22. Gegap asa

6.4K 429 71
                                    

Garry pikir dia akan melewati malam yang tidak menyenangkan sebab kini ada Al di sampingnya. Barangkali dia akan terkena insomnia atau mengalami mimpi buruk yang mengganggu. Nyatanya dia tertidur seperti orang mati, bahkan tidak sempat untuk meneguk segelas air karena dilanda kalut dan terburu-buru ingin cepat tidur. Jika hal itu terjadi; dimana dirinya benar-benar sempat meneguk segelas air, bisa saja Garry membuat dugaan jika Al menaruh obat tidur di sana, tetapi jika begini dia menjadi bingung mengapa bisa tertidur selepas ini.

Ketika bangun Garry tidak lagi menemukan atensi Al di sebelahnya, barangkali Al tengah mempersiapkan makanan di dapur atau melihat Livi sebab dirinya terbangun cukup telat hari ini.
Nyatanya Al memang sudah tidak ada di rumah, Garry sempat bertanya kepada Bibi Ellen dan wanita itu berkata bahwa Al sudah pergi sekitar satu jam yang lalu mengenakan pakaian formal tetapi tidak memberi tahu akan pergi kemana.

Garry terduduk dengan lesu bersiap akan sarapan. Sebelumnya dia tidak pernah peduli dengan apa yang Al lakukan namun kali ini dia merasa tidak nyaman karena Al pergi di pagi hari sementara mereka mempunyai seorang bayi.

"Bi, apa tadi Al sempat melihat anaknya?" Garry bertanya kepada Bibi Ellen yang sedang menghibur Livi dengan beberapa mainan yang tidak bisa dibilang barang murah. Sang kakek membeli mainan untuk cucunya seperti membeli tas branded saja.

"Ya, tadi Al yang membantu Bibi memandikan Livi, dia yang menggendong Livi waktu bayi ini terbangun, apa kalian bertengkar?"

Garry menggeleng singkat, lalu mulai menyantap sarapannya. Namun baru beberapa suap dia kembali bertanya, "apa Al yang membuat sarapan?"

"Bukannya memang Al yang selalu membuat sarapan? Sebenarnya apa yang sedang mengganggu pikiranmu? Ingin bercerita?" Bibi Ellen menatap bahu Garry, pria itu menggalang lagi dan melanjutkan sarapannya. Sebenarnya Bibi Ellen paham betul apa yang membuat Garry bertanya seperti itu, pria itu sedang menaruh curiga dengan sikap istrinya.

"Memang bukan hak Bibi untuk mencampuri urusan kalian, tetapi jika kau merasa tidak nyaman dengan sikap istrimu kalian bisa bicara. Wajar bila kalian berselisih paham. Itu wajar dalam kehidupan rumah tangga, kalian perlu banyak waktu berdua dan saling bicara," ucap Bibi Ellen panjang kemudian memperbaiki posisi Livi yang sudah tampak kelelahan karena terlalu lama rolling. Sesekali dia tertawa gemas melihat Livi yang sangat aktif seperti ini.

"Terima kasih Bi, aku akan pergi ke kantor. Selamat pagi cantik, jangan membuat Bibi repot." setelah Garry selesai sarapan dia menghampiri Livi, mengusap rambut halus anaknya yang tertawa girang memamerkan gusi merahnya. Bibi Ellen menepuk bahu Garry beberapa kali memberi semangat kepadanya.

***

Yolanda terlihat sedang duduk gelisah di sebuah café, sedari tadi dia melihat jam tangannya sambil mendesah bosan. Memeriksa ponselnya beberapa kali memastikan seseorang yang sedang dia tunggu hampir satu jam ini tidak membatalkan janji mereka. Ketika pintu kaca terbuka Yolanda langsung memastikan siapa yang membuka pintu dan akhirnya senyum terpaksanya mengembang. Penderitaannya karena terlalu lama menunggu telah berakhir.

"Kau terlambat satu jam," ujarnya ketus bahkan orang di depannya belum sempat duduk.

"Kalau begitu aku pergi."

Ketika orang itu hendak pergi Yolanda lantas menarik napas kasar menatap orang di depannya tidak suka. "Baik, duduklah Al," lanjutnya mencoba menahan diri.

Al duduk tanpa ekspresi, menatap Yolanda dalam, "katakan__ aku ada urusan lain."

"Sombong sekali." Yolanda terkekeh melihat wajah sok dingin di hadapannya.

"Jika tujuanmu hanya untuk menghinaku? Aku akan pergi sekarang."

Maka mau tidak mau Yolanda harus melunturkan sisi egoisnya. Al yang ada di hadapannya saat ini tidak seperti Al yang dulu dia kenal, tetapi dia paham dengan perubahan ini, ingin mengibarkan bendera perang? Yo tertawa dalam hati.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang