39

1.6K 192 36
                                    

"Lalu Guan?"

"Aku membencinya" Ucapku dan air mataku luruh dengan cepat yg membuat Jihoon Oppa dan Jinyoung Oppa panik.

"Wae? Wae uro?" Tanya Jihoon Oppa dengan menghapus air mataku sedangkan Jinyoung Oppa menatapku khawatir dengan tangannya yg menepuk pelan punggungku.

Aku menggeleng pelan dengan kedua telapak tangan menutupi separuh wajahku, mencoba menghalau tangisanku.

"Aku membencinya Oppa!" Ucapku dengan suara parau dan mereka mengangguk mengerti tapi detik selanjutnya mereka dengan bersamaan terdiam karena mendengar lanjutan dari ucapanku.

"Aku membencinya karena aku tidak bisa berhenti mencintainya, aku membencinya karena aku tidak bisa melupakannya, aku membencinya karena dia telah memberikan banyak luka tapi aku tetap memakluminya, aku membencinya karena aku masih bisa memaafkannya Oppa, aku semakin membencinya karena aku tidak bisa membencinya" Racauku yg membuat Jihoon Oppa menepuk punggungku mencoba menenangkanku.

Aku mendongak menatap satu persatu Oppaku, lantas berucap dengan tatapan putus asa "Aku benar-benar membencinya, kenapa aku harus seperti ini? Kenapa aku harus selemah ini jika itu berkaitan dengannya? Kenapa aku masih merasa bahagia hanya karena kalimat bualannya semalam? Kenapa aku harus kembali menaruh harapan kepada dia Oppa? Kenapa?! Waeeee?!!!" Teriakku di akhir kalimat tanya.

Jihoon Oppa menghela nafasnya dan kembali membawaku kedalam pelukannya "Sudah Wonie, jangan paksa dirimu sendiri menjadi kuat, kalau kamu ingin kembali dengan Guan maka berlarilah ke arahnya, berjalan ke arahnya tidak usah mengkhawatirkan hal lain karena sekarang semua keadaan sudah berbalik, dan juga kamu tidak perlu berpura-pura lagi. Semuanya akan baik-baik saja"

Kalimat Jihoon Oppa membuatku merasa tenang dan mengangguk lemah.

"Wonie kamu boleh berjuang lagi untuk Guan, tapi sebelumnya selesaikan dulu urusanmu dengan Haruto" Timpal Jinyoung Oppa dengan senyumannya yg aku balas dengan anggukan dan senyuman juga.

"Wonie!"

Aku tersentak dari lamunanku dan menatap linglung ke arah Haruto yg sudah menatapku khawatir.

"Kamu sakit?" Tanyanya dan dengan cepat punggung tangannya sudah menyentuh dahiku.

Memeriksa keadaanku dengan rusuh.

Aku tersenyum "Aku tidak sakit, apa yg kamu lakukan" Ucapku seraya menurunkan tangan Haruto.

Haruto mendesis dan masih menatapku penuh kekhawatiran "Kamu sejak tadi melamun, apa kamu pusing?" Tanyanya lagi yg aku balas dengan gelengan.

Aku menatap Haruto lekat, karena ucapan Jinyoung Oppa kemarin yg menjadikan alasanku berada disini dengan Haruto.

Memperjelas semuanya.

Haruto menatapku selidik dan detik selanjutnya dia tersenyum hambar "Ada apa? Ada yg ingin kamu katakan?" Tanyanya dengan nada suara yg tenang.

Aku mengulum senyumku dan mengangguk.

Menunduk dalam merasa tak nyaman dengan kalimat yg akan terucap dari lisanku, takut melukai bahkan bisa lebih dari melukai.

Aku mendengar helaan nafas, detik selanjutnya suara Haruto kembali menyapa runguku "Katakan, tidak perlu merasa tak nyaman"

Aku mendongak menatap ekspresi Haruto yg di buat konyol membuatku terkekeh melihat Haruto dan dibalas dengan kekehan juga dari Haruto.

Menelan ludah, mencoba merangkai kata yg sekiranya tidak menyakiti.

Permanecer (Stay) • Lai Guanlin x Jang Wonyoung✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora