6. Banyak Bicara

6.7K 344 1
                                    

Hari ini tidak terlalu buruk, sehabis bekerja Al langsung pulang. Tak disangka menjadi sekretaris ternyata membosankan, hanya duduk diam menonton puluhan video, lebih enak rebahan di kasur sambil menonton drama Korea rekomendasi kakak iparnya.

Tetapi harus mencoba pekerjaan ini, bagaimana lagi kalau terus menerus berdiam diri di rumah membuatnya sanksi kalau pacar Garry akan mengatainya babi betina. Akhir-akhir ini Al mulai menaruh kekesalan pada sahabat lamanya itu.

Saat ini yang dilakukannya hanya duduk di depan televisi sambil memangku laptop. Garry ada di ruang kerja, dia pulang lebih awal, tetapi memang dasar suami tidak punya rasa empati, pria itu bahkan tidak menanyakan apapun kepada Al.

Sepertinya Al ngidam ingin memukul kepala Garry.

Satu hal yang paling Al benci saat dia hamil ialah rasa lapar di tengah malam. Ingin rasanya berteriak pada lambungnya untuk berhenti membuat repot di tengah malam. Dia sudah selesai dengan bahan yang diberi oleh Alex, cukup mudah memahami itu semua sepertinya Al mewarisi otak cerdas Ayahnya. Saat ini dia sedang berbaring gelisah di atas kasur, ingin tidur tetapi merasa lapar, ingin makan tetapi lidahnya berulah ingin mengecap rasa saus pedas manis.

Hell, dimana dia akan mendapatkan makanan seperti itu di tengah malam. Anak Garry memang banyak maunya.

Tok ...  tok ... tok

“Garry ... kau masih bangun?... Garry ... ”

Akhirnya Al berusaha menemui Garry di bawah, mengetuk daun pintu berulang kali namun tidak ada jawaban, ketukan pintu itu dibiarkan mengambang di udara. Tentu saja Al kecewa, butuh perjuangan untuk turun ke lantai satu menghampiri ruang kerja suaminya. Tetapi tampaknya semua sia-sisa.

“Garry ... hanya sebentar saja ... ” Dia masih mencoba.

Hening

“Garr! ... ” Kali ini Al meninggikan suaranya, wajahnya berubah kesal.

"GARRY BANGS___"

“Ada apa?!”

Wajah datar Garry tepat di hadapan Al, nada bicaranya seperti orang kesal. Membuat Al terkejut. Seketika umpatannya yang sudah diujung lidah langsung ditarik.

“Mm ... aaff, aa aa kuu ...”

“Cepatlah, aku sibuk!”

Al tersentak, meminta otaknya untuk bekerja lebih cepat merangkai kata-kata yang harus diucapkannya kepada Garry. Sementara pria itu melipat tangannya sambil membuang muka. Dia kehilangan kemahirannya berbicara ketika berhadapan langsung dengan Garry dari jarak sedekat ini. Suaminya tampan sekali, tapi sayangnya pria tampan di depannya ini tak memiliki cinta utuh untuknya.

“A ... aku lapar, bisakah kau membeli makanan?”
Suara Al terdengar ragu-ragu.

“Kau becanda? Aku Banyak kerjaan Al, delivery saja, tolong jangan ganggu aku lagi.”

“T ... tapi..”

Duk

Garry langsung masuk sambil membanting pintu, rasanya Al ingin menangis sekarang. Selama dia hidup Ayahnya tidak pernah menolak keinginannya, tetapi sekarang ada seorang pria yang tak bersedia menyambut keinginannya.

Perihal delivery, Al sudah mencobanya. Tapi sulit mendapatkan driver menuju restoran Pilihannya. Anak Garry membuat lidahnya menaksir steak dengan saus trafle. Sangat meresahkan di tengah malam seperti ini.

Akhirnya Al terduduk terdiam sambil menatap sepiring iga saus kacang yang dipesannya. Sudah tengah malam dan dia malah makan daging. Maaf, Al hanya tergoda dengan gambarnya, warnanya  bagus dan terlihat lezat. Sementara untuk steak, stock yang ada sudah habis terjual.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang