15. Alex dan Harapan Barunya

7K 321 10
                                    

Sementara itu, pagi-pagi tepat di hari libur Alex yang malang harus mengumpat kepada semua benda yang ada di kamarnya. Pasalnya Ayah mertua dari bosnya meminta untuk menjemput seseorang untuk kemudian mengantarkannya ke rumah Al. Hell, manajer yang malang.

Alex berteman baik dengan mertua Cath atau ayah Garry, mereka sering nongkrong bersama. Pekerjaan Alex membuatnya akrab dengan pria itu. Karena pria itu sering bepergian dan tentu saja menggunakan fasilitas dari bisnis travel yang dikembangkan oleh menantunya, dan Alex sang manajer dengan jiwa bebas justru ikut bepergian juga. Akhirnya mereka pergi bersama, dan hal itu terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Itulah sebabnya mau tidak mau Alex harus menuruti perintah pria yang hampir punya cucu itu.

Orang kaya kok tidak punya supir. Begitulah kalimat rutukkan yang Alex lontarkan untuk keluarga bosnya.

Meskipun setengah hati, ia tetap menuruti perintah. Alex sudah berada tepat di depan rumah orang yang mendapat kehormatan bisa dijemput olehnya. Alamatnya sudah tepat, jadi dengan percaya diri Alex membunyikan klakson mobil. Klakson mobil berbunyi beberapa kali, untung saja ini perumahan elit, kalau perkampungan sudah habis mobil mewah Alex dilempari warga.

Tok … tok … tok …

Kaca jendela diketuk beberapa kali, tetapi Alex tidak merespon. Karena suara klakson dari mobilnya lebih menggema. Dia santai saja di dalam, seolah tidak terjadi sesuatu.

Tok … tok … tok ...

Alex masih tidak merespon.

Akhirnya dengan kesal orang itu berbalik dan berjalan menuju kaca depan mobil, lalu berteriak lantang. “Bisa bukakan pintunya?!”

Sontak Alex terlonjak kaget, dengan cepat dia membuka kunci pintu mobil. Tidak lama kemudian seorang wanita memasuki mobilnya dan kini mereka duduk bersebelahan.

“Maafkan aku, tadi a___ aku kurang mendengarmu,” ucap Alex gugup, setelah 1234567890 kali tidak berdekatan dengan wanita kecuali Al dan bosnya yang notabenenya sudah berpasangan. Kini Alex merasa gugup bukan main.

“Lupakan saja, ayo jalan.” Setelah selesai memasang seat belt, wanita itu menatap Alex.

Bagaimana reaksi Alex? Seperti ada yang mekar tetapi bukan bunga. Wanita yang ada di sampingnya itu wanita yang dia taksir waktu tidak sengaja berpapasan di rumah sakit. Wanita yang pernah dia ceritakan kepada Al. Kalau begini semua umpatan dan sumpah serapah Alex untuk keluarga bosnya dia tarik lagi.

“Eh, kita bertemu lagi___ maafkan sikapku barusan hehe.” Alex menggaruk tengkuknya kikuk. Dia merutuki kebodohannya.

Wanita itu hanya mengangguk saja, menatap Alex lama karena mobil tidak jalan-jalan.

“Oh maaf.” Sebelum menyalakan mesin mobil, Alex menarik napas beberapa kali demi menghilangkan rasa gugup.

Sesampainya di kediaman Al, dengan cepat Alex membukakan pintu untuk wanita itu, mereka berjalan beriringan hingga berhenti tepat di depan pintu. Alex menekan bel beberapa kali,  rasanya berdiri bersampingan dengan orang yang ditaksir ini membuatnya ingin menahan jarum jam untuk tidak bergerak. Namun sayang, karena pintu langsung dibuka oleh Al.

“Hai, selamat pagi, mari masuk.” Al menyambut ramah, wanita itu tersenyum hangat lantas mulai melangkahkan kaki, tetapi Alex masih tetap pada posisinya.

“Ada apa manajerku yang tampan?” tanya Al jahil.

“Bagaimana jika aku bertemu dengan suamimu lagi? Aku tidak mau dia berburuk sangka, jadi aku pamit dulu ya.”

“Suamiku sudah pergi pagi-pagi sekali, kalau kalian bertemu aku bisa menjelaskan padanya nanti.”

“Tetapi rasanya aneh kalau berada di antara wanita, aku dengar dia pelatih yoga ya, kalau begitu aku pamit saja, yoga untuk wanita hamil sangat tidak menarik apalagi untuk istri orang.”

ETHEREALWhere stories live. Discover now