2. Setelah Pernikahan

10.2K 456 1
                                    

Sejak malam kelam itu, hidup Al berubah, sungguh bukan ini yang dia inginkan. Rasanya seperti orang jahat ketika menangkap sorot kecewa dari mata Yolanda, mungkin setelah ini Yolanda akan membencinya. Rasa bersalah itu semakin membuncah, ketika Garry mengakui kesalahannya dan berkata akan bertanggung jawab. Masih ambigu tanggung jawab apa yang dia maksud, apakah membiayai hidup Al? Atau menikahinya? Atau justru opsi lain, Al masih tidak mengerti.

Pada awalnya Ayah Al sangat geram dengan Garry dan hampir memukul wajahnya jikalau tidak ingat bahwa mereka sedang di klinik. Siapa yang tidak marah jika putrinya ditiduri oleh pria asing? Ayahnya jelas memahami tabiat Al, jangankan memiliki kekasih bahkan putrinya tidak pernah menggenggam tangan seorang pria kecuali dirinya. Tetapi dia mencoba agar tetap tenang karena Garry mengatakan akan bertanggung jawab.

Seminggu setelah pengakuan mengejutkan yang terlontar dari mulut Garry, keluarga mereka akhirnya bertemu untuk membahas masalah ini. Al tidak berharap lebih, bagaimana kisah ini mengalir maka dia senantiasa menjadi perahu yang tetap berlayar kokoh. Karena sejatinya pernikahan ini memang tidak diharapkan dan Al tidak cukup istimewa untuk diharapkan.

Mereka menetap di salah satu kompleks elit dengan bangunan yang super mewah, di sini semua tertata rapih seolah menunjukkan kelas penghuninya, beberapa jenis tanaman pagar mengelilingi bangunan rumah mewah keluarga Garry. Belum lagi luas tanah untuk menampung bangunan itu, seolah menampar Al secara tidak langsung. Siapa dirinya? Gadis biasa yang akan dinikahi seorang pangeran? Seperti drama pasaran saja. Ah, Al hampir lupa mengapa dia telat menyadari arti dari nama Garry, Geraldine yang berarti bangsawan, pantas saja.

Keluarga mereka tidak sebesar yang Al bayangkan, hanya ada seorang Ayah, Kakak laki-laki beserta istrinya dan juga Garry. Cukup mengherankan, keluarga kolongmerat hanya memiliki sedikit anggota keluarga. Garry terlihat tampan dengan baju santai namun sopan yang sedang dia kenakan. Al  hanya menunduk sambil menyimak pembicaraan yang lebih tua.

Dia tidak cukup berani menatap ke sana dan ke sini, ini pertemuan pertama dan Al ingin memberikan kesan yang baik. Mereka berbicara cukup lama hingga akhirnya kedua belah pihak setuju untuk mengadakan pernikahan, itu artinya Al akan menjadi bagian dari keluarga ini.

Pernikahan benar-benar terjadi namun tidak terlalu istimewa jika berkaca dari kekayaan keluarga Garry. Hanya diselenggarakan di sebuah gereja dengan gaya klasik, tidak ada tamu khusus hanya teman dan sanak saudara. Tidak ada dekorasi mewah seperti yang sering Al lihat dalam film-film fantasi. Tidak ada lagu romantis seperti yang sering dia lihat di beberapa pesta pernikahan. Hanya acara pemberkatan dan pengucapan janji suci, ini tidak terlalu buruk, semua syarat terpenuhi. Acara yang sederhana mengingatkan Al akan cerita pernikahan Ayah dan Ibunya.

Sosok yang sedang dibayangkan Al itu sedang mengusap air mata yang mengaliri pipinya, kemudian tersenyum dan mengecup kening putrinya cukup lama. “Putri kecilku sudah besar rupanya, lihatlah bahkan dia sebentar lagi akan menjadi Ibu,” sambungnya menatap teduh bola mata kecokelatan anaknya.

“Aku tetaplah putri kecil Ayah, Ayah sehat-sehat selalu. Maafkan putri Ayah ini,” balas Al kemudian memeluk Ayahnya dengan hangat.

Melepaskan kerinduan dan mengumpulkan kekuatan untuk menjalani hidupnya setelah ini.
Setelah resmi menjadi pasangan suami istri, ternyata mereka tinggal di tempat yang berbeda. Bukan di rumah mewah itu, tetapi di sebuah rumah  yang cukup indah dan terlihat sangat nyaman. Meskipun tidak semewah rumah utama keluarga mereka, Al tidak merasa tersinggung, ini lebih dari cukup baginya.

“Ini pakaianmu, bereskan sendiri. Ini kunci kamarnya, ruanganmu terletak di lantai dua," ucap Garry menyodorkan sebuah kunci dan koper pada Al.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang