37: Gated Wire (2)

5.6K 615 28
                                    

Dengan terlatih Alyssa merangkak memanjat pagar. Namun, baru dua pijakan, namanya dipanggil...,

"Alyssa!"

Alyssa merasa ada yang memanggil namanya, mungkin saja Pasia, dia tidak peduli, demi apapun memanjat pagar ini lebih penting dari siapapun yang memanggilnya.

Dengan nafas yang berat Alyssa memanjat pagar. "Kenapa tubuhku berat sekali? Sebenarnya aku sudah berapa hari sih di dunia ini? Kenapa kemampuan memanjat ku berkurang? Ayo, Alyssa kamu pasti bisa!"

"Hei, pelayan kotor."

Alyssa seperti kenal dengan suara dingin itu. Semoga bukan dia, semoga bukan dia!

Alyssa memutar kepalanya menghadap belakang, masih bergelantung di pagar kawat. Dan benar saja itu memang dia. Alyssa kaget, karena wajah itu tepat di belakang tubuhnya, berjarak dekat. Wajah pucat dingin, seperti tidak ada semangat hidup.

Alyssa kehilangan keseimbangan kakinya, tangannya terlepas dari pagar dan ...

Bugh!

Aw, sakit! Kenapa sih dia tidak menangkap ku dan malah menghindar?! Dasar tidak gentle! ringis dan rutuknya dalam hati.

Alyssa bangkit sendiri, sungguh gadis yang malang, ditangkap saja tidak, untuk apa dia berharap dibantu berdiri oleh pangeran jahat itu! Alyssa menepuk pakaiannya menyingkirkan daun-daun kering yang menempel. Dan mengelus bokongnya yang menghantam tanah. Bokong kecil yang malang.

Tapi tunggu... kalau Zephran ada di sini, berarti yang memanggil dengan nama Alyssa tadi dia? Wah rekor, ini pertama kalinya Zephran menyebut namanya.

"Kau tahu, tempat ini berbahaya! Berani-beraninya kau ingin memasuki wilayah itu!" bentak Zephran.

Alyssa diam, sembari menunduk, bak seorang siswa yang sedang diomeli guru karena ingin lompat pagar untuk membolos. Memang, Zephran sangat seram jika sudah marah, tapi semarah-marah nya Zephran, sebenarnya Alyssa mulai tidak takut, dia hanya ingin agar terlihat patuh saja dengan menunduk, tapi sebenarnya, untuk apa dia patuh kepada pangeran yang tidak beperasaan?

Zephran berdeham, "Jangan berfikir aku mengkhawatirkan gadis kotor sepertimu, tentu saja tidak mungkin."

Eh, apa?

Alyssa mendongak menatap wajah Zephran, padahal dia sama sekali tidak mempunyai pikiran ke sana, tapi setelah dipikir-pikir benar juga. Apakah itu marah rasa khawatir?

"Beraninya kau menatapku, tundukkan wajahmu, aku ini seorang pewaris takhta kerajaan, tidak patut kau memandangku seperti itu!"

Ck, dasar gila hormat.

Tidak cukup puas, di perjalanan menuju kastil Zephran masih saja mengomelinya. Oh ngomong-ngomong, Zephran menghampiri Alyssa dengan kuda putihnya yang berbulu mata lentik. Jangan berpikir bahwa Alyssa ikut naik ke kuda itu untuk mencapai kastil. Tentu saja tidak. Bukan, bukan Alyssa tidak ingin menaikinya, bahkan pangeran jahat itu menawarinya saja tidak!

Benar-benar hati batu!

Maka dari itu, Alyssa hanya membuntuti dengan langkah lebarnya agar tidak berjarak terlalu jauh dari kuda Zephran. Bahkan kecepatan kudanya saja tidak terlalu pelan. Tentu saja, Alyssa kalah langkah dengan kudanya Zephran.

"Apakah kau lelah Pasia?" tanya Alyssa kepada Pasia di sampingnya. Sama sekali tidak mendengarkan ocehan Zephran. "Mau aku gendong?"

"Aku tidak lelah, aku hanya lagi malas berjalan. Tawaranmu boleh juga, aku tidak menolaknya."

"Dasar pemalas!"

Pasia loncat dan masuk di pelukan Alyssa.

"Setelah sampai kastil, aku menyuruhmu untuk mencari kayu bakar," titah Zephran tiba-tiba masih menunggangi kudanya, tidak memalingkan wajah sama sekali.

Alyssa memutar matanya, sudah dia duga, Zephran akan memberinya hukuman karena sudah telat lagi-lagi. Padahal dirinya telat juga karena pangeran itu, coba saja Zephran memberi tahunya bahwa berpergian cukup lama, dan mengemas pakaian, sudah pasti dia tidak akan telat, dan berakhir bersama Ru.

Tapi Alyssa senang juga sih, bisa kenal orang baru lagi. Apalagi prajurit seperti Ru, yang tampan dan perkasa. Uh, memang ya orang-orang di dunia ini tampan dan cantik. Kecuali, dua penjaga gerbang kerajaan yang sudah tua itu! Yang tidak membolehkannya masuk saat pertama kali ke kerajaan. Untung saja, ada Alardo yang baik hati dan rupawan, sehingga membuatnya hampir meneteskan air liur sangking tampannya.

Mengingat Alardo, dirinya jadi rindu Alardo–raja yang rendah hati, tidak seperti adiknya yang tidak berperasaan! Kira-kira sudah berapa lama ya dirinya tidak bertemu Alardo?

"Heh, kau mendengar apa kataku tidak!?" tegoran Zephran membangunkan Alyssa dari pikirannya tentang Alardo.

Alyssa mendengus, "Jika kau menyuruhku mencari ranting kayu, tidak bisakah aku mencarinya dari sekarang?" Alyssa mengusap tengkuknya. "Sekali dayung dua pulau terlampaui, bukan?"

Zephran memutar kepalanya dan memicingkan matanya. "Bicara apa sih," gumam Zephran hanya dia sendiri yang mendengarnya. "Tidak. Terlalu berbahaya mencari di dekat sini... Lagi pula aku tidak ingin menunggumu mencari kayu bakar, menghabiskan waktuku saja."

Cih, memangnya selama ini apa saja yang sudah dia lakukan? Seperti ada hal penting saja!

• • •

Jangan lupa klik bintang dan komen!:D

Regards,

. Mosya Caramello .

7/4/20

DzaldzaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang