16 : Keberanian

7.3K 868 12
                                    

Aku mengangguk mengerti, mungkin hanya Zephran yang keji di antara anggota kerajaan Akalie. Buktinya, Alardo sangatlah ramah dan baik padahal ia seorang Raja.

Dua orang pelayan wanita berpakaian abu-abu pucat datang menghantarkan satu teko dan dua cangkir.

Aku menatap dua pelayan itu, mereka bukan salah satu dari ibuku. Tapi umur mereka seperti dua puluh lima tahunan. Aku dapat membaca garis mukanya. Sepertinya mereka salah satu korban keji Zephran, memaksa mereka menjadi pelayan di kerajaan ini, tanpa dibayar.

Di mana Raja Jedrej Akalie? Mengapa ia membiarkan putra bungsunya melakukan ini kepada rakyatnya. Jika Zephran menjadi Raja nanti, aku yakin, Zephran akan menjadi Raja terkeji di seluruh dunia.

Dua pelayan itu menuangkan teh di-cup, aku hanya memperhatikan mereka. Setelah selesai mereka berpamit kepada Alardo dan membungkuk lalu pergi.

Aku langsung mengambil cangkir teh itu, meniupnya kuat, lalu meneguknya sampai habis. Aku sangat kehausan sedari tadi. Setelah cangkir teh ku kosong, aku berpaling menatap Alardo di depanku. Ternyata dia sedang menahan tawanya. Aku menghardik, "Kenapa Raja menahan tertawa?"

Alardo langsung tersenyum lalu menggeleng. "Sepertinya kau sangat haus dari tadi. Maafkan pelayan yang terlalu lama menghantarkan teh untukmu." Aku terpaku dengan senyum Alardo, kalau saja dia tidak depanku, aku pasti sudah meleleh seperti jeli.

Aku berseloroh, menetralkan detak jantungku karena melihat senyuman Alardo. "Berapa total pelayan di istana ini?"

Alardo seperti menghitung jarinya, satu-dua-tiga. Lalu berucap, "Sangat banyak."

Aku menilik Alardo, "Lalu kenapa kau berlagak seperti sedang menghitung? Kenapa tidak langsung kau sebutkan saja kalau ada banyak." Aku menghembuskan nafas kasar, sembari meliriknya. Lalu aku mengerucutkan bibirku.

Alardo tertawa. "Kau sungguh unik Nona Naphne."

Tahan Lys, tahan! Raja ini sudah memiliki permaisuri, ucap dalam hatiku menyadarkan, agar aku tidak mudah masuk pesonanya.

Selagi aku menatap keliling halaman istana tiba-tiba terdengar langkah kaki yang menghampiri kami. "Alardo, sejak kapan kau berada di sini?"

Aku menengok ke belakang. Pria bertubuh tinggi, berambut silver, bibir yang merah, dan berwajah tampan namun memiliki sifat keji telah berdiri di belakang.

Itu Zephran.

Aku menatap Zephran tajam, sengaja aku kumpulkan kekesalanku dalam tatapanku. Zephran yang baru menyadari aku adalah gadis kemarin yang tidak sengaja menabraknya, ia ikut menatapku tajam.

Seketika, atmosfer di sekelilingku berubah drastis. Aku dan Zephran saling tatap sinis, tiba-tiba suara Alardo menginterupsi, "Apakah kalian akan terus saling bertatapan? Kalau iya, mungkin aku akan makan dahulu, menunggu kalian selesai bertatapan."

Aku menengok ke Alardo, humornya sungguh receh. Aku suka humor receh. Tapi dengan keadaan seperti ini aku hanya merespon humor Alardo dengan tatapan tajam juga.

Ternyata Zephran juga menatap Alardo tajam.

"Apakah kalian akan selalu menatapku dengan tatapan tajam seperti itu?" tanyanya seraya mengangkat tangan.

Aku tidak mengindahkan. Namun suara Zephran yang dingin terdengar. "Mengapa kau bawa gadis kotor ini ke istana, Alardo?"

Gadis kotor?!

Aku hanya diam menahan emosi, tidak ingin merespon ucapannya.

Kali ini Alardo sepertinya berubah kembali menjadi dewasa, setelah aku mendengar ucapannya, "Jaga ucapan mu, Zephran. Kelak kau yang meneruskan kerajaan ini. Kau harus baik kepada rakyat-rakyatmu."

Aku melirik Zephran, seharusnya ia mendengarkan ucapan kakaknya itu, tapi dari raut wajahnya, aku tahu, Zephran tidak pernah mendengarkan ucapan siapapun.

Zephran menatapku tajam, sembari membalas perkataan Alardo. "Aku tidak peduli dengan itu, Alardo." Zephran berbicara padaku. "Kau ..., cepat pergi dari sini."

Aku bangkit dari dudukku, berdiri di depannya menantang. "Aku tidak akan pergi, sebelum kau lepaskan ibuku!"

• • •

DzaldzaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang