12: Gaun Biru

8.2K 914 32
                                    

Suara ayam berkokok membuatku membuka mata. Aku beranjak dari tempat tidur dan bersiap-siap untuk membersihkan diri.

Lima belas menit kemudian aku selesai mandi, dan lengkap dengan pakaian berwarna biru milik anak ibu Rose dahulu.

Lima belas menit kemudian aku selesai mandi, dan lengkap dengan pakaian berwarna biru milik anak ibu Rose dahulu

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Tepat dengan aku selesai, suara ketukan pintu terdengar. Aku membuka pintu diikuti Pasia yang berjalan malas.

Ternyata Danilo, lengkap dengan pakaian yang lebih layak dipakai dibandingkan pakaian untuk para pedagang kemarin.

Danilo masuk, kami duduk di ruang tamu. "Apakah kita langsung berangkat?"

"Kau sungguh sangat antusias, Lyssa," ucap Pasia. Aku tidak menghiraukannya. Jika aku membalas ucapan Pasia, pasti Danilo akan mengernyit bingung, bagaimana aku bisa berbicara dengan hewan.

Danilo menjawab pertanyaanku, "Ini masih pukul delapan pagi. Satu jam lagi kita berangkat."

Aku mengangguk-angguk mengerti. Danilo tiba-tiba mengingatkan, "Ingat, Lys. Kau tidak boleh bertindak gegabah. Tahanlah emosimu jika kita sudah di depan istana."

Lagi, aku hanya mengangguk mengiyakan. "Dan bersikaplah sopan dan ramah," lanjutnya kepadaku.

Entahlah, ucapan Danilo membuat emosiku naik, sedikit. "Jadi menurutmu, aku selama ini bersikap tidak sopan dan tidak ramah?" tanyaku emosi. "Dengarkan aku, Danilo. Aku bersikap tidak sopan kepada pangeran karena dia juga semena-mena memperlakukanku!" kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulutku.

Danilo menatapku, merasa bersalah. "Bukan itu maksudku—"

"Aku ingin membereskan kamarku dahulu," pamitku memotong ucapan Danilo, lalu berlalu ke kamar.

Aku hanya terduduk di kamar, menetralkan emosiku. Pasia ternyata mengikutiku.

"Mengapa aku akhir-akhir ini tidak mudah mengatur emosi, Pasia," kataku kepada Pasia yang sudah naik ke atas kasur.

"Mungkin kau tertular sikap emosian ku," canda Pasia yang membuatku tertawa.

"Benar juga."

"Sebaiknya kau minta maaf, Lys."

Aku menatap Pasia. "Kau saja jika emosi kepadaku, tidak pernah meminta maaf," dengusku dengan bibir mengerucut.

Pasia memutar matanya yang membuatku gemas. "Baiklah-baiklah, aku meminta maaf atas perlakuan ku selama ini, puas?"

Aku terkikik, sungguh lucu menggoda Pasia–anjing lucu yang mudah marah ini. Aku pun beranjak ke luar kamar menghampiri Danilo.

• • •

A/N:

Gara-gara Pasia, si Lyssa jadi emosi kan.
Usir Pasia dari kampung kita!
/auto diomelin Pasia.

btw, selamat berbuka puasa yang lagi puasa, heheh.

Komennya untuk part ini?
Jangan lupa tekan 🌟!
Jangan lupa bahagia!

regards,

.Mosyacaramello.

7/Mei/2019

DzaldzaraDonde viven las historias. Descúbrelo ahora