32

1.8K 262 37
                                    

Aku terdiam mematung bahkan aku tidak membiarkan mataku berkedip barang sedetik pun sebelum aku bisa memastikan pemilik mobil di depanku saat ini, seperti yg ada di pikiranku meskipun aku tidak yakin.

Perlahan kaca mobilnya di turunkan menunjukkan wajah seseorang yg sempat membuatku menahan nafas dan mengerjap tak percaya dengan mulut yg menganga lebar.

Kesadaranku kembali setelah Guan kembali membunyikan klaksonnya dan kali ini lebih lama, matanya menatapku tajam seakan ingin membelah tubuhku dan menghancurkannya.

"Masuk!" Titahnya yg sama sekali tidak aku indahkan, aku masih menatapnya tak percaya.

'Apa yg dilakukannya disini? Dimana Somi?'

"Jang Wonyoung!" Panggilnya dengan suara yg tegas dan dingin membuat tubuhku bergerak dengan cepat mengambil tas dengan asal dan berdiri sembari berlari menghampirinya.

"Apa yg kamu lakukan?" Tanyaku menundukkan kepalaku untuk melihat wajah datarnya dengan jelas.

"Masuk, aku akan mengantarmu" Ucapnya dan mengendikkan dagunya menyuruhku membuka pintu mobilnya yg hanya aku ikuti dengan patuh.

Aku mendaratkan tubuhku di sebelahnya, perasaan hangat kembali menjalar sampai ulu hatiku. Bahkan aku jarang menempati tempat ini, tapi kenapa aku bisa sangat merindukan tempat ini? Bahkan disaat tempat inilah yg menjadi saksiku yg selalu di acuhkan dengannya setelah hampir setahun dan bahkan di usirnya karena tempat ini harus ditempati perempuan yg dicintainya.

"Kau ingin kemana?"

Aku terkesiap karena suara beratnya, ah aku terlalu banyak melamun hari ini sampai bereaksi berlebihan seperti ini.

Guan menatapku heran "Kau terkejut? Karena suaraku?" Tanyanya tak yakin.

Aku menggaruk tengkukku yg tak gatal dan meringis "Maaf aku melamun"

Guan mengangguk paham "Wae?" Tanyanya yg membuatku mengerutkan dahiku tak paham "Dwaesso, sekarang aku tanya kau mau kemana?"

"Rumahku, aku ingin kesana" Ucapku, Guan langsung menoleh ke arahku sepenuhnya dengan wajahnya yg cengo "Aishh jinjja perempuan ini" Cicitnya yg masih aku dengar.

Aku tersenyum masam mengingat mendengar ucapan Guan, mengingat tadi aku meminta turun karena ingin pergi ke tempat lain tapi sekarang aku memintanya untuk mengantarku kerumah.

Aku menunduk dan meremas jari-jariku dan aku rasa Guan memperhatikanku, terdengar suara helaan nafas dari samping membuatku menolehkan kepalaku menatap Guan dari samping. Tapi tubuhku kembali terperanjat karena Guan yg juga dengan tiba-tiba membalas tatapanku.

Guan mendengus dan berucap jengah "Apa kamu akan terus terkejut dengan apapun yg aku lakukan?"

Dengan separuh kewarasanku yg tersisa aku hanya mampu menjawabnya dengan wajah yg bingung "Hah?" Ucapku tak paham.

"Kamu sama sekali tidak berubah Wonie" Ucapnya tiba-tiba yg aku balas dengan anggukan dan senyuman kaku, sebelum Guan melanjutkan lagi kalimatnya "Kecuali satu hal" Lanjutnya, aku menatapnya dengan sorot penuh tanya.

Guan kembali menatapku sebentar sebelum kembali fokus ke depan "Kamu sudah bisa mencintai pria lain" Jelasnya yg membuatku menunduk dan mengangguk kecil sembari bergumam tidak jelas, yg aku yakini Guan tidak akan paham karena aku sendiri juga tidak yakin ingin mengucapkannya atau tidak dan berakhir dengan gumaman tidak jelas yg keluar dari bibirku.

"Kamu juga" Balasku tanpa menatapnya, Guan mengernyitkan dahinya "Aku?" Tanyanya dengan telunjuknya yg menunjuk dirinya sendiri.

"Hmm, kamu" Jawabku singkat.

"Aku kenapa?"

"Kamu juga tidak berubah, tetap mencintai orang yg sama, hanya bedanya sekarang kamu memilikinya dan tidak ada aku yg menjadi penghalangnya"

Guan terkekeh tapi terdengar sangat sinis "Jadi itu yg ada di pikiranmu selama 2 bulan ini?"

