14

1.6K 234 16
                                    

"Guan aku lapar" Aku menarik ujung bajunya dan Guan membalikkan tubuhnya menghadapku, Guan menatapku tanpa minat sebelum berucap "Kau mau makan dimana?" Tanyanya dengan datar.

"Terserah kau saja" Jawabku dan aku memilih mensejajarkan langkahku dengannya, aku meraih tangannya membuat dia menatapku dengan bingung.

"Aku takut hilang" Ucapku tanpa rasa bersalah membuat Guan mendengus pasrah saja saat aku mengaitkan tanganku dengannya.

"Guan apa kamu mencintaiku?" Tanyaku tiba-tiba dan memainkan jarinya yg bertautan denganku.

"Menurutmu?" Tanya Guan tanpa repot-repot menatapku.

"Sepertinya tidak" Gumamku, bernada bercanda tetapi dengan sebuah pernyataan yg tersirat seolah hanya tinggal meminta konfirmasi darinya.

"Kamu tau jawabannya" Jawabnya enteng tidak perduli dengan perasaanku. Aku tersenyum miris menghentikan tanganku yg memainkan jari-jarinya aku mendongak dan mendapati Guan yg juga menatapku.

Aku menghela nafas dengan mata yg tidak berpaling dari tatapannya.

"Iya aku tau jawabannya, tapi bolehkan aku pura-pura tidak tau?" Tanyaku dan Guan hanya mengendikkan bahunya tidak perduli.

Aku tersenyum bahagia karena bisa pergi berdua dengan Guan seperti saat ini, rasanya seperti mimpi. Aku terus mengoceh apa saja yg setidaknya tidak akan membuat suasananya canggung meskipun Guan tidak merespon dengan baik semua ocehanku bahkan Guan lebih sering mengabaikannya.

"Guan mannequinnya cantik, aku yakin kalau dia hidup pasti Woojin Sunbae akan memintanya untuk berkencan dengannya" Ucapku lalu tertawa sendiri membayangkan gimana bobroknya tingkah laku salah satu sahabat kekasihku itu.

"Padahal lucu" Cicitku setelah menyadari Guan tidak tertawa sama sekali, hanya wajah datarnya yg aku dapatkan.

Guan mendengus "Berhenti membicarakan hal yg tidak berguna Won" Ucapnya sembari melangkah lebih dulu.

"Kau lupa, kekasihmu ini akan selalu membicarakan semua hal" Kataku mencoba membela diri sendiri.

"Ya, dan itu terkadang membuatku pusing"

Aku menghentakkan kakiku dengan kesal dan mencibir pelan. Setelah dengan puas mengumpat dan bertingkah seolah-olah ingin memukul Guan dari belakang aku kembali menyamakan langkahku dengannya dan kembali menautkan jemariku dengan jemarinya, berjalan di sampingnya seperti ini tentunya harus sedikit berlarian kecil karena sungguh demi apapun langkah Guan itu sangat lebar.

Dasar tiang listrik!

Langkahku dengan Guan terhenti sesaat setelah Handphone Guan berdering, dengan tidak sengaja aku menangkap nama Somi yg saat ini sedang menelfon Guan. Aku langsung merasakan sesak di dadaku saat Guan melepaskan tautan tanganku dengannya dan memilih mengangkat telfon dari Somi.

Aku memperhatikan punggungnya yg terasa nyaman itu, tapi sayangnya sepenuhnya itu bukan punyaku ada yg lebih berhak dariku.

'Apa yg sedang dibicarakannya?' Ujarku membatin dalam hati, tak lama Guan kembali menghampiriku tapi dengan kalimat yg sama sekali tidak ingin aku dengar.

"Aku harus pergi" Ucapnya setelah menerima telfon dari Somi.

"Eodiga?" Tanyaku yg sebenarnya 99,9% aku tau jawabannya.

"Menemui Somi" Aku mengangguk dan tersenyum dengan kecut setelah apa yg aku pikirkan sepenuhnya benar.

"Kau bilang tidak akan meninggalkanku, kecuali aku mengatakan hal-hal yg tidak penting" Aku masih mencoba membuat Guan berdiri disampingku dan bisa menemaniku selama seharian.

"Somi sendiri di rumahnya, aku harus kesana"

"Dan meninggalkanku sendiri disini?" Ucapku dengan tatapan kecewa.

"Mianhae" Ucapnya yg bahkan ketika orang yg melewati kami pun dan dengan tidak sengaja mendengar permintaan maaf Guan tadi itu mereka akan langsung tau kalau tidak ada penyesalan sama sekali dalam kata maaf Guan.

"Kau mencintainya?" Tanyaku membuat Guan menatapku terkejut sebenarnya aku sendiri juga terkejut dengan pertanyaan yg terlontar dari mulutku.

"Dia temanku" Jawabnya dengan dingin.

"Aku kekasihmu" Ucapku tak kalah dingin.

"Aku tau" Ucapnya dengan alisnya yg sedikit terangkat, membawa kesan yg semakin dingin tapi itu tidak membuatku gentar untuk mengucapkan kalimat yg sudah ingin keluar dari bibirku sejak tadi.

"Dan kau memilih meninggalkanku yg berstatus kekasihmu di sini dan menemani Somi yg berstatus temanmu"

"Apa maksudmu?"

"Bukannya sudah jelas siapa yg kamu cintai disini?" Tanyaku dengan air mata yg sudah terjun bebas dipipiku.

"Kau bisa pergi" Ucapku sembari menghapus air mataku "Mianhae, sepertinya aku keterlaluan hari ini karena kamu menuruti kemauanku aku jadi sedikit kurangajar denganmu" Ucapku dan lebih dulu meninggalkan Guanlin yg masih menatapku dengan datar.






===

Masih kuat Wonie?wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih kuat Wonie?wkwk

Vommentnya ya💓

Permanecer (Stay) • Lai Guanlin x Jang Wonyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang