24

1.8K 230 22
                                    

Ditemani Somi selama hampir 2 jam membuatku sadar akan suatu hal.

'Ah pantas saja Guan mencintainya' atau 'Dia cantik dan menyenangkan, tidak heran pacarku bertekuk lutut padanya' dan pemikiran-pemikiran lain yg tidak jauh-jauh dari memujinya yg membuatku minder. Aku sama sekali bukan apa-apa dibandingkan dengan Somi, dia terlampau sempurna.

Somi pulang lebih dulu bersama Jihoon Oppa dan juga Jinyoung Sunbae, meninggalkanku berdua dengan Guan di ruangan yg membuatku penat apalagi Guan sama sekali tidak mengeluarkan suaranya. Dari tadi laki-laki ini hanya memperhatikan Somi yg terus berceloteh tanpa henti dan beberapa kali tersenyum karena tingkah Somi, dan aku sadar aku tidak akan bisa membuatnya seperti itu. Hanya Somi, dan hanya akan selalu Somi yg bisa melakukannya.

Menghela nafas pelan aku memilih bangun dari ranjangku dengan satu tangan yg mendorong infus.

Guan dengan cepat berdiri menghampiriku "Kamu mau apa?" Tanyanya dengan menatapku datar yg terkesan tajam.

"Aku ingin keluar, aku tidak suka tempat ini" Ucapku dan berlalu dari hadapannya, tapi langkahku terhenti tanpa berbalik ke arah Guan, aku kembali berucap "Pergilah, aku tidak akan pernah menahanmu lagi" Ucapku dan benar-benar berlalu dari hadapan Guan dengan air mata yg sudah mengalir bebas di pipi, air mata yg sejak tadi aku tahan untuk tidak hadir. Air mata yg aku tahan saat aku melihatnya langsung bagaimana tatapan memujanya pada perempuan lain, tatapan lembut dan penuh kasih sayang. Rasanya aku ingin berteriak kalau aku lebih membutuhkan tatapan seperti itu dari pada Somi, aku jauh lebih membutuhkannya.

Tapi apa yg bisa aku lakukan, aku hanya bisa memendamnya sendiri. Tidak berani berucap karena takut itu akan membuatnya meninggalkanku. Takut akan segala hal yg akan terjadi nantinya jika aku berani menegurnya, maka dari itu aku memilih diam juga menangis diam-diam.

===


Aku mendudukkan diri di kursi taman di bawah lampu yg bersinar dengan temaram, menciptakan bayanganku sendiri. Memperhatikan setiap orang yg berlalu lalang, dan sesekali merasa iri karena mereka yg sakit selalu ditemani dengan keluarganya berbeda denganku yg harus sendiri.

Memilih menunduk memainkan kuku karena rasa iri akan semakin melanda kalau aku tetap memperhatikan sekitar.

Tapi dengan tiba-tiba sebuah jaket terlempar ke arahku dan terjatuh tepat di pahaku, membuatku terperanjat dan dengan cepat mendongak mencari pelakunya.

Aku melipat bibirku kedalam saat melihat Guan yg berdiri menatapku dan dengan cepat aku menghapus sisa-sisa air mata dipipiku, dia berjalan menghampiriku dan mengambil posisi duduk di sampingku.

"Pakai" Ucapnya seraya dagunya menunjuk ke arah jaketnya yg masih ada di pahaku.

"Tak apa" Ucapku dan berniat mengembalikannya tapi niatku terhenti setelah mendapati Guan yg menatapku dingin dan sekali lagi menyuruhku menggunakannya.

"A-arasseo, aku akan memakainya jangan tatap aku seperti itu" Dengan sedikit tergagap aku membalas ucapan Guan.

Aku menggunakan jaket Guan dengan asal di pahaku, membuat Guan mendengus.

"Wae- waeyo?" Tanyaku lagi dengan gugup karena tatapan Guan masih belum juga melunak.

"Aku menyuruhmu memakainya, bukan meletakkannya seperti itu" Ucapnya dengan nada yg kesal.

Aku mencebik kesal dan mengambil jaket Guan bukan untuk menggunakannya dengan tepat seperti apa yg Guan maksud, tapi aku melemparnya ke arah Guan untung tidak mengenai wajahnya.

"Sirheo!" Tolakku dengan sedikit kesal dan merengut.

"Wonie" Ucapnya dengan tenang tapi aku tau kalau dia sekarang sedang menahan kesal.

