghampiri pelayan dan prajurit yang lain untuk bertanya keberadaan Alyssa.

Namun, tidak ada satupun dari mereka yang tahu keberadaan Alyssa, sehingga membuatnya marah. Jika saja pelayan itu kabur darinya, ia bersumpah keluarganya tidak akan tenang.

Dengan pikiran marah, Zephran menghampiri kuda putihnya, lalu menungganginya dan mengarahkan kudanya ke arah hutan. Sebelum para prajurit mengikutinya, Zephran sudah berteriak, "Jangan ikuti aku." Dan hilang tertelan gelapnya hutan.

Zephran hanya menunggangi kudanya tanpa tahu arah dia akan kemana. Laju kudanya sangat cepat, sehingga pohon-pohon di kiri-kanan tidak terlihat jelas. Hutan yang lembab dan sunyi yang ia pandang sedari tadi, sampai matanya menangkap seorang wanita tua yang sedang berjalan. Karena sudah kelewatan, ia pun memutar balik kudanya untuk menghampiri wanita tua tersebut. Setelah ia sampai ditempat wanita tua itu berjalan, wanita tua itu sudah tidak ada lagi....

• • •

Akhirnya update! Siapa yang nungguin?
Yang udah nungguin moga puas ya sama part satu ini. Jangan lupa beri apresiasi part ini biar aku makin semangat untuk nulis part berikutnya.

Maaf ya lama update, aku itu kesel udah nulis panjang, eh malah gak kesimpen, jadi bikin males lanjutin nulisnyaa. Tapi ujung²nya ngelanjutin lagi, tapi kali ini nulis di buku dulu, baru diketik hehe.

Btw, wanita tua itu siapa yaaa?

Tunggu di part selanjutnya yaa!

Jangan bosen² nungguin cerita ini yaa:) makasi yang udah baca:*

Regards,

.Mosya Caramello.

12/3/20

DzaldzaraOù les histoires vivent. Découvrez maintenant