17. Tak Siap

6.8K 314 12
                                    

Setelah selesai melakukan yoga, seperti biasa Al akan berbincang-bincang dengan Bella. Dia kembali memasang senyum ceria, menghipnotis semua mata akan kehidupan bahagianya. “Bella kau cantik sekali, aku jadi iri denganmu,” ucapnya sembari memperhatikan penampilan Bella. Pantas saja Alex jatuh cinta pada pandangan pertama, visual Bella benar-benar mengagumkan.

Bella tertawa mendengarnya, “apa yang kau irikan Al? Seharusnya aku yang iri padamu. Kau sudah menikah dan sekarang sudah mengandung, zaman sekarang sangat sulit menemukan pria yang berani berkomitmen.”

Al sedikit murung mendengarnya namun buru-buru tersenyum lagi. “Aku tidak percaya jika ada pria yang tidak berani serius denganmu Bel, aku jamin mereka akan menyesal,” sambungnya lagi.

“Aku tidak yakin Al, kau tahu kan pria zaman sekarang bagaimana?”

Al mengangguk saja, secara pelan-pelan Bella akan masuk dalam pertanyaan jebakannya. Huh! Ini semua demi Alex. “Aku masih tidak yakin kalau kau masih sendiri,” ujar Al dengan wajah meledek.

“Nyatanya begitu,” jawab Bella dengan santai sambil memeriksa kuku kakinya, Al perhatikan sepertinya Bella senang melakukan hal itu.

“Pasti ada pria yang berlomba-lomba ingin menjadi kekasihmu,” pancing Al menerka-nerka.

Bella mengembuskan napas, “sebenarnya begitu, tetapi mereka tidak tahan dengan sikap tak acuhku. Hanya satu yang masih setia mengejarku, padahal aku memperlakukannya sangat dingin.”

“Mengapa seperti itu? Itu tidak baik Bell, mengacuhkan semua pria, bagaimana jika di antara mereka adalah jodohmu.” Al tidak habis pikir, ternyata Alex dan Bella sama saja. Jika Alex tidak siap menjlain hubungan karena teringat mantan, Bella justru tidak siap karena takut pria banyak yang tidak setia. Sepertinya mereka memang cocok.

“Aku tidak menyukai pekerjaannya, dia itu seorang tentara. Meskipun kemungkinan besar mereka akan setia kepada pasangannya, tetapi aku tidak mau sering ditinggal,  bagaimana jika dia bertugas lalu meninggal karena tertembak? Aku tidak bisa membayangkannya,” jelas Bella panjang, Al bingung ingin menjawab apa, Bella benar juga. Intinya dia sudah mendapat apa yang Alex butuhkan. Itu yang terpenting.

***

Malam harinya Al  mengirimi Alex pesan. Mengatakan bahwa pria itu bukan kekasih Bella.  Sampai Bella tidak mau ditinggal tugas keluar kota atau bahkan ditinggal mati. Well, sebenarnya Al bingung dengan dirinya, dia dapat dengan mudah menyelesaikan masalah orang lain sedangkan dilain sisi dia kepayahan menyelesaikan masalahnya sendiri.

Hari ini tepat pada hari sabtu, seperti biasa Al akan tetap melakukan rutinitas paginya bersama Bella. Saat ini dirinya sedang berdiri di depan cermin memandangi perut buncitnya. Terlihat menggemaskan, semakin hari semakin membesar. Meskipun dia mulai merasa berat melangkah atau kadang-kadang pinggangnya cepat pegal, tetapi Al tetap menikmati itu semua. Predisiki dokter bayi Sim akan lahir sekitar 14 minggu yang akan datang.

“Sebentar lagi Sim akan lahir,” ucapnya pada diri sendiri, rasa sedih tentu ada dalam benaknya bagaimanapun dia mencoba untuk memasang topeng di depan semua orang nyatanya tetap ada hal yang ditutupi.

“Sim... Nanti kalau sudah besar jangan seperti mama ya. Pokoknya kau harus menjadi orang yang beruntung,” sambungnya lagi masih asik memperhatikan tonjolan itu hingga ponselnya yang terletak di atas meja bergetar, lantas mengambil benda persegi panjang itu dengan senyum mengembang.

“Halo Ayah, selamat pagi,” ucapnya girang, menyapa Ayah kandungnya di seberang sana.

Wah semangat sekali putri cantikku, apa yang akan kalian lakukan hari ini?”

ETHEREALWhere stories live. Discover now