Aku mengernyitkan dahiku menatapnya tanpa berkedip "Kamu salah Wonie, apapun yg kamu pikirkan itu salah" Ucapnya, baru saja aku mau menanyakan maksudnya tapi mobil Guan sudah berhenti tepat di depan pagar rumahku, ah sudah sampai, kenapa cepat sekali? Aku masih ingin mendengarkan suaranya dan merasakan tatapannya.

Aku menatap ke arah pagarku dan menemukan presensi seorang lelaki yg sudah menatap ke arah datangnya mobil Guan.

Guan memperhatikan pagar rumahku atau seseorang yg ada di sana, entahlah yg pasti setelah menatap hal itu Guan beralih menatapku dan tersenyum masam "Turunlah, kekasihmu sudah menunggumu" Ucapnya yg aku balas dengan anggukan, sebelum membuka pintu mobil aku kembali menoleh dan tak lupa mengucapkan terimakasih.

"Gomawo" ucapku dan Guan mengangguk singkat.

Aku segera turun dari mobilnya dan mendekati dia, seseorang yg sudah menemaniku selama aku sedih saat berpisah dengan Guan sampai sekarang, dia masih menemaniku tanpa meminta imbalan bahkan dia menawarkan banyak bantuan untukku.

Aku tersenyum manis dan dia merentangkan tangannya, aku yg paham langsung berlari dan menubrukkan tubuhku dengan tubuhnya yg langsung menghantarkan kehangatan di seluruh tubuhku.

"Kamu menunggu lama, hmm?" Tanyaku sedikit mendongak menatapnya karena perbedaan tinggiku dengan dia tidak begitu jauh.

Dia mengangguk "Tak apa, aku kuat dalam hal menunggu" jawabnya dengan nada bercanda yg langsung mengundang tawaku.

Aku mencubit pinggangnya gemas membuatnya mengaduh kesakitan dan di balasnya dengan menarik pipiku kencang.

"Yyaaa Haruto!" Pekikku dan dia hanya terkekeh geli sembari merangkulku masuk ke dalam rumahku setelah sebelumnya membuka pintu pagar.

Karena sejujurnya aku belum mendengarkan mesin mobil yg menjauhi rumahku setelah aku turun dari mobilnya akhirnya aku sedikit menolehkan kepalaku dan aku terkejut karena mendapati Guan masih ada disana, menatapku tanpa ekspresi yg mampu membuatku bergidik ngeri dan melanjutkan langkahku.

Aku sempat melamun saat berjalan mendekati pintu rumah, merasa aneh dengan tatapan Guan tadi.

Presensiku kembali ke Haruto setelah mendengar suaranya "Kembalikan bukuku Wonie, aku datang kesini untuk mengambilnya"

Aku mendengus dan menyuruhnya duduk "Aku sudah tau" Ucapku dan beranjak menaiki anak tangga menuju kamarku.

Aku kembali dengan tangan yg memegang buku tulis Haruto yg sudah kupinjam beberapa hari yg lalu.

Aku melemparnya dan Haruto dengan sigap menangkapnya "Tidak bilang makasih?" Ucapnya dan menatapku menuntut.

"Ne ne ne, kansahamnida" ucapku dan menunduk 180° yg kembali membuat Haruto terkekeh.

"Sudah malam, kembalilah ke habitatmu"

Haruto mendengus dan beranjak dari duduknya menyusulku yg sudah lebih dulu berjalan ke arah pintu.

Haruto mengusak rambutku gemas "Tadi Guan mengantarmu?" Tanyanya yg aku jawab dengan anggukan.

"Untuk apa?"

"Tidak tau, kenapa? Kamu cemburu?" Tanyaku dan mengerling menggoda menatap Haruto.

"Aku cemburu pun tidak akan berguna, tidak ada manfaatnya cemburu dengan manusia sepertimu" Balasnya yg langsung aku balas dengan gelak tawa.

"Sudah sana pulang!" Aku kembali mengusirnya tapi kali ini dengan mendorong tubuhnya keluar pintu yg membuatku mendengarkan beberapa kalimat umpatan dari mulutnya yg di tujukan padaku.

Setelah menutup pintu dan memastikan Haruto sudah pergi aku tercenung beberapa saat.

Aku tersenyum dan menunduk mengingat ucapan Guan tadi 'Kau sama sekali tidak berubah Wonie, kecuali satu hal. Kau sudah bisa mencintai pria lain'

"Kau salah Guan, aku tidak pernah berani melakukannya dan jika diberi kesempatan aku tidak akan mengambil kesempatan itu" Gumamku dan melangkahkan tungkaiku menjauhi pintu rumah.

Permanecer (Stay) • Lai Guanlin x Jang Wonyoung✔Where stories live. Discover now