42: Alyssa's Choice

4.8K 543 18
                                    

"Jangan khawatirkan aku, Alardo. Bahkan, sudah satu hari disini, tidak ada tanda-tanda penyihir, sedikitpun."

Tolakan Zephran akan masukan Alardo untuk tidak bergerak sendiri, membuat Alardo menarik nafas. Maksud dari Alardo adalah agar Zephran berunding kepada dirinya, tidak bergerak sendiri. Lagipula, mereka tidak ada yang tahu, kapan para penyihir itu akan menyerang camp mereka, ditambah Zephran tidak hanya membawa pasukan yang dia miliki saja, namun juga membawa para pelayan wanita untuk segala sesuatu yang mereka butuhkan. Bukankah itu egois, jika mengikutsertakan para wanita yang tidak berdaya ke dalam zona berbahaya ini? Setidaknya, itu yang ada di pikiran Alardo ....

"Kau tidak mengerti, Zephran..., Kau sama sekali belum memiliki pengalaman apa pun dalam hal ini. Dalam hal seperti ini, kau tidak bisa bermain-main, situasi ini sangat serius." Alardo mengetukkan jarinya ke meja yang ada di depan mereka, mengartikan bahwa mereka dalam situasi yang tidak bisa diremehkan.

"Apakah gerak-gerik ku seperti meremehkan situasi saat ini?"

"Dengan membawa para pelayan wanita..., apakah itu yang kau katakan tidak meremehkan? Kau sedang tidak berpiknik di hutan ini."

Argumen-argumen yang terlontar dalam mulut kakak-beradik itu tidak berhenti. Zephran masih kekeuh dalam pendiriannya, tidak menerima masukan kakaknya sama sekali. Itulah Zephran, adik yang keras kepala, yang tidak bisa menerima masukan sama sekali. Adik yang bertindak gegabah, tanpa diskusi, dan semua harus menuruti apa yang dia mau. Padahal masukan dari orang yang lebih dewasa darinya itulah yang harus didengarkan. Masukan dari pada orang yang sudah berpengalaman dalam melakukan peperangan.

Ini kali pertama Zephran turun ingin mengatasi para penyihir. Biasanya, dia tidak tertarik dengan hal seperti ini, yang Zephran lakukan hanya berkeliaran di desa untuk membuat masalah.

Alardo diam, mendinginkan kepala. Salah satu kunci untuk beragurmen dengan orang yang keras kepala adalah tetap mengendalikan emosi. Jika keras dibalas dengan keras, tidak akan ada habisnya.

Alardo menarik nafas dalam-dalam. "Pulangkan para pelayan, dan lakukanlah apa yang ingin kau lakukan." Negosiasi terakhir Alardo, jika dirinya tidak bisa membuat Zephran pulang dan memberi hal ini kepada yang lebih ahli, setidaknya Alardo bisa meminta Zephran untuk memulangkan para pelayan wanita yang ada di kastil perbatasan, dan meminimalisir terjadinya korban, jika terjadi sesuatu. Karena orang yang tidak punya kekuatan yang akan di targetkan dahulu, dan para pelayan wanita tidak mengerti cara bertarung.

Sebenarnya, Zephran tidak suka jika diberi perintah seperti ini, walaupun perintah itu dari kakaknya sendiri, tapi Zephran tidak suka. Karena dirinya sangat keras kepala, semua yang ia ingin lakukan, harus dilakukan. Namun, karena malas mendengar ocehan kakaknya, Zephran hanya mengangguk, menyetujui untuk memulangkan para pelayan wanita.

Setelah melihat anggukkan Zephran, Alardo bangkit dan keluar dari tenda, menyuruh semua pelayan bersiap untuk dipulangkan ke pusat kerajaan Akalie. Zephran tidak bergeming di kursinya, walaupun kakaknya telah keluar dari tenda yang ia tempati. Zephran melonjorkan kakinya ke atas meja sembari memejamkan mata.

Sebenarnya Zephran juga tidak tahu mengapa ia tiba-tiba ingin turun mengurusi masalah yang ada saat ini. Bukankah dirinya tidak suka mengurusi segala yang berhubungan dengan kerajaan? Selama ini ia hanya melakukan hal yang menyenangkan. Menyenangkan baginya, tidaklah menyenangkan bagi orang lain. Tunggu ..., jika ia hanya melakukan hal yang ia senangi, berarti dengan melakukan hal ini membuatnya senang?

Perlahan ia membuka matanya, dan menurunkan kaki dari meja. Kernyitan terlihat beberapa detik di wajahnya, setelah kernyitan itu hilang, ia langsung bangkit dan keluar dari tenda.

Langkah kakinya yang terlihat santai namun sebenarnya cepat melintasi rerumputan, menghampiri Alardo yang berdiri di depan para pelayan yang sudah terkumpul. Para pelayan yang Zephran bawa sebenarnya tidak banyak, mungkin tidak lebih dari sepuluh orang. Zephran berdiri di samping kakaknya, menyilangkan tangan di belakang tubuhnya. Mengamati wajah para pelayan satu persatu.

DzaldzaraWhere stories live. Discover now