"Kamu tau aku sedang menggunakan infus sekarang, itu akan susah!" Jawabku tanpa menurunkan nada suaraku sembari tanganku yg menunjukkan selang infus di depan wajahnya.

Tapi dengan cepat aku menurunkan tanganku setelah sadar kalau aku sudah berlebihan.

Memejamkan mata sejenak sembari menunduk, dan kembali menatap Guan dengan rasa bersalah.

Guan menghela nafas dan berdiri dari duduknya membuatku menatapnya bingung, aku pikir dia akan meninggalkanku.

Mengikuti setiap pergerakannya, dan nafasku tertahan karena Guan yg sudah mendekat ke arahku sembari membantuku menggunakan jaketnya dengan hati-hati.

"Kamu sedang sakit dan di sini dingin, apa tidak bisa kamu menurut denganku?" Tanyanya yg masih terfokus sepenuhnya dengan jaket dan aku secara bergantian.

"A-arasseo" Ucapku dengan gugup, Guan menjauh dari tubuhku setelah berhasil memasangkan jaketnya yg kelewat kebesaran di tubuhku. Ah sebenarnya jaketnya tidak benar benar aku gunakan karena benar infus ini membuatku kesusahan, jadi Guan hanya menyampirkannya di bahuku dengan lengan jaket yg diikat agar tidak mudah terlepas.

"Wajahmu memerah seperti kepiting rebus, apa kamu malu?" Tanyanya dengan menatapku lekat, bisa-bisanya dia menggodaku dengan raut wajah yg seperti itu. Tidak ada senyuman tapi mampu membuat wajahku semakin bersemu merah.

"Geumanhae" Ucapku dan memalingkan wajahku karena malu.

"Mianhae" Ucapnya tiba-tiba yg membuatku menatapnya bingung.

Aku menatapnya dengan was-was "Untuk apa? Terakhir kali kamu mengucapkannya waktu kamu akan meninggalkanku, sekarang apa kamu akan pergi lagi?" Tanyaku memastikan kekhawatiranku, tapi syukurlah Guan menggeleng.

"Aku tidak bisa mencegah Somi untuk menemuimu" Jelasnya yg membuatku langsung paham dengan permintaan maafnya tadi.

Aku mengangguk "Tak apa, nanti lama-lama aku akan terbiasa" Jawabku tanpa menatap Guan, memilih menunduk karena entah kenapa rasanya saat ini bayanganku dan Guan jauh lebih menarik daripada harus menatap orangnya langsung yg ada disebelahku dan juga bayangan perihal tadi dimana Guan yg menatap Somi tiba-tiba kembali terlintas dipikiranku.

"Mianhae" Ucapnya lagi yg membuatku tersenyum samar.

"Dia gadis yg menarik pantas saja kamu mencintainya" Ucapku dengan santai, seolah-olah kalimat itu wajar diucapkan seorang kekasih. Sebenarnya pantas-pantas saja dikatakan untuk seorang kekasih yg menyadari jika yg dicintainya tidak memiliki perasaan yg sama melainkan mencintai perempuan lain.

"Wonie" Sergah Guan dengan cepat.

Aku berdiri dan menatap Guan yg juga menatapku dari kursi taman itu, tersenyum sebisa yg bisa aku tunjukkan padanya saat ini "Pulanglah Guan, ini sudah malam"

"Kamu sendirian sekarang"

"Tak apa, aku sudah terbiasa ditinggal sendiri bahkan di saat aku memohon meminta seseorang untuk tetap tinggal pada akhirnya aku akan tetap sendiri" Ucapku masih dengan senyum yg terpatri di wajahku.

Guan menunduk sebelum membalas ucapanku "Aku akan menginap malam ini Wonie"

"Pergilah Guan, jangan membuatku menahanmu lebih lama lagi" Ucapku dan berbalik meninggalkan Guan yg masih berada di kursi taman, menatap punggungku yg semakin menjauh dan hilang dari jangkauannya.

Sedikit demi sedikit aku akan belajar merelakanmu Guan, aku akan melepasmu di waktu yg tepat. Sebelum semuanya berubah menjadi rasa pahit bukan kenangan manis lagi.



===

Jaketnya dikasih baik-baik dong mas, kan kasian mbak pacar lagi sakit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jaketnya dikasih baik-baik dong mas, kan kasian mbak pacar lagi sakit.

Mau perhatian tinggal perhatian ajasih gausah sok tsundere gitchuuuu.

Permanecer (Stay) • Lai Guanlin x Jang Wonyoung✔Where stories live. Discover now