2. Pulang

1K 207 90
                                    

Suara derap langkah kaki tergesa membuat Adhara terbangun. Ia mengerjapkan matanya pelan lantas memandang sekitar. Gadis itu mengernyitkan keningnya ketika melihat Angkasa mengemasi pakaian dan barangnya ke dalam koper.

"Kamu mau ke mana?" tanya Adhara heran.

Setelah merapikan rambutnya, Adhara menurunkan kakinya, menapaki lantai menuju ke dekat Angkasa. Lelaki itu mengecek ponselnya berkali-kali, melihat e-mail yang masuk.

"Beresin baju kamu. Kita pulang ke Jakarta," perintah Angkasa.

Mata Adhara melebar. "Hah? Pulang? Kita 'kan baru sehari di sini. Aku masih pengen liburan, Ka.." rengek Adhara.

Angkasa mengangkat wajahnya. Ia mengelus surai hitam Adhara, tersenyum tipis. "Aku ada kerjaan mendadak. Nanti kita liburan lagi kalo aku udah dapet cuti, ya?"

Bibir Adhara mengerucut sebal. Ia meraih kopernya lantas ikut mengemasi barang-barangnya. Gadis itu sebenarnya masih ingin liburan di Bali, mengingat ia hanya mendapat cuti satu minggu dari rumah sakit tempatnya bekerja. Adhara memang memutuskan menjadi dokter di salah satu rumah sakit di Jakarta setelah menikah dengan Angkasa.

"Mandinya cepetan, ya. Aku beli tiketnya penerbangan pagi," ucap Angkasa.

Adhara berdehem pelan. Ia meraih handuknya kemudian menuju ke kamar mandi. Dering telepon dan suara Angkasa membuat langkahnya terhenti beberapa saat. Ia berdiri di depan pintu kamar mandi, mendengarkan percakapan Angkasa dengan seseorang di telepon.

"Iya. Gue balik ke Jakarta sekarang."

"Jangan sampe dia ngelakuin hal-hal aneh, ya?"

"Gue titip kantor sebelum gue balik. Gue gak mau ada kekacauan."

Kening Adhara mengernyit samar. Ia memutuskan segera membersihkan diri. Walaupun di dalam kepalanya muncul banyak pertanyaan. Siapa dia yang disebut Angkasa tadi?

***

"Gimana honeymoonnya?"

Kemala menolehkan kepalanya ke jok belakang. Netranya menangkap Angkasa dan Adhara saling bersandar pada satu sama lain. Ia tersenyum manis pada kedua anaknya.

Setengah jam yang lalu, Angkasa dan Adhara tiba di bandara internasional Soekarno-Hatta. Mereka awalnya menghubungi Galaksi untuk menjemput mereka. Namun, lelaki sipit itu malah menelepon Kemala dengan alasan tidak dapat meninggalkan pekerjaannya.

"Ya gitu deh, Ma. Baru sehari udah pulang." Adhara mendelik pada Angkasa. Gadis itu masih kesal karena liburannya terganggu oleh pekerjaan Angkasa.

Lelaki Athara itu terkekeh pelan, mencubit pipi Adhara gemas. "Yang ini gak bisa ditinggalin, by. Liburannya di rumah aja, ya?" tawarnya.

Dengusan sebal keluar dari mulut Adhara. Ia memilih menyamankan posisinya lantas memejamkan mata. "Hm, serah."

"Berarti Mama belum dapet cucu, dong?" goda Kemala diakhiri tawa kecil. Ia melirik Bima yang sibuk menyetir di sampingnya.

"Galaksi juga baru mau nikah. Makanya kalian cepet-cepet punya anak. Biar Mama sama Papamu ini gak kesepian," sahut Bima.

Bima melirik Adhara dan Angkasa  sebentar lantas memutar setir di tangannya dengan cekatan. Mobil mereka sudah mulai memasuki kompleks perumahan mereka.

"Mama sama Papa kenapa bahas itu mulu, sih?" sewot Adhara.

Sontak semua yang ada di dalam mobil tertawa lepas. Sementara itu Adhara hanya mendelik tajam lantas kembali memejamkan mata.

[2] Semesta | 2HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang