14. Rencana Mengakhiri

6.5K 299 8
                                    

Beberapa hari telah berlalu dan akhirnya Al mendapat izin untuk meninggalkan rumah sakit. Dia dirawat selama tiga hari, melewati hari-hari yang membosankan akibat kebodohannya menolak makan dan hanya berdiam diri menangis di kamar sejak Garry pergi. Padahal jika dia tidak selamat sekalipun Garry juga tidak akan peduli. Hati pria itu sudah mati untuknya.

Dalam perjalanan pulang Al diantar oleh Ayah mertuanya. Sedangkan kakak iparnya memiliki kepentingan lain. Sebenarnya Al juga tidak enak selalu merepotkan mereka. Terutama Cath, wanita itu banyak mengorbankan pekerjaan dan waktunya untuk mengurusi sang adik ipar.

Al masih memiliki banyak hal baik yang bisa disyukuri. Perihal cinta, itu bisa dicari. Hidupnya masih panjang, perjalanannya tidak berhenti di titik ini saja. Akhirnya dia mulai menerima keadaannya dan perlahan mendamaikan hatinya sendiri. Hidup tidak semuanya sempurna, semuanya pernah diuji. Dan ini gilirannya.

Ponsel yang sedang Al genggam tiba-tiba berdering. Ayah mertuanya sempat menoleh sebentar lalu memfokuskan pandangan ke depan lagi. Di sana ada nama Yolanda, sebenarnya Al juga bingung ingin menjawab atau mengabaikan saja panggilan dari Yolanda. Sedikit menerka jika obrolan mereka pasti tidak jauh-jauh dari masalah keruwetan hubungan ini.

“Kenapa tidak diangkat? Barangkali penting,” ucap Ayah mertuanya ketika menangkap gelagat bingung sang menantu.

Al spontan kebingungan, dia tak mahir berbohong atau beralibi. Akhirnya Al menggeser ikon hijau, meletekkan ponsel pada telinganya agar dapat mendengar suara Yolanda dengan jelas, sebab Al mengecilkan volumenya hampir tandas, khawatir jika suara Yolanda terdengar oleh Ayah mertuanya.

“Hallo ... ”

“Al___ kita perlu bertemu, kita harus bicara.” Bahkan Yolanda tidak membalas sapaan dari Al,  menunjukkan betapa tidak sukanya wanita itu padanya.

“Maaf, aku baru keluar dari rumah sakit, jika ada hal yang penting bicara lewat telepon saja.”

“Kau mencoba menghindari ku?! Aku bukan orang jahat yang akan menggunakan kekuatan fisik untuk menyakitimu dan bayimu!” Suara Yolanda mulai meninggi membuat Al memejamkan matanya sebentar.

“Maaf, aku tidak bisa, katakan saja apa yang ingin kau bicarakan.”

“Kau dan aku sudah berteman sejak lama Al, aku paham betul sifatmu. Kau tidak mungkin serakah, tapi kenapa kau mengambil Garry ku?”

Al tidak menjawab, hanya menahan emosi yang tiba-tiba meluap, dia benci selalu di tuduh begini. Mengambil bagaimana? Bahkan sedikitpun tidak ada yang didapatnya dari Garry, kecuali bayi dalam kandungan yang diberikan akibat kecelakaan.

“Seharusnya, kalau kau mau berpisah masalah ini akan selesai. Tidak ada yang terluka lebih jauh. Coba kau bayangkan___ kekasihmu yang bertahun-tahun menjadi milikmu, tiba-tiba menikahi wanita lain. Apa kau rela?”

Napas Al mulai tak teratur, keadaan menghalanginya berbicara banyak. Ada ayah mertuanya di sini, meskipun tanpa banyak berbicara pria itu pasti bisa menebak kalau obrolan mereka tidak menyenangkan.

"Padahal kau bisa menolak, kau bisa minum obat pencegah kehamilan, atau kau juga bisa aborsi. Tapi otak pintarmu tidak mau memikirkan itu. Dan sekarang ___ kau menjadi ratu di keluarga mereka. Pintar sekali. Aku kasihan padamu,  kau terlihat menyedihkan mengemis cinta dari Garry.”

Tut..

Tut..

Tut..

Al sudah tidak tahan, jadi dia menutuskan panggilannya tiba-tiba. Ayah mertuanya menatap heran melihat wajah tegang menantunya. “Kau baik-baik saja Al?”

“Aku baik-baik saja jangan khawatir Ayah.” Al mencoba tersenyum pada Ayah mertuanya, padahal dia ingin menangis. Rasanya menyakitkan sekali diserang dengan perkataan. seperti tadi.

ETHEREALWhere stories live. Discover now